"Apa maksud kalian?"
Boruto melihat peristiwa heboh itu dari balik mobil.
Ayahnya, yang pergi seorang diri dari rumah pastilah sedang memita bantuan dari warga sekitar.
"Kasihan." Boruto menatap dengan puas wajah Naruto yang takut dan terlihat ingin menangis. "Memang kau pikir atas izin siapa kau bisa keluar, Ayah?"
Boruto adalah perancang taktik yang baik, Ia bahkan pernah mengalahkan Shikamaru dalam permainan catur ketika masih kecil. Tentu saja kaburnya Naruto juga bagian dari rencananya, rencana yang sudah Ia jalankan sejak Boruto bersosialisasi dengan warga setempat.
Dinyalakannya rokok di tangan. Boruto bahkan mengikuti dengan santai Naruto yang berlarian tak tentu arah. Ia begitu menikmati kepanikan ayahnya itu.
Terkadang, cara terbaik untuk meyakinkan seseorang adalah dengan membiarkannya menemukan realita itu sendiri. Boruto tahu itu.
Untuk membuat Naruto percaya bahwa hanya Boruto yang menyayanginya tak cukup hanya diyakinkan Boruto seorang, Ia perlu subjek lain, subjek yang membuat Naruto melihat realita yang sebenarnya sudah Boruto manipulasi terlebih dahulu.
Boruto tahu masa lalu ayahnya. Masa tersulitnya, ketika Ia dimusuhi semua orang. Luka itu tak pernah sembuh, kenangan buruk itu hanya terkubur dalam oleh kenangan baru yang lebih indah beranjak Naruto memperbaiki hidupnya.
Kenangan itu yang Boruto manfaatkan, akan Ia gali luka itu hingga kembali muncul ke permukaan. Naruto harus merasakan sendiri keputusasaan itu, Naruto harus dibiarkan melihat sendiri kegelapan di sekitarnya.
Boruto bisa membayangkan betapa hancurnya hidup Naruto yang merasa akan bebas keluar, tetapi justru sendirian di dunia luar.
Bibirnya tersenyum. Ah, ayahnya tersayang itu pasti dalam hati menyebut namanya meminta tolong.
Tapi Boruto harus memberinya waktu, waktu untuk Naruto melihat dunia yang telah Boruto ciptakan.
Ia keluar dari mobil, melihat ayahnya yang mulai berjalan perlahan menuju laut.
Boruto tahu Naruto pasti akan bunuh diri. Untuk orang altruis seperti Naruto, dibenci semua orang adalah kematian baginya. Boruto hanya tak tahu kalau Naruto akan memilih bunuh diri menenggelamkan dirinya.
Matanya menatap Naruto tenang. "Teruslah, Ayah. Caramu bunuh diri juga memberikan keuntungan bagiku."
Boruto menghitung detik demi detik berlalu, rencananya Ia akan berlari menolong Naruto di detik ke 90. Butuh waktu sekitar 120 detik untuk seseorang kehilangan kesadarannya setelah tenggelam.
Sengaja Boruto menunggu beberapa waktu agar Naruto mengalami halusinasi dalam ketenggelamannya. Dan ketika Boruto datang untuk menolongnya, ikatan emosional mereka akan lebih kuat. Naruto akan menganggap Boruto sebagai penolongnya, sebagai orang yang melawan kenangan buruk yang muncul sebelum kematiannya.
Boruto ingin menjadi Tuhan yang memberikan Naruto kesempatan untuk hidup kembali. Hidup untuknya seorang.
Di hitungan ke 90, Boruto berlari, menarik tubuh Naruto yang sudah tak sadarkan diri. Melakukan resutasi darurat yang telah Ia pelajari ketika sekolah. Boruto melakukan itu dengan tenang, seakan nyawa Naruto juga Ia yang merencakan.
Mungkin satu-satunya yang tak pernah Boruto dapatkan adalah kegagalan, itu yang menyebabkan Ia merasa bisa melakukan apa pun yang menguntungkannya.
Naruto terbatuk mengeluarkan air laut. Inilah saat yang tepat Boruto bersandiwara, di mana Naruto merasa lemah dan sendiri. Hanya butuh sedikit saja usaha untuk membuat Naruto menyerahkan diri seutuhnya pada Boruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Parasite [Borunaru]
Tajemnica / ThrillerPernikahan Naruto dan Hinata yang sudah terjalin bertahun-tahun tak membuat Tuhan mengkaruniyai mereka buah hati. Mereka pun memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan bernama Boruto. Pada awalnya kehadiran Boruto memberikan kehanga...