F O U R

43 18 70
                                    

Setelah mengetahui siapa yang memberikan nomornya kepada jailangkung a.k.a kembaran Kim Yeontan. Eh maksudnya Chiko.

Velin langsung menutup teleponnya secara sepihak dan buru- buru mematikan daya atau mematikan total supaya tidak diganggu lagi.

"Heh ungu!!! Sini lo"

"Siapa?" Tanya Nila dan Cia kompak.

"Nila maksud gue. Kan ungu sama Nila sodaraan, mirip warnanya. Tapi itu gak penting yang penting lo kesini sekarang!!!!" Velin sudah siap untuk marah.

✨✨✨

Velin POV
Telepon gue sengaja tutup secara sepihak dan langsung mematikan total handphone gue. Dan sekarang gue sudah siap untuk marah- marah ke Nila, si ember bocor yang udah kasih nomor gue tanpa izin atau bilang ke gue.

"Heh combro!"

"Enakan misro anjir. Ya gak Ci?"

"Enakan risol si menurut gue" Balas Cia.

"Enggak woi. Enakan lemper isi ayam"

"Enakan kue lumpur menurut gue"

"Nah itu setuju"

"Iya Cia cantik juga setuju"

"Eh anjir kenapa bahas makanan. Lo juga jangan alihin pembicaraan gue! Gue tanya sama lo baik- baik nih. Bener lo kasih nomor gue ke-"

"Kak Chiko" tanpa gue selesaikan omongan gue. Dia sudah tahu arah pembicaraan rupanya.

"Iya itu si jailangkung"

"Astaga Velin yang cantik dan tidak sombong anaknya Tante Ana dan Om Tomy. Kak Chiko tuh ganteng, pinter, dan baik gitu lo malahan bilang dia jailangkung. Mata lo katarak apa gimana dah?"

"Kok lo malahan belain dia sih? Lo temennya dia apa temen gue ha?" Entah kenapa, gue tidak terima jika Nila lebih membela Chiko daripada gue.

"Ya gue temen lo. Tapikan emang bener yang gue bilang, Kak Chiko tuh gak seburuk yang lo kira. Yaudah deh gue pulang duluan ya Vel, Ci. Sorry suasananya jadi gak enak gini. Besok gue bakal kasih tau lo kenapa Kak Chiko bisa dapet nomor lo"

"Hm.. Oke, Sorry juga ya Nil. Tiati lo" Gue berusaha meredam kekesalan gue.

"Iya. Bareng gue gak Ci? Atau lo mau sendiri?" 

"Gue dijemput sama supir gue kok. Tiati lo"

"Oke. Bye"

"Bye" Jawab gue dan Cia bersama.

Setelah kepergian Nila barusan. Cia langsung membuka percakapan.

"Vel. Gue rasa Nila ada benernya sih. Lo terlalu sensi banget sama Kak Chiko. Padahal yang gue lihat nih ya, Kak Chiko baik loh orangnya. Dia juga suka bantuin murid- murid yang di bully, kadang juga bantuin Pak Parmin bersih- bersih halaman sekolah dan banyak lagi deh kebaikan Kak Chiko. Dia juga termasuk salah satu murid teladan disekolah, gak salah si dia jadi waketos" Gue memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulut Cia. Tapi sampainya di kalimat terakhir. Gue dibuat terkagetkan bukan main.

Gue langsung berpikir, kemana saja gue selama ini. Sampai- sampai gue enggak tahu kalau seorang Chiko itu wakil ketua OSIS disekolahan. Hancur sudah harapan gue masuk kedalam organisasi OSIS kalau begini keadaannya. Pasti saat gue mendaftarkan diri, gue langsung saja tertolak mentah- mentah oleh Chiko (ya siapa tahu tuh anak ada dendam ke gue kan. Gak ada yang tahu).

S Y A N A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang