Jessica membasuh wajahnya, ia menepuk-nepuk pipinya perlahan sembari memandang ke cermin. Pantulan dirinya di cermin, terlihat sangat tirus. Apakah efek samping dari pekerjaan yang ditekuni belakangan ini? Padahal, menjadi idol jauh lebih menguras tenaga.
Menjadi pemilik butik yang hanya duduk itu mungkin menjadi alasan mengapa wajahnya tirus. Berbeda ketika menjadi idol, dia banyak melakukan pergerakan, sehingga otot-otot di wajahnya bekerja dengan baik. Sejujurnya, malam ini Jessica merindukan kedelapan rekan satu perjuangannya itu. Dia ingin bersama mereka lagi, dia merasakan apa itu hampa.
"Mom, kenapa aku tidak boleh keluar rumah?"
Jessica melirik putrinya melalui cermin, sengaja tidak menutup pintu karena terburu-buru. Gadis itu berdiri di ambang pintu sana, ia melipat kedua tangan di bawah dada sambil memandangi ibunya.
"Mom, teman-temanku terus menghilang karena aku tak memiliki waktu bersama mereka," kata Sinb memelas. "Kumohon, biarkan setidaknya satu hari dalam satu pekan aku bermain dengan mereka."
"Tidak bisa," tolak Jessica. "Kau pikir mereka itu orang-orang baik? Tidak, mereka hanya akan membawa pengaruh buruk kepadamu."
"Tidak!!!" Sinb menukasnya dengan yakin. "Kenapa Mommy bersikap seperti ini? Aku menjamin orang-orang yang aku temui adalah orang baik."
Jessica berbalik untuk menghadap ke arah putrinya, perlahan ia melangkah dan berdiri di hadapan Sinb. Pandangan mereka bertautan, saling berperang dalam diam.
"Mom—"
"Mengertilah, Sinb." potong Jessica. "Mommy melakukan apa yang terbaik untukmu, jadi jangan membangkang."
"Mom, aku ingin seperti yang lainnya."
"Tapi kau tidak sama seperti mereka, Sinb!"
"Kenapa? Apa yang membuatku berbeda dari mereka, apa?"
Jessica terpaku membisu, bibirnya kelu, ia bahkan tidak tahu harus dari mana mengatakan kebenarannya. Dia hanya tidak ingin Sinb terluka, karena dia masih mengingat tentang seseorang yang mengancam dirinya. Entah orang itu masih sama atau berubah, Jessica akan berusaha untuk menjaga Sinb-nya.
"Mom, hidungmu berdarah," kata Sinb. "Beristirahatlah."
Jessica mengangkat sebelah tangannya, ia lantas menyentuh bagian yang dimaksud oleh Sinb. Cairan kental berwarna merah itu benar jatuhnya, buru-buru Jessica kembali ke dalam kamar mandi dan mulai membasuhnya perlahan.
Kedua tangannya berpegangan pada tepian wastafel, setelah dipastikan cairan kental itu berhenti meluncur, Jessica menghembuskan napas berat. Pandangannya memburam, tetapi ia berusaha untuk menenangkan diri.
"Eonie, kau baik-baik saja?"
Lagi, Jessica kedatangan seseorang, kali ini adiknya yang datang.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir," jawab Jessica. "Kau belum tidur?"
"Tidak, makanya aku di sini karena aku belum tidur," jawab Krystal. "Tapi, kenapa Eonie terlihat pucat?"
"Hmm, seluruh make up di wajahku sudah dihapus, makanya aku terlihat pucat," kata Jessica dengan santai. "Ayo, kita harus beristirahat."
"Baiklah."
Krystal tidak pernah merasa sehangat ini dengan Jessica, apalagi ketika kakaknya memberi senyuman. Perilaku Jessica begitu asing, dan itu membuat tanda tanya besar hadir di benak pikiran Krystal. Mengapa berubah di waktu yang tiba-tiba?
"Eonie, ada apa?"
Jessica menelan salivanya dengan susah payah, pandangannya memburam lagi, belum lagi pendengaran yang berdengung. Seandainya Krystal tidak sigap menopang tubuh itu, maka bisa saja Jessica terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier
Fanfiction[COMPLETED] - I wish I could be happier - [21-02-22] #2 in Jessica [25-03-22] #1 in Umji [30-02-22] #1 in Seohyun #3 in Siwon [07-04-22] #1 in Sowon [04-08-22] #1 Taeyeon