zeta

3.1K 315 70
                                    

Naruto memegang bahu istrinya untuk berlindung dari derasnya hujan di bawah payung hitam. Mereka menghadiri acara pemakaman calon anak angkat mereka yang meninggal kemarin.

Kegagalan untuk memilki buah hati kembali menyayat hati keduanya, terutama Naruto. Ia sangat menantikan untuk memiliki seorang anak laki-laki. Ia sudah berjanji, siapapun nanti yang menjadi anaknya mau itu anak kandung atau bukan, ia akan berusaha memberikan anaknya yang terbaik.

"Apakah aku kena sial, Hinata? Kenapa Tuhan rasanya sangat tidak ingin aku punya anak?" Suara Naruto melemas. Meskipun belum bertemu dengan calon anak angkatnya, sudah dari jauh hari hatinya tak sabar ingin menggendon seorang anak.

Usapan lembut mengelus punggung Naruto. "Sabar sayang. Aku yakin Tuhan akan memberikan kita ganti yang jauh lebih baik dari ini."

Naruto mengangguk, meski hati masih menerima takdir. Tetapi atensinya teralih mendengar tangisan meraung seorang anak laki-laki yang berada di lokasi yang sama.

"Kawaki, kenapa kau harus pergi? Kau sudah berjanji akan bertemu lagi denganku ketika kita sudah besar?"

Naruto mendatangi suara itu. Berdiri seorang bocah bersurai pirang yang tubuhnya di pegang oleh Delta, menangis meratapi makam di hadapan.

"Ada apa, Delta?" Tanya Naruto khawatir.

"Anak ini adalah sahabat Kawaki. Mereka selalu bersama sampai Kawaki menghembuskan napas terakhirnya. Aku pikir, ia sangat terpukul karena sahabatnya mati tanpa sebab."

Naruto menunduk guna menenangkan anak yang menangis itu. Ia mengingatnya, nama anak itu Boruto. "Hei, aku sepertinya pernah bertemu denganmu?"

Manik bocah itu melirik Naruto kemudian memeluknya. Naruto sedikit terkejut, tetapi kemudian menepuk pundak anak itu pelan berusaha menenangkan. Tubuynya yang merasakan kehangatan seorang anak ikut merasakan kenyamanan.

"Kau sedih ya temanmu sudah tidak ada?" Tanya Naruto berbisik.

Bocah itu mengangguk pelan sambil sesegukan. "Dia selalu mengatakan akan menemuiku kembali ketika kita sudah besar, tetapi aku bahkan tidak sempat mengucapkan sampai jumpa padanya."

Naruto kembali mengusap surai pirang lembut anak itu. Pelukannya dilepas untuk menatap wajah sembabnya. "Bagaimana jika kau menjadi anak angkatku? Aku yakin, jika Kawaki tahu ia akan senang sekali sahabatnya bisa menggantikannya untuk bahagia. Kau mau?"

Boruto kecil menautkan alis masih cemberut. "Tetapi aku bukan Kawaki."

Naruto tersenyum. "Kau memang bukan Kawaki, tapi kau anakku. Aku berjanji akan selalu melindungimu, menyayangimu, dan menjagamu meski nyawa taruhannya."

Mata Boruto melihat ke bawah terlihat menimang jawaban. Delta yang mendengar hal itu langsung merespon karena jika Boruto akan di adopsi tandanya ia akan kembali mendapat keuntungan dari kepala keluarga Uzumaki itu.

"Boruto, kamu mau kan?" Tangannya sedikit mencengkram pundak kiri Boruto.

Bocah itu menengok sebentar kemudian mengangguk pelan membuat Naruto langsung mencium pipi kanan gembilnya. "Terimakasih, Boruto. Aku bersumpah akan menjagamu seumur hidupku."

Naruto memeluk Boruto senang. Perasaan dukanya berganti menjadi suka. Ia bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan untuk memiliki malaikat kecil yang akan mewarnai hidupnya.

Tetapi sayangnya, Boruto bukan sosok malaikat kecil seperti yang Naruto kira, tetapi seorang iblis yang tersenyum dibalik wajah sembabnya.

.
.
.

Kaki Sasuke sampai pada bangunan besar bertuliskan "Konohagakure University", tempat di mana anaknya dan Boruto menimba ilmu.

Setelah berdiskusi dengan Shikamaru dan kawan-kawannya, mereka sepakat akan mengumpulkan semua bukti kuat terlebih dahulu kemudian membongkarnya di hadapan Naruto.

Parasite [Borunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang