❝Aku memiliki satu permintaan, hanya satu saja. Itu sederhana. Bahagia meski hanya sementara.❞
Kisah singkat tentang Sean Raka Putra. Laki-laki malang yang memiliki penyakit dalam, serta hidup di keluarga yang kejam selalu melukai fisiknya. Luka dan...
Heeyy youu! Tekan bintang jangan lupa yaa, aku maksa nieh xixi😷
Baca bab sebelum ini dulu biar gak lupa~
Selamat membaca!
— DEAR SEAN —
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini sangat menyakitkan, bolehkah aku menyerah di titik ini?" - Sean Raka Putra -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kejadian itu cukup menghantui Sean. Dia sampai tak mau keluar dari kamar. Dia mengurung diri sedari siang sampai sekarang larut malam.
Trauma saat ibunya membekap dengan bantal sofa. Tamparan sekaligus lemparan gelas dari ayahnya membuat goresan luka lagi pada tubuhnya.
Sean sangat terpukul. Rasanya campur aduk antara sedih dan juga kecewa.
Dia termenung di dalam kamar sendirian. Tatapannya sangat sendu, raut wajahnya menyiratkan penuh kehancuran pada dirinya dan juga rasa sesak yang menyeruak pada dadanya. Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raganya.
Saat itu juga dia mengingat ucapan yang cukup menyakitkan bila di dengar.
"Kenapa Sinta harus melahirkan anak seperti kamu!!"
"Kamu mau mati kan?! Kamu membuat saya malu!! Anak durhaka!!"
Tubuh Sean jatuh merosot menyender pada kasur. Rasanya seperti tertusuk pedang, sangat sakit. Sekuat tenaga dia menahan tangisannya lagi, dia tak mau mengeluarkan air matanya yang ratusan kali pernah turun membasahi wajah. Rasanya sia-sia, hidupnya sudah terlanjur menyedihkan bahkan siapapun orang tidak mau hidup seperti dirinya bukan?
"Kenapa Tuhan masih membiarkan aku hidup? Aku udah gak kuat menahan semua rasa sakit ini" lirihnya sangat pelan.
"Bodoh! Kenapa aku bodoh banget, kenapa aku lemah banget, haha" sambungnya tertawa hambar di akhir kalimat.
