[ TWELVE ]

99 25 1
                                    

🏰👸🏻

Cuaca sejuk membuat Macario dan Jedrej enggan kembali menjalankan aktifitas mereka di istana. Selepas Thea kembali ke istana Ratu, kedua pangeran tersebut kini hanya berdiam diri berdua di halaman kastel.

"Jedrej." Panggil Macario di tengah keheningan mereka berdua.

Mendengar namanya dipanggil sang Kakak, Jedrej pun melirik tanpa niat menoleh menatap Macario. Gumaman menjadi jawaban dari Jedrej untuk Kakak-nya.

Hening, beberapa saat hanya suara hembusan angin yang mengisi kekosongan. Jedrej pun enggan memaksa sang Kakak untuk melanjutkan kalimatnya meskipun dia merasa cukup penasaran.

"Apakah kau ingin menjadi penerus Daddy?"

Bagaikan tersamber petir, Jedrej memutarkan tubuhnya menghadap Macario yang berada di samping kiri, membelalakan kedua matanya tanda tak percaya akan apa yang baru saja dia dengar. "Jangan bercanda kau, ini sangat tidak lucu." Jawab Jedrej sedikit jengkel. Sudah menjadi tradisi yang bersifat mutlak bahwa sang Elder akan mewariskan takhta-nya kepada putra pertama Elder dan Luna. Karena peraturan tersebutlah yang menjadikan dirinya seorang prajurit saat ini karena Jedrej yang tak memiliki kesempatan menjadi pemimpin namun tetap ingin mengabdi pada kerajaan. Disamping itu, sang Pangeran Kedua telah beranggapan bahwa Macario merupakan calon pemimpin Aftokratoria yang tepat, bahkan hampir sesempurna Jeffrey. Dia yang jenius, dicintai rakyat, bijaksana memimpin para bangsawan, tenang nan berwibawa, dan untuk kekuatan pun sebagai keturunan Elder, Macario memiliki tenaga yang kuat meskipun tak sekuat dirinya. Ditambah kekuatan rahasia yang dimiliki Macario sangatlah menguntungkan bagi kerajaan, bagaimana bisa sang Kakak berpikir untuk menyerahkan takhta-nya kelak kepada Jedrej?

Nafas berat terdengar dari diri Macario. Dia merenung, memandang jauh ke depan sana, entah apa yang dia risaukan. "Tadi aku sempat berbicara mengenai hal ini dengan Daddy," kalimat Macario terpotong, kegelisahan mulai terdengar disana. "Aku tak mengerti, semakin hari keraguan terus menghantuiku. Apakah benar aku pantas menjadi seorang raja?"

"Tentu kau sangat pantas! Aku bersumpah dan akan menjadi saksi atas kesempurnaanmu sebagai seorang pemimpin kelak!" Potong Jedrej dengan nada menekan, terus terang saja, Jedrej khawatir melihat Kakaknya seperti ini. Setelah bertahun-tahun Macario disiapkan menjadi calon Elder, keraguan Macario di setengah jalan seperti ini sungguh mengganjal.

Lagi-lagi Macario mengehela nafasnya. "Tidak. Kau tak mengerti."

"Berkali-kali sudah ku halau rasa ragu ini Jedrej. Tapi dia tak ingin pergi dan terus menghantui. Meskipun aku akan menjadi raja, tapi jika jiwa-ku bukanlah seorang Elder, kerajaan akan berjalan tidak sempurna."

Kini Jedrej mengerti kemana maksud pembicaraan Macario. Seorang Elder adalah dia yang memiliki anugerah dari Dewi untuk menjadi pemimpin pack. Mereka yang tersentuh jiwanya tak bisa menolak takdir tersebut dan akan menanggung tanggung jawab yang besar. Namun ada perbedaan antara dia yang ditunjuk Dewi dengan dia yang ditunjuk Elder sebelumnya. Meskipun keduanya tetap akan menjadi pemimpin serigala terkuat, namun bukanlah hal yang mudah bagi dia yang bukan utusan Dewi.

Kini keduanya sama-sama menatap lurus jauh, menerawang sesuatu yang tak pasti, meraba-raba dalam pikiran masing-masing. "Kau tau kan Daddy memiliki hak memilih Elder selanjutnya?" Tanya Jedrej mengingatkan sang Kakak kembali. "Tapi kamu juga tau kan itu tetap tidak sempurna?" Lagi, ucapan Jedrej dibantah oleh Macario.

"Akan jauh lebih baik jika Elder selanjutnya adalah utusan sang Dewi, Jedrej." Tegas sang Putra Mahkota. Hening. Jedrej enggan mengintrupsi Macario. "Bagaimana jika sebenarnya kau adalah seorang Elder?"

"Kau gila?!" Reflek Jedrej melompat dari bangku, sedikit berteriak karena terkejut dengan pemikiran Macario yang tiba-tiba. "Aku tak pernah dipersiapkan menjadi pemimpin kerajaan sepertimu Kak! Bagaimana bisa kau menganggap aku seorang Elder??!" Ucap Jedrej berjalan gelisah sembari memijat keningnya.

Macario tau sang adik tidak akan begitu saja menerima ucapannya beberapa saat lalu. Tapi mau bagaimana lagi, akhir-akhir ini banyak sekali tanda yang muncul dari sang adik, yang terkadang membuat Macario beranggapan bahwa Jedrej adalah Elder selanjutnya. "Bagaimana kau bisa beranggapan seperti itu?" Tanya Jedrej sedikit dingin.

Kedua bahu Macario terangkat dengan santai, "entahlah? Firasatku mengatakan seperti itu." Jawabnya.

Tawa sinis pun terlontar dari mulut Jedrej, "kali ini kau benar-benar tidak waras wahai Putra Mahkota."

Menanggapi Jedrej yang tidak mempercayainya, Macario bangkit dan berdiri tepat dihadapan sang adik. "Lihat. Tubuhmu saja lebih besar dariku, Jedrej. Bahkan Miles pun sudah lebih besar dari Rex yang jelas-jelas sesosok Elder. Apakah kau tidak menyadarinya?"

"Ya! Itu tak bisa menjadi patokan apakah aku seorang Elder atau bukan! Jidzik memiliki tubuh yang lebih besar dariku jika kau lupa." Bantah Jedrej cepat. "Tapi wujud wolf-mu jauh lebih besar dari wolf milik Jidzik." Tenang, Macario kembali mematahkan protes Jedrej.

Tepukan tegas mendarat di bahu kiri Jedrej, sang Kakak berusaha meyakinkan adiknya yang tak percaya akan firasat yang dia miliki selama ini. "Kau, memiliki jiwa kepemimpinan yang jauh lebih besar dibandingkan aku, yang hanya mampu bermain di belakang layar.".

Kali ini Jedrej terdiam. Mengingat beberapa kilas balik kisah peperangan antar kerajaan yang pernah dia pimpin. Tak pernah sekalipun Macario turun ke medan perang bahkan ketika Jeffrey pun turut andil. Kemampuannya mengatur strategi selama ini ternyata memang hanya sebagai pelengkap strategi yang telah dia buat sebagai pemimpin prajurit. Seperti ketika Aftokratoria melawan para Rogue, kumpulan serigala yang tidak memiliki pack. Kala itu strategi Jedrej yang ingin memancing Rogue dibantu oleh ide Macario yang cerdas menjebak lawan. Jiwa binatang yang lebih mendominasi diri Rogue menjadi titik lemah yang akan dimanfaatkan Macario juga Jedrej. Sang Putra Mahkota akan memancing amarah mereka dan Jedrej bersiap bersama pasukan di belakangnya. Tepat seperti yang diprediksikan kedua Pangeran tersebut, Rogue memakan umpan dan menyerang Putra Mahkota yang masih berwujud manusia. Namun belum sempat Macario tersentuh barang satu helai rambutpun, Miles sudah melompat dari balin Macario dan merobek seluruh leher para Rogue dengan ganas bersama pasukannya.

Bimbang mulai merengkuh diri sang Pangeran Kedua. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa terbakar namun tak bisa dia jelaskan. Hingga Jedrej menatap lurus mata sang Kakak.

"Jika aku adalah penerus Daddy, apa yang akan kau lakukan?"

🏰👸🏻

The Shining Star, TheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang