⸙ 17 . Jika kita berpisah

1.1K 264 19
                                    

Kembali ke author pov ya!

Selamat membaca!

— DEAR SEAN —

— DEAR SEAN —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Satya menghentikan nyala mesin motor yang ia tunggangi. "Sial" umpatnya.

Turun dari motor, lalu membuka pintu utama rumahnya. Seketika netranya melihat keributan yang terjadi antara ayah dan ibunya di ruang tamu.

"Kamu tidak becus jadi orang tua!" bentak Sinta pada Dharma.

Dharma berkacak pinggang, pikirannya sekarang sangat stres. "Kamu jadi nyalahin saya?!" sergahnya.

"Saya jadi kehilangan anak-anak saya!! Pertama Sean yang pergi sampai sekarang tidak pulang dan sekarang Satya!!" hardik Sinta, menunjuk wajah Sang suami dengan penuh emosi.

"Hahhh! Coba saja kamu tidak kasar pada mereka pasti mereka akan akur seperti dulu"

Wanita itu jalan kearah sofa, mendudukinya seraya memijat pelipis karena pusing.

Dharma mendengus kasar, menatap Sinta dengan begitu tajam. "Kamu sebagai ibu harusnya mendidik juga, jangan salah kan sa—"

"Kamu yang salah!! Saya sebagai istri hanya kerja mengurus rumah ini" potong Sinta.

"Terus apa gunanya bibi Nani? Bukannya dia yang selama ini bersih-bersih rumah? Kamu hanya foya-foya" bantah Dharma.

"Setelah saya di pecat dari kantor sekarang kamu hanya bisa memarahi seenaknya?! kamu hanya mengoroti uang!!!"

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat dengan mulus di wajah Dharma.

Satya yang tadi termangu di depan pintu sontak terkejut. Menjerit keras lalu lari kearah Sinta. "IBU AYAH!!" teriaknya.

Napas yang sekarang tak beraturan, telunjuk Satya mengarah ke depan wajah Dharma dengan geram. "Ayah gak seharusnya bilang begitu ke ibu" ucapnya.

Dharma meluruskan pandangannya, kedua tangan telah terkepal di samping celananya. "Berani ikut campur kamu ya?! Ibu kamu seakan ingin membuang ayah yang sekarang di pecat dari kantor!!"

"Uang saja yang dia pikirkan!!" gertak Dharma.

Mengusap pipi nya yang memanas karena tamparan keras dari Sang istri. Dia berdecak kesal kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Satya mengalihkan tatapan kearah ibunya, mendekati lalu memeluk erat. "Ibu gak apa-apa kan?" tanyanya penuh kekhawatiran.

Sinta balik memeluknya, tidak lama air matanya berlinang. "Tidak apa-apa, ibu hanya kesal pada ayah" jawabnya.

Ia menghela napas panjang setelah melepas pelukan itu. Mengusap lembut wajah Satya sembari menatapnya lekat. "Nak, kamu kenapa baru pulang?"

Satya tak kunjung menjawab hanya diam. Sinta berbalik badan, menatap sebuah bingkai foto keluarga semasa kecil kedua putranya. Jalan mendekat memandangi betapa harmonis keluarganya dahulu.

Dear Sean ; Sunoo (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang