Chapter 7 (Versi Wattpad)

9.7K 753 50
                                    

Ceysa baru saja pulang ke apartemen dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Rasanya sangat melelahkan hari ini, sampai untuk makan siang saja tidak sempat. Dia mengambil tas dan mengeluarkan ponselnya, baru sempat dinyalakan sekarang.

"Tumben nggak ada kabar," ujarnya sembari mengecek apakah ada chat Vale yang terlewat. Bener tidak ada, chat terakhir pria itu tadi malam saat mengucapkan selamat tidur.

Ceysa mencoba menghubungi Vale, namun malah ponsel pria itu tidak aktif. Ini pertama kalinya Vale susah dihubungi, padahal biasanya paling cepat merespons.

Ponsel Ceysa berbunyi, dia tersenyum karena mengira itu dari Vale. Tapi senyum itu pudar begitu melihat yang menelepon justru Blaire. Bukan tidak senang, hanya sedang mengharapkan yang lain.

"Halo Bi," sapanya sembari berbaring kembali.

"Cey, Lo di mana?"

"Baru aja nyampe apartemen."

"Bagus kalau gitu, berarti ntar malem Lo bisa dateng ke restoran biasa, ya? Jam tujuh, on time."

"Tumben. Emang ada perayaan apa? Jevan mau kawin lagi?" Restoran yang Blaire maksud terbilang mewah dan harganya mahal, biasanya mereka baru akan ke sana bila sedang merayakan sesuatu.

"Ih, amit-amit!"

Ceysa tertawa geli. "Ya terus apa dong?"

"Dateng aja deh, nanti gue kasih tau di sana."

Ceysa melirik jam di dinding, ini baru jam lima sore. Vale mungkin sedang bekerja, karena pria itu masuk shift kedua dan baru pulang tengah malam nanti.

"Cey?"

"Iya nanti gue dateng," sahutnya.

"Oke, inget ya on time."

"Hmm."

"Bye!"

"Bye."

Ceysa menaruh ponselnya. Kemudian memejamkan mata sejenak. Tak lama terdengar suara bel, sangatlah mengganggu karena orang di luar sana menekannya terus menerus.

"Iya tunggu!" geram Ceysa sembari mendekati pintu. "Nggak sabaran banget sih."

Saat pintu dibuka, Ceysa mematung melihat siapa yang berdiri di sana.

"Surprise," ucap Vale dengan senyum lebar.

Tak ada kata-kata yang bisa mewakili betapa bahagianya Ceysa. Refleksnya adalah menarik Vale ke dalam, lalu mereka berciuman penuh semangat. Ini pelampiasan dari rasa rindu yang tertahan selama beberapa hari.

Vale menutup pintu dengan kakinya, lalu menarik Ceysa mendekat dan membawanya ke dalam. Menit terus bergerak, Bibir mereka belum sanggup memberi jarak, tetap saling melumat begitu dalamnya.

Tubuh keduanya terhempas ke atas kasur, Vale di atas dan tetap melumat bibir Ceysa.

Ceysa mengabaikan dering ponselnya yang berbunyi, tidak rela melepas kesenangan ini walau sesaat. Posisi tubuh mereka berpindah, kini Ceysa yang berada di atas.

Hingga oksigen sudah sangat menipis, keduanya melepas ciuman dengan napas tersengal.

"Kamu kok di sini?" tanya Ceysa.

"Aku tukeran shift sama temen hari ini, biar bisa ketemu kamu." Vale menyelipkan rambut Ceysa ke belakang telinga, karena menutupi wajah cantiknya.

Ceysa tersenyum senang. Pantas saja Vale masih memakai seragam kerja, dan sedikit beraroma daging asap.

"Tapi besok aku harus lembur," ucap Vale lagi. "So ..." Dia menarik tengkuk Ceysa dan menjalin ciuman singkat.

Sweet Temptation (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang