BAB 3

3K 149 4
                                    

Mobil hitam mewah berhenti tepat di pinggir jalan, jam mungkin sudah menunjukkan sekitar pukul setengah satu pagi, jika di lihat, kanan dan kiri tempat pemberhentian mobil itu adalah hutan.

Adriel menatap mata wanita yang berada di sebelah nya, jujur saja, Adriel benar benar ingin membunuh wanita ini, tempat di sebelah nya adalah milik Cinta seorang, dan sekarang ia harus merelakan itu dulu demi kepuasan membunuhnya.

"Mau bermain?" Tawar Adriel begitu sensual, Adriel menatap bibir yang mungkin sudah beberapa kali di cecap oleh banyak pria di luar sana.

"Ah, rupanya kamu tergoda, sayang." Nada centil dan manja itu membuat Adriel mual sebenernya, untung dia tahan. Sang wanita menaikkan rok mini itu hingga dalamannya terpampang jelas di penglihatan Adriel.

Paha nya masih mulus punya Cinta, daleman nya berenda juga warna merah.

Mata, bibir, pipi, paha, rasanya Adriel ingin merobek semua itu lalu membuangnya.

"Gak salah aku nerima tawaran kamu, kamu lebih mempesona daripada klien yang suka telat dateng."

"Kamu bilang itu temen?" Adriel menaikkan sebelah alisnya memancing.

Sang wanita menggerling kan matanya, maju dan mengusap area leher Adriel, memberi kecupan di sana dan bergerak ingin membuat tanda kepemilikan. "Jangan buat tanda." Ujar Adriel tanpa nada, laki laki ini sudah tidak tahan, segeralah ia mencengkram pinggang wanita itu dan mendorongnya hingga bunyi hantukan terdengar.

"Sabar sayang, ah, itu temen tidur." Jawab sang wanita yang masih terus gencar menggoda.

Adriel keluar dari mobilnya dan bergerak mengitari mobil hitam miliknya. Membukakan pintu sang wanita dan menyuruh nya untuk keluar. Sang wanita menurut.

"Kamu mau kita bermain di alam bebas? Ah, boleh lah, menarik." Kata wanita itu seraya mengaitkan tangannya di leher Adriel, lihatlah, mata wanita itu bahkan sudah berkabut gairah.

"Kenapa aku gak boleh buat tanda sayang? Apa ada yang marah kalau aku melakukan itu?" Tanya sang wanita pura pura merajuk.

Adriel mengangguk. "Ada."

"Mulai?" Sang wanita mengangguk semangat.

Adriel diam diam mengambil pisau lipat nya dari sebalik hoodie, "Perek." Decih Adriel.

Sang wanita terkekeh. "Perek mu sayang."

Jleb

"Akhhh!!!" Sang wanita melepaskan kaitan tangannya dengan mata melotot.

Adriel tertawa, puas. Laki laki itu menarik kembali pisau yang menancap di perut sang wanita dan kembali memasukkannya berulang kali sampai isi dalam perut sang wanita berceceran keluar.

"K-kamu?!" Sang wanita mengerang kesakitan dan menatap tak menyangka ke arah Adriel.

Adriel tersenyum polos dengan tangan yang sibuk mengaduk perut sang wanita menggunakan pisau kesayangan nya. "Apa? Katanya mau ikut main?"

Sang wanita terjatuh, matanya tertutup, lihatlah, darah yang keluar deras begitu pula dengan usus yang membelintang keluar, menjijikan, namun tidak bagi Adriel yang melihat itu berbinar.

Adriel berjongkok di sebelah sang wanita yang sudah mau mati itu, mencabut pisau lipatnya dan beralih menggores di bagian paha. "Mulus enggak, pamer pamer, mau liat punya Cinta? Punya dia mulus, eh gak boleh, punya gue." Adriel terkekeh dan menancapkan pisau itu di atas lutut, menariknya hingga betis dan ya, darah mengucur deras dengan luka sayatan yang melebar.

Adriel beralih pada wajah sang wanita. "Riasan lo jelek, Cinta natural, cantik." Adriel menggoreskan ujung pisau pada pipi kanan, kiri, juga dahi dan dagu secara bergantian.

Wajah wanita hancur, penuh dengan sayatan.

"Ukiran yang bagus."

"Masih hidup gak?" Gumam Adriel dan menempatkan jari telunjuknya di hidung sang wanita, ternyata wanita sudah bablas, gak napas. "Letoy, payah! Harus belajar sama Cinta, dia kebal." Adriel terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Adriel berdiri dan mengambil sesuatu di dalam mobil nya, air. Laki laki itu membersihkan pisau kesayangan nya dan kembali menaruh nya di saku Hoodie. Kini Adriel berdiri dengan posisi bersandar pada mobil nya, menatap mayat wanita yang sudah di penuhi oleh darah nya sendiri. "Gue mau rusak mata lo, tapi Cinta gak suka gue nge rusak mata orang, katanya dosa." Adriel menghela napas, napsu membunuhnya seketika lenyap dan berganti dengan rindu nya kepada Cinta. Dia harus pulang dan merengkuh tubuh mungil kesayangan nya itu.

Adriel mengeluarkan ponsel nya dan mendial nomor seseorang, meminta orang itu untuk membereskan jejak pembunuhan yang sudah ia perbuat barusan. Setelah semua selesai, Adriel masuk ke dalam mobil dan meninggalkan lokasi itu. Mungkin saja besok besok tempat itu jadi angker, dan semua berkat seorang Adriel Antsel Nigel.

Dan mangsa kali ini berhasil ia habisi, sangat puas.

"Tu du duduuu~" Adriel bersenandung di dalam mobil seraya melihat jalanan di depan yang sudah sangat sepi dan gelap, ia menyeringai, bau darah yang amis membuat nya semakin gila, ia menyukai itu semua. Adriel suka darah. "Dia pantes mati, perek sialan." Tukas Adriel yang mendatarkan wajahnya kembali, rahangnya mengeras, seperti ada dendam dalam hati Adriel yang membekas dan harus ia tuntaskan.

***

Pukul setengah 2 dini hari Adriel kembali ke dalam apartemen nya, pemuda itu langsung membersihkan dirinya dari noda noda darah yang tersisa. Adriel segera masuk ke dalam kamar Cinta dan ikut masuk juga ke dalam selimut.

Adriel merengkuh badan Cinta, mengelus lengannya pelan hingga sang empu menggeliat dalam tidurnya. "Sssttt, tidur yang nyenyak." Bisik Adriel dan mengecup sudut bibir Cinta.

Laki laki itu begitu hangat, sayangnya laki laki itu adalah pembunuh berdarah dingin. Dia pelindung, sekaligus pembunuh di waktu yang bersamaan.

"Kangen banget." Gumam Adriel seraya menghirup dalam dalam aroma rambut Cinta.

"Gue sakit, makanya gak ada yang mau jadi temen gue dulu, tapi kenapa lo bersedia mau jadi temen gue? Liat sendiri kan, lo kena getahnya. Sekarang lo punya gue, dan lo gak bisa kemana mana." Kata Adriel yang masih setia menelisik setiap sisi wajah cantik Cinta.

Adriel itu egois, dia cuma mau Cinta jadi milik dia. Tapi Adriel itu manis, dia selalu buat Cinta ngerasa jadi orang beruntung udah di milikin seorang Adriel.

Mata indah Cinta terbuka, perempuan itu masih sedikit sadar. "Kenapa gak tidur?" Tanya Cinta dan berganti memeluk perut Adriel.

"Ini mau tidur." Cinta bergumam dan melanjutkan penjelajahan nya ke alam mimpi.

"Manis banget sih? Pacar gue." Kata Adriel dan menelusup kan hidung mancungnya ke cekukan leher Cinta, melepaskan pelukan Cinta dan memilih ia saja yang memeluk perempuan itu agar terbenam di dada bidangnya.

"Mimpi indah, sayang." Ujar Adriel manis dan mengecup pipi Cinta berkali kali.

Ketika orang merasakan apa itu rasa jatuh cinta kepada seseorang, orang itu akan selalu merasakan jika ia adalah orang beruntung. Mencintai dan di cintai, definisi sempurna dalam hal percintaan. Dan Adriel merasakan nya, laki laki itu begitu jatuh dalam pesona seorang Lorraine Cinta, sampai ia tak bisa berpikir melepaskan perempuan itu dari rengkuhan nya.

***

To be continued

Hai? Jangan lupa follow dan vote, ini cerita pertama ku 💙

Psycho Boyfriend (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang