• PART NINE •

210 18 0
                                    

Malam itu hujan cukup deras. Adira tidak membawa payung padahal tadi sore langit nya cerah ia juga masih bisa melihat sunset. Memang tidak bisa ditebak seperti hal nya hati manusia.

Ia pun berlari ke sebuah warkop untuk berteduh yang tak jauh dari tempat Adira berdiam diri. 

Baru sadar tadi siang dikantor ia berlari tanpa membawa tas nya. 

"Ya elah gimana caranya gue minta tolong ke Dilbar handphone gue aja mati. Bar bisa telepati gak sih, ayo bar lo kesini. Ah diem Dir gausah ngadi-ngadi dah. Begitulah kata Adira yang meracau sendirian. 

Kepala nya di tunduk kan ke bawah sambil memainkan kaki nya di tanah. Disaat itu ada tangan yang terulur memberikan benda yang cukup besar dan berwarna hitam, sontak Adira pun mengadah untuk melihat siapa sosok tersebut. 

"Kenapa ada dia, ini gue halu ga sih. Ini pasti kebanyakan mikirin dia nih." Berkata dalam hatinya

Lamunan itu di buyarkan ketika pria itu mengeluarkan suaranya.

"Nih, tadi tas lo ketinggalan. Jangan gr yak ini gue karena di suruh Dami aja." Sambil menyodorkan tas sling bag berwarna hitam milik Adira.  

Adira pun mengambil benda itu.

"Makasih." Di iringi dengan senyum  

"Duh Ra jangan senyum." Entah lah akhir-akhir ini senyum Adira membuat hati Galen bergejolak. Galen sebisa mungkin tidak ikut senyum, ia tidak boleh lemah pokoknya di depan Adira harus stay cool.

"Ekhhmm. Gue juga ga sengaja lewat sini kok itu si Dami katanya mau beli sesuatu di toko kimia deket pertigaan." Galen berbohong sebenernya ia mengikuti Adira, pada saat ditaman bahkan Galen melihat Adira menangis. 

"Hehe iyaa pak makasih ya udah bawain tas saya. Maaf saya gk profesional main lari begitu aja." Jawab Adira sambil membungkukan badan nya.

"Dimaafin, tapi lain kali jangan di ulangi lagi dan juga bisa ga Kalau lagi diluar manggilnya kayak biasa aja." 

Salah satu alasan kenapa Galen tidak mau membuka identitas nya, yah seperti ini dan Galen pun tidak gila hormat. Sebenernya ia bisa saja membiarkan Adira sesuka hati di dalam kantor tapi jika Galen berlaku seperti itu takut jika pegawai lain cemburu sosial dan imbasnya ke Adira juga kan. 

"I-iya Len sorry." 

"Hmmm." 

"Yaudah Len gue duluan ya makasih udah anterin tas nya. Besok gak gue ulangin lagi kok."  

Namun ketika Adira hendak pergi tangan nya di cekal oleh Galen. Ia tidak menginjinkan Adira pulang karena masih hujan. Galen pun langsung satset memasankan taxi untuknya, karena tawaran di awal untuk mengantarkan Adira pulang di tolak.

"Tuh taxi nya udah dateng, nih bawa payung nya." Payung dalam keadaan terbuka yang berwarna merah muda itu diletakan di pundaknya Adira. Kalian tahu apa yang Adira lakukan? Tidak dia tidak melakukan apa-apa baginya ini terlalu tiba-tiba. Jangan tanya jantung nya sudah berlari duluan, tatapan nya Galen tak bisa dijelaskan.

"Nanti lo gimana?" 

"Gampang tinggal lari mobil gue disana." Sambil menunjukan mobil yang berada di sebrang jalan dekat indoapril.

"Hmm makasih ya Len, nanti uang nya gue ganti kalau udah gajian, bye gue dluan." Ia tergesa-gesa takut ketauan jika pipinya kini sudah berganti warna.

"Hati-hati dijalan." 

Yang dijawab anggukan oleh Adira.

Mobil sedan berwarna biru pun membawa pergi Adira untuk pulang kerumah.

BACK AT YOU [HAMADA ASAHI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang