Hari yang ditunggu telah tiba. Hari dimana teman-teman Naruto akan memanen apa yang mereka tuai selama ini. Kesabaran dan kehati-hatian mereka untuk melawan sang monster akan dilihat hasilnya pada hari ini.
Meskipun begitu, di dalam helikopter yang pas untuk lima orang, pria berambut nanas tak henti-hentinya menatap khawatir iPadnya. Menanti informasi yang ia pinta kepada asistennya.
"Kau masih mencari sesuatu, Shika?" Sai bertanya sembari melirik tablet di tangan Shikamaru. "Bukankah persiapan dan informasi kita sudah cukup untuk melumpuhkannya di tempat?"
Shikamaru tak begitu menggubris ucapan pria berkulit pucat di sebelahnya. Ia menggenggam jemari kanannya dan mengistirahatkan dagunya, masih mencoba fokus.
Kiba yang berada di kursi depan samping pilot menengok perlahan, ikut bertanya-tanya. "Shikamaru, tenanglah. Kau harus fokus sepenuhnya pada operasi ini. Tidak perlu terdistraksi oleh hal lain yang belum pasti."
Pria berambut nanas itu mengdenguskan napas jengah, akhirnya memutuskan membuka suara. "Aku juga tidak tahu apa yang kucari. Aku hanya merasa... entahlah. Rasanya ada hal yang mengganjal."
Kekhawatiran Shikamaru tentunya tak luput dari pria di sampingnya yang merasakan hal sama. Intuisinya berkata, ada sesuatu yang salah, yang seharusnya tidak dlakukan. Namun, Sasuke juga tak bisa membuktikan hal itu. Ia hanya menyiapkan mentalnya pada kemungkinan terburuk setelah bertemu Boruto nanti.
"Sebentar lagi kita akan mendarat, bersiaplah." Ucapan sang pilot membuat tubuh keempat orang di dalam helikopter itu bersiap sekaligus menegang.
Bagaimana pun juga mereka menyadari, yang mereka hadapi kali ini bukan lagi Boruto kecil nan cerdik seperti dulu, tetapi wujud monster yang kini sudah memiliki kekuasaan serta kekuatan yang tak terhingga.
Butuh beberapa detik untuk Shikamaru, Sasuke, Sai, dan Kiba untuk mengatur napas dan menyiapkan mental mereka. Meskipun tentu saja mereka tidak sendirian, mereka membawa puluhan penjaga yang sudah terlebih dulu sampai dan sedang bersembunyi di beberapa titik untuk mengamankan kondisi.
Mereka pun turun satu persatu, berjalan pelan menuju halaman rumah yang telah mereka intai berbulan-bulan.
Sasuke memberi isyarat kepada beberapa penjaga untuk membuka paksa gerbang besar tersebut, tetapi sebelum hal itu terjadi, tiga orang tua yang mengenakan pakaian pedesaan menyapa mereka dari dalam halaman rumah Boruto.
"Kalian orang yang telah ditunggu oleh tuan. Masuklah, tak perlu menciptakan keributan." Salah satu pria paruh baya dengan cangkul di pundaknya menatap Sasuke dan tersenyum.
Dan terjadi lagi. Langkah Boruto yang tak mereka bisa prediksi. Susah-susah mereka membawa pengawal, melakukan pengintaian, dan menuju rumah ini melalui jalur udara untuk menghindari resiko deteksi pihak Boruto. Tetapi mereka justru telah disambut dan ditunggu oleh sang tuan rumah.
Langkah kaki mereka pelan dan was-was, pupil mata bergerak untuk mencari keganjilan yang tak ditemukan.
Mereka pun sampai di depan pintu besar kediaman Boruto. Rumah yang sangat indah untuk ukuran penjara.
Menghembuskan nafas, mereka berjalan perlahan dengan awas dan menemukan sosok yang langsung membuat darah mendidih.
Boruto, terduduk menyilangkan kaki. Menikmati jamuan teh yang dipersiapkan pelayan di sebelahnya, dengan papan catur yang tersusun acak di hadapan.
Melihat kehadiran orang-orang yang melihat Boruto dengan amarah, remaja itu tersenyum. Meletakkan cangkir teh miliknya, kemudian berdiri merapikan jas miliknya.
"Bagaimana perjalanan ke pulau ini? Pasti kalian dapat melihat pemandangan yang indah dari atas helikopter bukan?"
Shikamaru menatap Boruto serius. Sudah Ia duga, Boruto pasti akan mengetahuinya. Tetapi kenapa Boruto tetap membiarkan mereka sampai secara selamat jika Ia sudah tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Parasite [Borunaru]
Mistero / ThrillerPernikahan Naruto dan Hinata yang sudah terjalin bertahun-tahun tak membuat Tuhan mengkaruniyai mereka buah hati. Mereka pun memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan bernama Boruto. Pada awalnya kehadiran Boruto memberikan kehanga...