[ SEVENTEEN ]

99 17 3
                                    

🏰👸🏻

"Jangan gila kau Macario!"

Suara berat dengan aura dominan menggema di seluruh ruangan hingga tubuh Macario sontak terduduk, berlutut pada sang empunya suara. Meskipun Jeffrey sudah menaruh curiga bahwa Jedrej menunjukan sisi lain yang lebih dominan, namun bukan berarti dia dengan mudah merubah posisi calon penerus takhta. Bagaimana bisa dirinya menggantikan sosok sempurna seperti Macario oleh Jedrej yang bahkan tak pernah menyentuh urusan pemerintahan. Jeffrey melangkah menuju posisi Macario yang masih berlutut akibat alpha tone miliknya, "kau tak perlu memikirkan apa yang terjadi pada Jedrej."

Mata Macario terbelalak mendengar apa yang diucapkan Jeffrey. Mana bisa dia menutup mata dan telinga jika jelas-jelas sang adik menunjukan tanda bahwa dia adalah seorang Elder pilihan Dewi. "Dad?!" Panggil Macario setengah berteriak. "Bagaimana aku bisa menjadi pemimpin jika adikku adalah seorang Elder?!"

"Kita tidak tau!" Jeffrey memotong kalimat Macario. Menatap lurus ke bawah dimana Macario masih tak kunjung bangkit dari posisinya, "apakah adikmu seorang Elder atau bukan, tak ada yang tau."

Kepalan tangan Macario semakin terasa sangat kuat, dia tak menerima penolakan akan hal ini dari sang ayah. Sosok Putra Mahkota tersebut pun mengangkat kepalanya dan menatap netra Jeffrey dengan menantang. "Tapi aku tak ingin menjadi penggantimu Dad."

*brak!*

Dalam hitungan singkat, Jeffrey memukul kencang meja kerjanya dan menarik kerah sang putra hingga Macario berdiri tepat di hadapannya yang kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja. "Jangan kau berani menatap Daddy seperti itu, Putra Mahkota." Pening kepala Macario mendengar alpha tone milik Jeffrey secara berulang-ulang, terlebih aura dominan yang terus menyeruak membuat dada Macario terasa sesak. Terhempas tubuh Macario seketika Jeffrey mendorongnya menjauh karena tak ingin melukai sang putra. Tepat ketika kaki Macario menyentuh lantai dengan stabil, secara tiba-tiba dia pun mendengar sesuatu. Tidak. Lebih tepatnya dia merasakan perasaan dari sosok yang kini ada di hadapannya. Perasaan ragu. Macario dapat merasakan perasaan ragu dalam diri sang Elder.

Satu langkah hati-hati Macario coba ambil, mendekat ke arah tuhuh Jeffrey yang mematung dan sedikit memunggunginya. "Aku tak ingin ada peperangan. Aku tak ingin menjadi Elder ketika adikku pun seorang Elder. Kumohon mengertilah Dad." Ucapnya perlahan, tak ingin membuat emosi Jeffrey semakin memuncah. Namun sayang hanya tatapan dingin yang dia terima. "Jangan kau pikir kau bisa membantahku."

Lagi dan lagi, alpha tone Jeffrey terdengar tanpa bisa sang Elder kuasai di bawah gejolak emosi. Hingga seseorang di balik pintu kokoh pun memaksa masuk. *brak!*

Jeffrey dan juga Macario menoleh secara serentak, menatap terkejut seseorang yang tengah berdiri di ujung sana. Seseorang dengan mata merah menyala yang menatap marah sang ayah. Dia adalah Jedrej.

"Jika aku tak bisa menjadi Elder disini. Akan aku buat pack-ku sendiri dan meninggalkan Aftokratoria."

Secara mengejutkan, tubuh Macario kembali limbung dan berlutut setelah Jedrej bersuara. Tak hanya Macario, Jeffrey merasa dirinya bergidik namun Jedrej belum mampu membuat sang Elder Aftokratoria bertekuk lutut padanya. Tapi, setiap langkah yang diambil Jedrej mendekati Jeffrey, semakin suasana terasa mencekam dan memanas. "Jedrej. Sadarlah." Panggil Macario bersusah payah melawan aura dominan kedua alpha di hadapannya. "Jedrej. Aku percaya padamu. Dan akan terus percaya padamu sampai akhir." Ucap Macario, "jadi tolong berhenti sekarang juga!" Lanjutnya.

"Lawan aku jika kau benar sosok Elder selanjutnya."

Macario menatap sang ayah dengan tatapan amarah, bagaimana bisa dia menantang Jedrej yang tengah dikelilingi ego seperti ini. Terlebih lagi Jedrej tentu saja tidak akan bisa melawan sang Elder, Jeffrey jelas akan mencelakai putra keduanya itu. "Dad!!" Teriak Macario karena Jedrej semakin mendekat ke arah mereka dengan tatapan nyalang. Belum sempat Macario melanjutkan kalimatnya, kini Jedrej sudah melesat dan berhenti tepat beberapa senti di hadapan Jeffrey. Tersenyum sinis menunjukan gigi taringnya sebelum mendorong sang ayah hingga terhempas membelah meja kerja menjadi dua bagian.

"DADDY!!!"

Thea berlari dari arah pintu menuju kekacauan berada. Mendapati sang ayah yang masih berdiri tegap meskipun sudah terlempar cukup keras oleh Jedrej. Diikuti Jazzalyn yang langsung mengambil posisi melindungi Thea ketika sang putri sedang memeriksa kondisi sang ayah. Tak lama, Jidzik dan Dereck pun datang. Melihat ruangan yang sudah kacau dan Putra Mahkota yang sedang berlutut, membuat Dereck berlari ke arah Macario sedanglan Jidzik ke arah Jedrej. "Tenanglah. Dia masih ayahmu Nak." Ucap Jidzik berusaha menatap netra Jedrej yang seperti kehilangan arah. "Mengapa kau bertindak sejauh ini Jeffrey?! Kau tau Jedrej kesulitan di dalam sana!" Teriak Jidzik yang kini menoleh marah pada Jeffrey di belakangnya, masih terus memegang kedua bahu Jedrej agar sang pangeran kedua tersebut tetap berdiri pada tempatnya.

"Miles harus kuberi pelajaran." Geram Jeffrey berusaha menahan amarah. Mendapati emosi sang ayah mulai memuncak, Thea merasa takut bahwa kakak keduanya berada dalam bahaya. Tanpa berpikir panjang, dia berlari menuju Jedrej dan berdiri tepat di hadapan sang kakak—di antara Jedrej dan Jidzik. "Kakak... kumohon sadarlah Ka..." Panggil Thea putus asa. Tak juga mendapat respon, Thea meraih tengkuk Jedrej dan segera memeluk erat Kakaknya tersebut.

Usaha Thea membuahkan hasil, kekuatan penyembuh yang ada dalam diri gadis tersebut mengalir ke dalam jiwa Jedrej yang kini mulai memejamkan mata sembari bersandar pada bahu mungil Thea. Ketenangan mulai masuk ke dalam pikiran Jedrej yang kalut akan ego yang menggelapkan hati. Secara perlahan, tangan Jedrej mulai membalas pelukan sang adik dan menaruhnya tepat di punggung Thea. Namun baru beberapa saat telapak tangan Jedrej menyentuhnya, secara tiba-tiba mata Thea terbelalak.

Bayangan sebuah peperangan mengerikan, hancurnya Aftokratoria dilalap api besar hingga teriakan rakyat yang meminta pertolongan sangat terlihat begitu jelas entah datang darimana. Jantung Thea berdegup sangat kencang, semua terlihat sangat nyata. Bahkan tubuhnya pun merasakan panasnya api membara layaknya sedang berada di sana. Tak lama terlihat sosok tinggi besar yang sedang melangkah gagah penuh wibawa di balik merahnya si jago merah. Dia adalah Jedrej. Menatap dingin ke arahnya.

*pats!*

"Putra Mahkota!"

Pelukan Thea terlepas bersamaan dengan Dereck yang terkejut mendapati Macario kembali terjatuh ke tanah. Thea menoleh pada sang Kakak Tertua, netra mereka saling bertukar pandang. Sadar bahwa keduanya melihat hal yang sama.

🏰👸🏻

The Shining Star, TheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang