Alternative Ending 🔞

3.8K 202 38
                                    

"Setan tidak berkata 'jadilah jahat', tetapi Setan berbisik 'jadilah seperti aku'"

.
.
.

"Jadi kapan kita akan menuju ke sana, Shika?" Pria pucat pasi dengan wajah datarnya bertanya.

"Besok. Semua persiapan kita sudah lengkap, kita hanya perlu perlahan mengepungnya dan menjemput Naruto kembali." Ujar Shikamaru dengan mata yang berfokus pada layar.

Sasuke hanya dapat menghela nafas tak gela. Menurutnya, pergerakan mereka terlalu lambat. Padahal bisa saja Ia bergerak sendiri untuk menjemput Naruto. Tetapi Sasuke takut bahwa mereka lah yang justru akan menghalangi dan menghancurkan rencananya.

Rasa bosan Sasuke yang diakibatkan rapat antara sahabat Naruto teralihkan, ketika dirasakannya getaran ponsel di saku kanan.

Ia pun bangkit tanpa pamit, berjalan menuju pintu keluar untuk mencari udara segar. Setelah dirasakannya cahaya mentari, telapak tangannya merogoh saku celananya, membuka layar kunci untuk melihat pesan apa yang Ia dapatkan. Karena sebagai orang penting, seluruh pesan penting mengenai perusahaan hanya akan diterima asistennya saja.

Matanya yang semula menatap tak acuh, membola. Seakan tak percaya atas isi pesan yang baru saja Ia dapatkan.

"Kau ingin bertemu ayahku bukan?"

Sasuke dapat merasakan berat usahanya untuk menelan ludah di tenggorokan yang kering. Dengan cepat Ia mengetik pesan balasan, menanyakan maksud dari pesan itu. Ia tak perlu tahu siapa dalang dibalik sang pengirim pesan.

Tak lama, nomor yang sama memberikan balasan. Akan tetapi, bukan jawaban yang Sasuke terima, melainkan sebuah alamat lengkap yang disertai deskripsi singkat 'istana kami'.

Lidahnya berdecak kesal. Tetapi rasa kesal itu berganti menjadi bingung ketika Ia menyadari bahwa alamat yang dikirimkan sang setan kecil tidak sama dengan alamat yang sudah Shikamaru dan lainnya temukan. Jaraknya sangat jauh dari tempat yang esok hari rencananya akan mereka kepung.

Didekatkannya ponsel ke netra. Sasuke dapat membaca dengan jelas, Ia hanya masih tak dapat mengerti maksud Boruto mengirimkan informasi itu.

Apakah ini jebakan? Tetapi kenapa hanya Dia?

Sebelum suara kecil hati itu dapat terjawab, ponselnya kembali bergetar.

"Para monyet itu bergerak sangat lambat bukan? Kau tidak akan pernah bisa menemukan sahabatmu tersayang jika mengikuti cara mereka."

Sasuke menggeram, ingin marah. Bukan karena nada merendahkan dari bocah sialan itu, tetapi karena lagi-lagi Boruto dapat dengan mudah membaca isi hatinya yang tergelap.

"Kau cukup datang kesini. Tidak akan ada jebakan. Lagipula, apa kau masih bisa sempat merasakan ketakutan ketika jiwamu digerogoti teror tanpa kehadiran sahabatmu tersayang ini?"

Sasuke tak mengerti apa rencana bocah itu. Ia tak tahu, pikirannya tak lagi jernih. Bukan hal asing baginya untuk menyadari bahwa Ia mudah melakukan tindakan impulsif jika berkaitan dengan sahabat pirangnya.

Tanpa menunggu lama, Sasuke menuju mobilnya, tak merasa perlu memberitahukan pesan itu kepada siapapun. Kakinya menginjak pedal gas untuk melaju dengan cepat menuju alamat yang tertulis singkat.

.

.

.

Di perjalanan, Sasuke menyiapkan mental. Menghadapi setan kecil yang licik tak memberikannya sedikitpun rasa takut. Hatinya bergetar bukan untuk itu, dadanya membuncah karena membayangkan pertemuannya kembali dengan Naruto.

Parasite [Borunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang