Chapter 22

6.1K 554 13
                                    

"Pak, berhenti di sini aja!"

"Loh, kok berhenti di sini?" tanya Ceysa sembari memastikan lagi kalau mereka benar-benar belum sampai di apartemennya.

"Kita turun sini aja, jalan kaki sampai apartemen kamu," ajak Vale.

Sopir taksi itu menuruti perintah Vale yang ingin berhenti di persimpangan jalan. Hujan baru saja turun, jejaknya masih tertinggal di jalanan. Vale dan Ceysa melangkah ringan, menikmati sejuknya udara sembari bergandeng tangan.

"Kenapa tiba-tiba ngajakin jalan kaki? Kita bukan lagi di drama Korea loh," ledek Ceysa. Tiba-tiba saja ingat pada drama-drama Korea yang pernah dia tonton bersama Allura dan Blaire, di mana para tokoh utamanya jalan kaki sepulang dari berkencan.

Vale terkekeh, "Anggap aja sama." Dia pun pernah melihat adegan seperti ini. "Aku ... pengen gandengan kayak gini lebih lama."

Ceysa tersenyum.

"Cey, aku merasa ini terlalu mudah."

"Apanya?"

"Kita."

"Maksudnya?" Ceysa menatap Vale lekat.

"Aku jadi mikir, kok kayaknya jalan aku buat nikahin kamu tuh dipermudah banget, ya. Aku nggak harus berjuang mati-matian, tapi semuanya berjalan lancar." Vale berpikir sebentar. "Kemaren, kamu tanpa pikir panjang langsung nerima lamaran aku. Terus sekarang, Papi kamu ngerestuin gitu aja tanpa ngasih syarat apapun ke aku."

"Bukannya itu bagus, ya?"

"Terlalu bagus malah, jadi bikin aku agak takut." Vale mengesah. "Aku takut Tuhan cuma lagi becanda sama aku."

"Nggak boleh berprasangka buruk sama Tuhan, kamu sendiri yang bilang."

"Iya sih ..." Vale mengesah kembali. "Tapi Cey, kamu beneran nggak mau mikir-mikir lagi? Ini mumpung kita belum siapin semuanya."

"Kamu mau mencampakkan aku?" Ceysa memicingkan mata.

"Bukan. Bukan itu," tepis Vale cepat. "Aku cuma nggak mau kamu nyesel ambil keputusan secepat ini. Aku juga yakin banyak laki-laki yang lebih baik di dunia ini yang suka sama kamu, tapi kenapa pilihan kamu malah aku yang banyak kekurangan ini?"

"Kamu bener, yang lebih baik emang banyak. Tapi masalahnya aku nggak cinta sama mereka." Ceysa berhenti berjalan, lalu menghadap Vale. "Aku juga tau kamu banyak kekurangan, tapi bukan berarti kamu nggak punya kelebihan. Dan yang paling penting, aku cinta sama kamu. That's enough."

"Makan cinta doang nggak kenyang, Cey." Vale terkekeh.

"Ya, kamu bener. Untuk mereka yang berpikir soal nominal, makan cinta itu emang bulshit. Tapi ... untuk mereka yang berpikir pakai hati ..." Ceysa menunjuk dada Vale, "cinta itu nggak akan bisa diukur dengan berapapun nominalnya. Hewan buas kelaparan sekalipun, mereka nggak akan makan pasangannya sendiri."

Vale terpana mendengarnya.

"So ... Valegano Ratama, berhenti overthinking. Aku nggak akan berubah pikiran, karena keputusan yang aku ambil udah bener-bener final. Kamu pilihan hati aku, sekarang dan selamanya. No debat."

Vale tertegun cukup lama, sampai akhirnya menghela napas keras. Dia menangkup pipi Ceysa yang terasa dingin. "Inget ya, kamu sendiri yang udah nekat masuk ke kehidupan aku. Jangan pernah berpikir bisa kabur, karena aku akan kunci kamu selamanya di sini." Ditaruhnya telapak tangan Ceysa ke dadanya.

Ceysa mengangguk.

Saat Vale mendekatkan wajah, Ceysa mendorongnya. "Terlena boleh, tapi jangan lupa juga dong kita lagi di jalan raya," cibirnya.

Sweet Temptation (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang