Dami is calling . . .
"Bang lo dmna, ini tamu dari kejaksaan udah pada dateng."
"Dami language please."
"Hehe sorry. Pak sudah dimna yah? Tamu nya sudah datang." sembari cengengasan.
"Tunggu di ruangan saya, 10 menit lagi saya sampai."
"oke siap pak, hati hati dijalan."
Galen langsung mematikan telepon nya sepihak. Meskipun Dami adalah temen tongkrongan nya sedari kecil tetap saja ketika ditempat kerja harus tetap profesional, jika sudah tidak ditempat kerja dan lepas seragam ia pun tak masalah jika Dami berkata seperti itu padanya.
Dikantor ..
Sesampai nya di lobby Galen memandang meja receptionist. Ia baru ingat jika 1 minggu yang lalu receptionistnya resign dikarena ikut suami nya untuk pindah keluar kota. Kosong sekali sebuah perusahaan yang cukup besar tidak ada receptionist bagaimana jika ada tamu dan informasi lain nya.
Sesampai nya diruangan ia pun segera perbincang-bincang dengan tamu nya terkait masalah jalanan yang amblas akibat galian pipa. Maklum perusahaan itu bergerak di bidang Air bersih yang mana dioperasikan dan disalurankan ke seluruh wilayah kota tersebut.
"Dami, pak hasan sudah datang belum? Coba kamu cek keruangan nya, kalau sudah nanti meeting jam 14.30 diruangan saya dan satu lagi tolong panggilan HRD saya mau bicara."
"Baik pak." Belum saja kaki itu melangkah ke pintu, suara khas milik bos nya itu bersuara
"Tunggu Dam, minta ke OB buat bikinin kopi." Dami kaget bos nya ini tidak boleh minum kopi baru saja 1 bulan yang lalu di diagnosa Gerd okeh dokter.
"Lo jangan ngadi-ngadi." Gertak Dami
"Dami language."
Dami menghela nafas nya sambil menahan emosi. "Bodo amat gue gk denger. Harusnya lo minum ramuan yang ibu gue kasih buat lo bang, supaya lo cepet pulih" ia sangat kesal melihat kelakuan Bosnya itu.
"DAMIIIII . . " Dengan nada yang cukup meninggi.
"oke baik pak saya buatkan ramuan saja ya pak, nanti kalau bapak tinggal nama akibat sering minum kopi yang jalanin perusahaan ayah mu siapa pak?."
"Kan ada kamu." Jawab Galen
"Anjing lo bang."
Galen ingin menghampiri Dami, namun Dami keburu ngacir keluar. Takut ia jadi peyek di hajar oleh Galen.
***
Dikediaman Adira disana ia sedang sibuk dengan laptopnya guna melampirkan suarat lamaran pekerjaan. Tidak ia tidak menyerah, dikamus hidupnya jika belum ia tetap berusaha dan tidak tinggal diam. Jika ia tidak bekerja siapa yang akan membiayai uang sekolahnya jian dan biaya rumah sakit bundanya. Sedangkan Jika kak Jihan bekerja yang mengurus Bundanya siapa. 3 Tahun lalu bundanya ini di diagnosa kanker otak meskipun belum menjalar keseluruh tubuh nya tetap saja ia harus memalukan kemo dan chek up setiap bulan. Bahkan jika fisik nya lemah Bundanya harus dirawat inap.
Ting tong . .
Suara bel itu membuyarkan lamunan Adira, ia pun bangkit melangkah kan kaki nya menuju asal suara tersebut. Ketika Adira membukakan pintunya ia kaget pasalnya melihat Dilbar jam 2 siang kerumahnya dengan wajah yang panik.
"Dilbar, lo ngapain? Tumben jam segini udah balik kerja?." Tanya Adira, yang disana tidak menjawab ia langsung masuk ke dalam rumah Adira tanpa permisi. Sudah biasa juga kan Dilbar main nylonong masuk.
"Udah gue temenin lo." Sambil meneguk segelas air putih yang ia ambil tadi didapur. Benarkan, bagi Dilbar rumah Adira seperti rumah kedua.
"Lo akhir-akhir aneh bgt, kenapasi?."
"Gue tidur dlu ngantuk, pinjem paha lo." Belum saja di iya kan oleh Adira, kepala Dilbar langsung meluncur kepaha Adira, namun tidak sampai 2 detik Dilbar sudah di hadiahi sebuah pukulan yang membuat Dilbar ber aduh.
"Sakit diraaaaaa . . " Sambil memegangi tangan nya.
"Gausah lebay, tidur disana atau lo pulang." Menunjuk kursi disebrang nya.
"iya iya." Dilbar pasrah
"Lo utang cerita ke gue." Dengan nada yang cukup tegas
"Nanti kalau udah waktunya."
"Nyenyenyenye gtu aja terus." Jawab Adira dengan wajah meledek, sangat kesal tapi lucu.
Lalu Dilbar memutar satu lagu yang membuat Adira keheranan.
"Tumben lagunya gk kpop."
"Udah dengerin aja. Gue tidur dlu ya, klo ada apa-apa teriak aja." Jawab Dilbar sambil sayup-sayup memajamkan mata.
Playing Song . . .
Give Me your Forever - Zack Tabudlo
Do you remember
When we were young your were always with your friends
Wanted to grab your hand and run away from them
I knew that it was time to tell you how i feelFokus nya Adira teralihkan oleh lagu tersebut pandangan nya lurus kedepan ketempat Dilbar yang sedang tertidur, ia meniliti dari setiap bait lagu, maksud nya apa ya? Apa Dilbar sedang jatuh cinta? T-tapi dengan siapa. Ia terus mendengarkan sampai pada bagian inti lagu. Entah angin dari mana Adira meneteskan air mata nya.
I want you to know
I love the most
I'll always ne there right ny your side
Cause baby, You're always in my mind
Just give your forever"hah gue kenapa nangis dah, haha." Adira tertawa sambil mengusap air matanya.
"hiksss, Adira ,, hikss gajelas banget ,, hikss ,, malah nangis." Ia pun segara mengambil handphone Dilbar untuk mematikan lagu yang membuatnya menangis. Entah kenapa lirik dari lagu itu mengingatkan dia kepada seseorang, rindu akan kehadiran dan kehangatan seseorang rasanya sesak namun Adira tidak bisa mengingat nya. Apa ini efek dari kopi yang ia seruput tadi pagi atau bahkan efek terlalu lama memandang layar dilaptopnya.
Suara tangisnya semakin kencang membuat Dilbar terbangun. Ia seketika terperanjat dari tidur nya karena kaget mendengar tangisan Adira. Ia langsung menghampiri Adira yang sedang duduk dilantai tertunduk sambil tangan nya yang menopang kakinya.
"Dira lo kenapa heh??." yang ditanya suara tangis nya malah semakin kencang. Dilbar garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal antara khawatir dan lucu, lucu sekali sebab Adira menangis seperti bayi yang ditinggal oleh ibunya.
"Ssssttt sini-sini." Dibukanya tompangan itu oleh Dilbar lalu setelah nya ia persilahkan Adira untuk masuk kedalam pelukan nya. Di usap nya punggung Adira. Tidak banyak bertanya, karena jika seseorang sedang seperti ini jangan ditanya hadiahi saja sebuah pelukan dan juga Dilbar pun tau sebuah pelukan itu bisa mengobati rasa sakit yang ada didalam diri seseorang meskipun tidak sepenuhnya.
Dirasanya cukup tenang Dilbar pun bertanya mengapa teman nya tersebut menangis. Adira pun menjelaskan, Disana Dilbar hanya diam ia paham sangat paham jika Adira merindukan sosok laki-laki itu. Ingin sekali Dilbar memberitahu segalanya, namun ia tak punya hak atas semua ini dan juga ia takut jika Adira kecewa padanya.
Sudah lah Dilbar memilih diam dan menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu semuanya bahkan kejadian 3 tahun lalu yang menyebabkan Ayah nya Adira merenggut nyawa dan Adira tidak bisa mengingat kejadian 3 tahun yang lalu. Adira hanya mengingat jika ayah nya meninggal itu karena mengkonsumsi kopi berlebih yang menyebabkan jantung nya melemah dan nyawa nya pun tidak tertolong.
Padahal bukan itu kejadian nya hanya saja Adira tidak bisa mengingat kejadian tersebut. pasca trauma karena kejadian 3 tahun lalu membuat Adira kehilangan Ingatan nya tidak sepenuhnya, hanya ia tidak mengingat orang-orang yang ada di dalam peristiwa tersebut, bahkan memori masa masa remaja pun ia hanya mengingat nya sedikit.
Bersambung . . .
![](https://img.wattpad.com/cover/305003554-288-k591093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK AT YOU [HAMADA ASAHI]
Fanfic"Arghhhh kenapa gue harus berhadapan sama CEO gak waras itu sih, gue bukan babu nya dia." Ketus Adira Semenjak hari itu bapak CEO ganteng sering sekali menyuruh Adira untuk membuatkan kopi padahal bukan job desc nya dan seperti ada perasaan yang ber...