[ TWENTY ONE ]

86 12 4
                                    

🏰👸🏻

Larut dalam ramainya acara di Pusat Kota membuat ketiga suadara kerajaan tersebut mulai merasa lapar, terlebih Jedrej yang memiliki nafsu makan lebih besar dibanding Kakak dan Adiknya. Ketika menunggu Jedrej yang sedang membeli makanan entah dimana, Macario menatap langit tengah hari yang begitu cerah, hatinya gundah mengingat penglihatan yang ditunjukan Thea beberapa waktu silam. Karena kini, saat hari mulai menuju petang, dia masih berada di sana, bersama Jedrej dan juga Thea. Ternyata perkiraannya salah, masa depan tak semudah itu untuk dikendalikan.

"LEPAS!!!"

Jeritan Thea sontak membuat Macario menoleh dan langsung membelalakan matanya. Sosok lelaki tampan dengan tubuh kekar kini tengah memeluk Thea dengan erat sembari menghirup ceruk leher sang Adik. Amarah membuncah dalam dada Macario melihat sikap pemuda tak tau sopan santun tersebut. Namun baru saja Macario hendak menarik sang pemuda, saat itu pula Jedrej datang, menghantam tubuh pemuda yang tengah memeluk Thea dengan menggunakan bahu lebarnya hingga terpental cukup jauh. Meskipun kedua tangan Pangeran Kedua sedang penuh membawa beberapa makanan, bukan berarti dia tak bisa menyingkirkan kutu yang mengganggu adiknya.

Macario segera menangkap tubuh Thea yang melemah, memunggungi Jedrej yang sudah jelas kini sedang menggeram marah berhadapan dengan dia yang tidak dikenal namun sudah berani bertingkah kurangajar. "Keparat sialan!" Geram Jedrej. Nafasnya menderu, menahan diri untuk tidak termakan amarah. Tindakan Jedrej tentu saja berhasil menarik perhatian keramaian, semua orang yang terngah berpesta kini berlari menjauh dari pertikaian, dan tak lama, sekelompok orang berdatangan untuk membantu dan melindungi dia yang baru saja terlempar akibat serangan Jedrej. Begitu pula Jidzik dan para Guards yang dengan sigap melindungi Thea dan Macario, juga berdiri tegap bersama Jedrej.

"Mikael." Wolf Jidzik mengirimkan link pada Miles. "Dia putra mahkota dari Kerajaan Skoth."

Decikan kesal tak tertahankan dari mulut Jedrej. Melihat Mikael yang terlihat sedang menahan diri dan terus mendengus kehilangan akal, membuat Jedrej semakin marah. "Mate." Seketika itu juga, mata Mikael berubah menjadi hitam pekat, menatap lurus pada Thea yang berada tepat di belakang Jedrej—dalam pelukan Macario. Putra Mahkota yang mendengar bisikan Mikael serta isi pikiran lelaki tersebut pun membelakakan matanya. Dia segera menoleh ke arah Jedrej dan berteriak, "kita pulang Jedrej!" Meskipun Macario adalah Putra Mahkota atau putra pertama Aftokratoria, titahnya tak mampu membuat para Guards bergerak barang satu langkah sedikit pun. Maka dari itu, harapan satu-satunya hanyalah Jedrej yang harus mengikuti perintahnya.

"JEDREJ!"
"Tuan."

Bentakan Macario dan panggilan dari Jidzik membuat sang Pangeran Kedua kembali akan kewarasannya. Jedrej segera berbalik membelakangi Mikael yang tengah menahan rasa sakit dan tentu saja ditahan oleh pengawalnya agar tidak membuat keadaan semakin kacau. Baru beberapa langkah Jedrej ambil, tubuhnya menegang dan matanya pun terbelalak. Dia mencium aroma pheromones Thea yang diiringi teriakan Mikael di belakang sana. "Tuan Mikael!!!"

Hanya dalam hitungan detik, Jedrej segera memutar tubuhnya dan menghadang Mikael yang tengah melompat ke arah dirinya—lebih tepatnya ke arah Thea yang berada tepat dibalik tubuh kekar Jedrej. Dalam satu gerakan, sang Pangeran Kedua mengayunkan tangan kanannya tepat di wajah Mikael hingga sang empunya terlempar jauh terhantam tanah. Semua orang berteriak ketakutan, semua orang kehilangan kendali akibar pheromones Thea, membuat Macario mengencangkan pelukannya dan mulai mengeluarkan pheromones miliknya.

Jidzik serta para Guards segera merapatkan barisan, sebagian dari mereka melingkar melindungi Thea dan sebagian lagi menghadang prajurit lawan yang siaga karena pemimpin mereka terluka. Jubah yang digunakan Jedrej kini dia hempaskan, menatap nyalang setiap orang yang mengganggu keluarganya, "jangan berani kau menyentuh Putri Kerajaan Aftokratoria dasar bajingan." Semua orang terduduk tunduk mendengar alpha tone milik Jedrej. Mereka semua tak menyangka akan kehadiran Pangeran Aftokratoria di pusat kota, terlebih dalam situasi kacau seperti ini. Dan semakin membuat rakyat terkejut adalah kalimat yang baru saja Jedrej ucapkan. Seorang putri?

The Shining Star, TheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang