delta

3K 346 74
                                    

"Kenapa kau menggambar panda sebagai representasi dirimu sendiri, Shikadai?"

Sudah satu bulan berlalu semenjak Shino memberikan tugas melukis pada mahasiswanya. Kini giliran para mahasiswa untuk mempresentasikan karya mereka.

"Aku merasa hewan ini sangat mirip denganku. Atau mungkin, aku ingin hidupku berjalan seperti panda."

"Why?" Tanya Shino meminta penjelasan lebih lanjut.

"Panda sebenarnya adalah sebuah kegagalan evolusi beruang. Mungkin banyak yang tidak tahu, tapi sebenarnya panda adalah hewan omnivora, jadi jika diberi daging mereka akan tetap memakannya. Tapi hewan ini payah sekali kemampuan berburunya, sehingga ia pasrah dengan mengonsumi bambu yang harus dimakan banyak sekali dalam sehari."

"Apa yang bagus dari itu?" Pertanyaan Shino bukanlah bentuk penghakiman, ia justru tertarik dengan beragam kepribadian mahasiswa yang menurutnya unik.

"Apa kau tidak penasaran, bagaimana hewan pemalas dan lambat ini tidak punah? Jujur saja, hewan ini merupakan definisi beruntung. Tanpa manusia, panda bahkan tidak tahu cara kawin. Petugas kebun binatang perlu mencontohkannya dengan kostum panda. Tetapi beruntung hewan ini memiliki satu keunggulan. Hal itu adalah keimutannya. Keimutan itulah yang menggerakkan manusia untuk tetap melestarikan panda. Aku ingin hidup seperti itu, melakukan apa yang kubisa secukupnya dan hidup dalam keberuntungan." Jelas Shikadai.

Shino tersenyum. Ia puas sekali dengan jawaban Shikadai. Baginya, tak ada benar dan salah dalam seni. Ia hanya ingin mengetahui filosofi dan keindahan dari pribadi manusia.

"Kau menjelaskan karyamu dengan baik. Terima kasih, Shikadai. Silahkan kembali ke tempat dudukmu."

Shikadai mengangguk kemudian kembali ke tempatnya.

"Berikutnya, Uzumaki Boruto. Silahkan maju ke depan."

Boruto mengangkat lukisannya. Semua mata menuju pada langkah kaki santai yang menimbulkan suara di keheningan kelas.

Boruto melepas kertas tipis yang menutupi lukisan kemudian menunjukkan karyanya di depan kelas.

Semua orang menatap takjub setelah melihat lukisan Boruto. Bukan hanya kecerdasan akademik yang anak itu kuasai, tetapi karya seninya juga merupakan sebuah masterpiece.

"Baik, bisa kau jelaskan teknik melukis yang kau gunakan?"

Boruto mengangguk. "Aku menggunakan teknik lukis yang digunakan pelukis terkenal di zaman Renaissance, Michaelangelo Buonarroti. Kalian bisa lihat, aku menggunakan variasi warna cerah dan kontras juga lineart yang tegas. Aku juga memainkan saturasi dan hue agar lukisanku lebih colorful."

Semua orang mendengarkan kagum. Mereka bahkan tak mampu menjelaskan teknik lukisan yang mereka gunakan sedetail itu.

"Lalu apa yang kau gambar?"

"Rafflesia Arnoldii. Ini merupakan bunga unik terbesar di dunia tanpa daun, akar, dan batang."

"Apa kaitannya bunga itu dengan dirimu?"

Boruto mematung, menatap ikatan tali sepatunya, menciptakan keheningan lama yang membuat kebingungan.

"Karena.."

.
.
.

Sasuke sudah berada di depan markas yang ia curigai sebagai tempat berkumpul komplotan orang yang menyerang Naruto di malam itu. Sakunya sudah mengantungi pistol dan pisau tajam untuk berjaga-jaga.

Ia berjalan mengendap-ngendap menuju pintu belakang. Sekilas terdengar suara tawa kumpulan pria. Hal itu membuat Sasuke semakin yakin bahwa ini tempat orang-orang itu.

Parasite [Borunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang