mu

1.9K 222 30
                                    

Kelopak mata Naruto terbuka perlahan. Butuh beberapa detik untuknya bisa memahami situasi maupun alasan kenapa Ia terbangun dalam keadaan bingung.

Ah ya, Boruto menyetrumnya hingga Naruto pingsan. Netranya memandang sekeliling ruangan, sedikit heran karena biasanya Ia akan terbangun di ruangan putih itu, tetapi kini Ia terbangun di tempatnya dan Boruto biasa tidur bersama.

"Boruto?" Teriak Naruto karena suasana rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.

Kakinya bergerak menuruni kasur, hingga Ia akhirnya tersadar, baik leher, tangan, atau pun kakinya tak lagi terdapat alat aneh yang biasanya mencegah Naruto untuk pergi.

Dengan jantung berdetak kencang dan adrenalin yang meningkat, Naruto berjalan mengendap-endap mencari pintu keluar.

Ditatapnya lama gagang pintu yang didesain khusus dengan deretan angka sebagai kunci, akan tetapi lagi-lagi keanehan Naruto temui. Pintu itu tak menyalakan lampu hijau yang menandakan pintu terkunci.

Dengan bergetar, jemari Naruto merayap menekan gagang pintu hingga suara terbuka terdengar. Mata Naruto yang sebelumnya terpejam takut kini membuka lebar.

Sebenarnya apa yang terjadi? Apa teman-temannya datang menyelamatkan Naruto? Bahkan para penjaga yang biasanya berdiri seperti patung untuk mencegah Naruto pergi pun tak ada.

Naruto berjalan terseok-seok dengan kaki memar yang terasa masih linu. Jantungnya berdebar, nafasnya memburu, pupilnya melebar berjaga jika Boruto hadir untuk menangkapnya.

Namun, tak ada Boruto atau siapa pun yang akan mencegah Naruto untuk lari dari kurungan mewah ini. Setelah sekian lama, Naruto bisa tersenyum lebar, matanya mengalirkam air mata haru dan lega secara bersamaan.

Tubuh lemahnya tersungkur ke rerumputan halaman rumah, Ia bersimpuh sambil mengucapkan syukur sebanyak-banyaknya. Rasa lega dan bahagia membuncah dari dadanya. Naruto tak sabar untuk kembali ke Tokyo dan bertemu teman-temannya, Ia bersumpah akan memohon maaf kepada mereka dan memperbaiki semuanya.

Sekarang langkah pertama yang harus Ia pikirkan adalah bagaimana caranya untuk pulang ke Tokyo. Naruto tak mengantongi uang sepeser pun, bahkan kendaraan yang Naruto tahu berjejer di garasi tak bisa Ia kendarai dengan keadaan kakinya yang seperti ini.

Naruto pun keluar, Ia harus meminta tolong warga sekitar untuk mendapat tumpangan ke Tokyo. Naruto yakin warga akan menolognya, mereka pasti orang yang ramah.

Sampai di pintu pagar dengan nafas terengah-engah, Naruto melayangkan tatapan ke arah sekitar, mencari orang kebetulan lewat yang akan Ia mintai tolong.

Tak butuh waktu lama hingga Naruto melihat seorang wanita paruh baya berjalan dengan menggandeng lengan anak gadisnya yang masih kecil dan memakan es krim.

Naruto mendesah lega, Ia mengumpulkan kembali kekuatan di kakinya untuk berjalan menuju mereka.

"Sedikit lagi..." Naruto berusaha menggapai mereka, hingga jemarinya mampu mencengkram pelan lengan kiri sang wanita paruh baya.

"Ano... maaf mengganggu waktumu. Aku hanya ingin meminta tolong untuk-"

"Jangan sentuh aku, monster menjijikan!"

Naruto tertohok. Bukan hanya tangannya ditepis kasar, Ia langsung diteriaki tanpa dibiarkan menyelesaikan kalimatnya.

"Mamaa..." Anak gadis berkuncir dua menjatuhkan es krimnya dan langsung bersembunyi dibalik tubuh sang ibu takut.

"Orang gila! Bagaimana kau bisa berkeliaran dengan bebas?!" Teriak wanita itu lagi.

Naruto membeku tak mengerti. Memang penampilannya sekarang terlihat sangat berantakan, Ia hanya mengenakan kemeja putih kebesaran Boruto dan celana pendek. Rambutnya yang dicukur berantakan oleh Boruto, dan kakinya yang berjalan pincang.

Parasite [Borunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang