"Aku rindu." Pelukan itu sangat erat, Adriel mengelus pelan pinggang ramping Cinta, perempuan itu hanya mampu menahan napas dan menetralkan degub jantungnya.
"Papa sama mama gak lama ternyata, mereka pergi lagi," Cinta membalas pelukan Adriel dan memberitahu perkara orang tua Cinta yang sibuk. Padahal tiga hari lalu mereka baru saja menginjakkan kaki mereka di rumah dan sedikit bersenda gurau, namun ternyata waktu yang mereka miliki tak begitu banyak, mereka harus kembali mengurus segala pekerjaan mereka, yang mana artinya, Cinta kembali sendiri.
Adriel tersenyum walaupun dengan durasi yang sangat singkat. "Bukannya itu bagus? Aku bisa berduaan sama kamu, kan?" Cinta merenggut namun memilih tidak menjawab perkataan Adriel.
"Aku selalu mikirin kamu, orang tua kamu ganggu." Ujar Adriel dengan tampang biasa saja, Cinta menjauhkan tubuhnya dari Adriel yang langsung di tahan oleh cengkraman erat nan sakit Adriel. Cinta meneguk saliva nya. "Mereka orang tua aku."
"Tau."
Adriel menggiring Cinta untuk duduk di sofa apartment nya, menyuruh perempuan itu untuk duduk di atas pangkuannya dengan sangat intim. Cinta melenguh pelan saat tangan Adriel masuk ke dalam baju hingga mengelus nya, itu area sedikit sensitif. "El, jangan mancing!" Perintah Cinta yang di hadiahi pelototan.
"Berani ngeluarin perintah?" Tatapan mengintimidasi itu mampu membuat bulu kuduk Cinta meremang, memalingkan wajahnya menatap sudut ruangan agar tak bersitatap dengan mata tajam itu adalah yang Cinta lakukan sekarang.
"Sebentar lagi ujian..." Adriel menggantung kan kalimat nya dengan membenamkan wajah rupawan itu ke leher jenjang Cinta, menghirup aroma menyegarkan dari gadisnya dan memberi kecupan ringan yang basah di sana, dan di akhiri dengan hisapan kuat hingga jejak bekas keunguan tercetak. Naasnya Adriel tak berhenti sampai disana, terus menghisap hingga dan menggigit kecil, darah segar pun perlahan keluar, barulah pemuda itu menuntaskan aksinya.
"Shhh.. kenapa gigit.." Rasanya sangat linu dan perih di saat yang bersamaan, Cinta menghela napasnya, harus apa lagi dia? Mau menghentikan toh akan berakhir percuma. Lebih baik membiarkan, tidak munafik juga, ia pun turut menikmati.
"Ada yang salah?" Cinta menggeleng dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Adriel, pemuda itu menatap datar tanda yang ia buat, mengelusnya perlahan dan membiarkan Cinta mencari posisi ternyaman di dada nya.
Drrtt.. drttt..
Ponsel Cinta berdering, ponsel itu terletak meja yang berada tak jauh dari mereka berdua berada. Cinta membuka kelopak matanya dan menjauhkan tubuhnya, namun lagi dan lagi tangan Adriel menahan. "Siapa?"
"Ya mana gue tau?" Adriel mengecup bibir Cinta sekilas, hanya kecupan biasa. Sebagai peringatan. "Kosa kata." Ujarnya menekan kalimat.
"Ya aku gak tau, hp nya aja di sana, gimana aku mau tau siapa yang nelfon?"
Hp Cinta kembali mengeluarkan nada dering, yang mana membuat Adriel bergerak mengambil ponsel itu dengan sebelah tangannya, sebelah nya lagi ia gunakan untuk menahan pinggang kekasihnya. Adriel menggeram, lidahnya bermain di dalam mulut hingga terlihat tonjolan nya di pipi bagian dalam, rahangnya mengeras juga wajah yang menjadi lebih dingin dan mengerikan. Cinta bertanya tanya, siapa yang menelponnya? Mau mengajukan pertanyaan pun seperti nya ia tidak berani, wajah Adriel menjawab segalanya, yaitu menyuruhnya untuk bungkam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, jika tidak, karya baru akan muncul.
Manu OSIS is calling...
"Lo masih ngebantah gue rupanya, hm?" Adriel menatap Cinta yang kini menatap ke arahnya juga. Adriel menggenggam ponsel Cinta yang masih mengeluarkan nada dering tanda ada panggilan masuk itu dengan sangat erat. Adriel melepaskan tangan yang menahan pinggang Cinta dan membelai wajah gadisnya itu dengan sensual, mengambil sejumput rambut dan membawanya ke belakang daun telinga. "Apa telinga ini bermasalah? Atau bibir ini gak bisa berucap penolakan?" Tanya Adriel dengan deep voice nya itu.
Sial! Cinta merasa terintimidasi sekarang, ia sangat takut, takut dengan sisi Adriel yang sekarang, laki laki itu bisa berubah manis, namun bisa berubah menjadi monster yang mengerikan.
"El---"
Prang!!!!
Cinta memejamkan matanya erat, Adriel mengangkat tubuh Cinta ke dalam gendongannya, membawa tubuh perempuan itu menuju ke kamar. Cinta melingkarkan lengan nya ke leher Adriel, merasa kaget dengan pergerakan yang tiba tiba itu.
Membuka kelopak matanya, sebulir air mata jatuh ketika melihat ponsel kesayangan nya hancur tidak berbentuk. Tanda Adriel marah, marah besar.
"Hukuman. Lo harus di hukum, Cinta." Bisik Adriel dan melangkah cepat menuju kamarnya, tampak sekali pemuda itu tidak tahan untuk membuat karya indah, jangan salahkan Adriel, salahkan saja Cinta yang selalu membangkang.
Manu, laki laki yang selalu mendekati Cinta, bahkan kejadian tempo lalu itu semua berlatar belakang kelakuan Manu yang memeluk Cinta, padahal semua kejadian itu tidak di sengaja, namun ternyata tertangkap jelas oleh indera penglihatan Adriel yang se tajam silet.
***
Srettt
Akhhh
Darah segar mengalir, sayatan lumayan dalam itu kembali menghiasi area punggung Cinta, perempuan itu menggigit bantal guna menahan teriakan nya itu. Ini sakit, sakit, perih, bahkan untuk menjabarkan bagaimana rasanya, tidak bisa.
Ketika ingin melakukan sayatan ketiga, tangan Adriel terhenti, kini indera pendengaran nya menangkap jelas isakan dari Cinta. Laki laki itu melempar cutter yang tadi ia gunakan untuk menyayat punggung yang bahkan masih terdapat luka yang baru saja kering, Adriel mengusak rambut nya kasar.
"Ta? Lo tau apa yang gak gue suka, kenapa masih di lakuin, sih?" Tanya Adriel, laki laki itu mengelus luka terbuka Cinta.
"M-maaf," Adriel memapah tubuh Cinta dan memeluknya erat. "Aku yang minta maaf." Ujar Adriel.
"Aku terlalu takut kamu pergi.." Cinta mendongak dan membalas nya dengan gelengan lemah. Tangan perempuan itu terulur mengelus pelan wajah Adriel. "Aku gak pergi kan?" Tanya Cinta.
Adriel menggeleng. "Takut. Banyak orang yang pergi setelah tau aku, setelah tau aku gak sehat." Adriel terkekeh, matanya menatap mata Cinta dengan pandangan kosong.
"Aku enggak. Kamu yang buat aku gak mau lepas dari kamu 'El. Ada di sisi kamu itu bahaya, tapi gak ada di sisi kamu itu lebih mematikan." Cinta berucap seraya menahan sakit yang teramat pada punggungnya. "Dulu, aku takut sama kamu, apalagi waktu tau kamu dalang pembunuhan dari temen sekelas yang suka bully aku, aku harus apa? Harus nangis? Atau harus seneng? Aku gak tau. Aku takut sama sosok kamu, tapi waktu itu, aku juga berterima kasih sama sosok kamu, karena kamu, gak ada lagi yang bully aku." Cinta tersenyum mengingat itu semua.
Adriel menarik sudut bibir nya. "Apa yang di harapin dari sampah kehidupan yang bisa nya nge buat mental orang rusak?"
Cinta terkekeh ringan. Memeluk Adriel dengan manja dan berucap. "Sakit, obatin punggung aku, ya?"
Adriel mengecup pucuk kepala Cinta dengan sayang. "Maaf, ayo obatin."
***
To be continued
Hai! Jangan lupa untuk follow dan vote ini cerita pertama ku 💙

KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boyfriend (SELESAI)
Teen Fiction❛Yang gila bukan gue, tapi dia.❜ -©2022. Pshycho Boyfriend by, Mayverse_ Ft. Jung Jaehyun-local. R= 16+ Publish : 27 Juni 2022 End : 12 Juli 2022