"Kamu nggak mau pulang?"
Vale mengancingkan celananya. Lalu memicingkan mata, "ngusir banget nih?" kekehnya."Nggak berniat nginep, kan?" sindir Ceysa. Dia tidak pernah membiarkan pria manapun ikut menginap, karena kebutuhannya telah terpenuhi.
"Kalau diizinin sih ..." Melihat tatapan tajam Ceysa, Vale tertawa. "Galak banget sih. Ngobrol dulu gimana? Tenang, gratis kok."
Ceysa mencebik.
Sebotol red wine dan dua gelas telah disediakan di atas meja. Ceysa tidak pernah berpikir akan menjamu pria satu malamnya seperti ini, namun itulah yang terjadi. Mereka duduk di balkon kamar menikmati udara yang menyejukkan.
"Kamu udah lama kerja kayak gini?" tanya Ceysa.
"Nggak juga. Aku baru jadi member di aplikasi itu tiga bulanan," jawab Vale.
"Oh." Baru tiga bulan tapi keahlian bercintanya sudah expert, haruskah Ceysa percaya?
"Kamu sendiri?"
"Baru enam bulan," jawab Ceysa.
"Bukan itu pertanyaannya," ledek Vale. Dia terkekeh, tapi Ceysa tetap dengan ekspresi tenangnya. "Kenapa pakai jasa aplikasi dating? Aku yakin kamu bisa dapetin pria manapun dengan mudah."
"Pria manapun yang kamu maksud nggak akan setuju dengan hubungan satu malam. Mereka pasti menuntut hal lainnya," jawab Ceysa.
Vale menatap Ceysa begitu dalam. Entah apa yang dia pikirkan. "Emang nggak bisa lebih dari satu malam?" tanyanya.
Ceysa balas menatap Vale. "Ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita," tegasnya.
"Kejam banget," ledek Vale.
Ceysa hanya mencebik. Dia menyesap wine sedikit demi sedikit. Matanya memandang ke langit, begitu banyak bintang di sana. Malam ini cerah.
"By the way, nama kamu siapa?" tanya Vale. "Kita belum kenalan secara resmi." Dia menyodorkan tangan.
"Kamu nggak perlu tau apapun tentang saya. Apapun yang terjadi di antara kita, jangan dianggap serius," ucap Ceysa.
Vale menghela napas dan menarik tangannya. "Kamu membutuhkan lebih dari sekedar teman tidur," ucapnya sok tahu.
"Kayaknya kita udah melewati batas. Aku harap kamu bisa pergi sekarang," usir Ceysa sembari berdiri.
Saat Ceysa akan masuk ke dalam, Vale menarik tangannya hingga wanita itu duduk di pangkuannya. Protes Ceysa dibungkam oleh ciuman Vale.
Awalnya Ceysa berniat menolak, tapi pria itu membuatnya kembali tak berdaya. Dia pun mengalungkan tangan ke lehernya, membalas ciuman itu sama bersemangatnya. Belum satu jam mereka beristirahat dari lelah, nafsu sudah kembali datang.
Vale menciumi leher Ceysa dengan rakus. Dia suka aroma tubuh wanita itu, manis dan menyegarkan. "Kamu jangan pakai parfum ini saat bersama pria lain," bisiknya sembari mencium daun telinganya.
Ceysa tidak begitu menggubrisnya, karena yang ada di kepalanya hanya nafsu yang membara. Hasratnya bagai tidak pernah padam, anehnya itu hanya terjadi saat bersama Vale. Laki-laki sebelumnya, lebih banyak membuat Ceysa ilfeel.
***
Ceysa terbangun setelah mentari pagi menampakkan cahayanya lewat tirai jendela yang terbuka. Dia tidak bisa bergerak karena tangan Vale sedang memeluknya. Semalaman mereka tidur di ranjang yang sama dengan posisi seperti ini. Dia sendiri lupa apa yang membuatnya mengizinkan Vale menginap, mungkin karena kelelahan jadi tidak bisa berpikir jernih.
Pelan-pelan Ceysa memindahkan tangan Vale dari tubuhnya. Dia duduk sembari memijat kepala. Masih terasa mengantuk, tapi tidak bisa tetap di sini. Selain alasan pekerjaan yang telah menunggu, dia juga tidak ingin sampai terjebak dengan seorang brondong.
Dengan sangat hati-hati, Ceysa turun dari ranjang. Dia tidak menciptakan suara apapun hingga selesai bersiap. Sebelum pergi, lebih dulu ditulisnya sesuatu di sebuah kertas. Sejenak dia memandang wajah pulas Vale.
"Kamu cukup mengagumkan, tapi sorry kita harus akhiri sampai di sini." Ceysa bergumam dalam hati.
Setelah itu Ceysa meninggalkan hotel. Dia telah berpesan pada resepsionis untuk membangunkan Vale bila hingga waktunya check out pria itu belum juga pergi.
Selama perjalanan, ingatan tentang percintaannya dengan Vale terus gentayangan di kepala. Sosok itu telah membuatnya terpuaskan semalaman. Bila harus dibandingkan dengan pria lain yang pernah tidur dengannya, Vale yang terbaik.
Andai usia Vale sama dengannya atau jauh di atasnya, mungkin dia akan mempertimbangkan untuk bertemu lagi dengan pria itu. Sayangnya, Ceysa tidak tertarik berhubungan dengan seseorang yang lebih pantas menjadi adiknya. Tujuh tahun perbedaan yang sangat tidak masuk akal untuk bisa dimaklumi.
"Wake up Ceysa, Lo nggak seharusnya mikirin anak kecil itu."
***
Yakin puas cuma baca segini? Nyehehe.
Kalau pengen lebih puas, Chapter 2 di Karyakarsa beneran panjaaaang dan bikin gerah wkwkwk
Cuma 2k loh.
Ini Ceysa dan si brondongnya 👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Temptation (KOMPLIT)
RomanceWarning: Area 21+ Bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usia. Ceysa tidak lagi percaya cinta sejak pernah sangat terluka. Baginya, kebutuhannya pada seorang pria hanya untuk menghangatkan malamnya. Tidak ada komitmen, hanya untuk bersenan...