Chapter 9

8.5K 835 40
                                    

Saat jam istirahat makan malam, selagi ada kesempatan Vale membuka situs pencari kerja. Dia ingin mencari uang tambahan, karena gaji yang sekarang sangat tidak cukup. Tidak mudah bagi Vale menyesuaikan diri dengan Ceysa yang punya punya segalanya. Meski wanita itu tidak pernah menuntut apa-apa, namun sebagai laki-laki dia tetap ingin memberikan sesuatu yang tidak hanya sekadar cinta.

Ingat, makan cinta itu tidak kenyang!

"Lagi ngapain Lo?" Zidan mengintip layar ponsel Vale. "Loker?"

Vale mengangguk.

"Lo mau berhenti kerja di sini?" tanya Zidan kaget.

"Nggak. Gue nyari tambahan," jawab Vale sembari menggulir layar. Dari semua loker yang ada, tidak satupun sesuai dengan kualifikasinya.

"Lo masih muda tapi beban Lo kayak udah banyak banget, Bro. Buat apaan sih nyari duit banyak-banyak?"

"Mumpung masih muda harus kerja keras. Biar nanti pas tua tinggal santai nikmati hasilnya," sahut Vale dengan tepukan ringan di pundak Zidan.

"Gue Aminin deh yang keras!" seru Zidan sembari mengangkat kedua tangan layaknya muslim berdoa.

Vale tersenyum tipis.

"Emang Lo mau nyari kerjaan yang kayak gimana?" tanya Zidan kembali serius.

"Gue sih apa aja, asal nggak ganggu kerjaan yang sekarang. Lo punya info nggak?"

Zidan tampak berpikir sejenak. Lalu menepuk pundak Vale, "gue baru inget kemaren ada temen gue bilang kalau di cafe tempat dia kerja lagi nyari singer buat live music. Lo, kan, jago nyanyi, coba aja."

"Jam kerjanya gimana?" tanya Vale menunjukkan ketertarikan.

"Gue tanyain dulu." Zidan menggulir layar ponselnya, mencari nomor temannya.

Vale diam menunggu.

"Halo Sob, lagi sibuk nggak Lo?" Zidan menyalakan loud speaker agar Vale bisa mendengar.

"Nggak kok, lagi free. Ada apa, Sob?"

"Gini, kemaren Lo pernah bilang ke gue kalau di cafe tempat Lo kerja lagi nyari singer. Masih nggak?"

"Masih, butuh satu orang lagi. Punya kandidat Lo?"

"Ada nih, temen gue. Suaranya bagus, gue jamin."

"Boleh tuh, coba ketemu sama Mas Bimbim aja besok. Emang lagi urgent banget, kalau oke pasti bisa langsung masuk."

"Tapi Sob, kira-kira jadwal kerjanya gimana? Soalnya jujur aja temen gue ini juga masih kerja."

"Kalau itu tenang, kerjanya fleksibel kok. Kan, ada dua orang tuh, nanti bisa atur jadwal aja berdua."

Vale begitu senang mendengarnya. Dia memberikan kode anggukan kepala pada Zidan pertanda bersedia datang besok.

"Oke deh sob, besok gue suruh dia ke cafe Lo. Ketemu Mas siapa tadi?"

"Mas Bimbim, nanti langsung aja. Die orangnya baik kok."

"Sip. Thanks ya sob."

"Sama-sama, sob."

"Tuh Val, Lo udah denger sendiri. Jadi Lo beneran tertarik?"

"Bakal gue coba," sahut Vale. "Thanks ya!"

"Nanti gaji pertama manggung, beliin gue makan yang enak," canda Zidan.

"Tenang aja." Vale menjentikkan jari. Makan enak versi Zidan sangatlah pas di kantong, cukup bawa ke rumah makan Padang yang ada di dekat cafe saja.

"Dah, gue mau makan dulu. Lo nggak makan?"

Sweet Temptation (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang