Chapter 23

13.4K 650 21
                                    

Ceysa tidak bisa berhenti tersenyum sejak tadi. Momen lari-lari di Bandara karena nyaris ketinggalan pesawat, benar-benar menggelikan baginya. Di tengah tatapan heran orang-orang, dia berusaha menjaga keseimbangan langkahnya agar tidak jatuh karena kain sialan yang dikenakannya ini. Demi apapun, itu akan menjadi momen yang tidak terlupakan seumur hidupnya.

"Kamu kenapa sih senyum-senyum?" tanya Vale.

"Val, kamu ngerasa nggak sih kita tuh kayak lagi kawin lari?" bisik Ceysa.

"Ha?"

"Lihat penampilan aku. Masih pake kebaya, kain ribet gini, sanggulan. Kamu nggak merasa kayak lagi bawa kabur calon pengantin wanita?" Tawa Ceysa pun pecah, tapi masih dengan volume yang pelan.

Vale pun ikut tertawa begitu paham maksud istrinya itu. "Iya juga ya. Pantesan dari pas masuk Bandara orang-orang ngeliatinnya kayak aneh gitu." Saking terburu-burunya tadi, mereka sampai tidak menyadarinya.

"Mana pake acara nyangkut pula ini kain di eskalator," decak Ceysa, yang bila ingat seheboh apa orang-orang membantunya tadi, sungguh sangat memalukan.

Vale benar-benar tidak bisa berhenti tertawa sekarang, membayangkan itu kembali membuat perutnya terasa sakit.

"Semoga nggak ada yang video-in, itu tadi malu-maluin banget." Ceysa menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Di tengah kekehannya, Vale meraih tangan Ceysa dan menggenggamnya. "Ini baru disebut kawin lari dalam artian yang sebenarnya nggak sih? Capek, ngos-ngosan," kekehnya.

Ceysa tertawa kembali.

"Tapi Cey, ini bakalan jadi kenangan paling berkesan buat aku." Vale lantas mencium punggung tangan istrinya itu. "Aku bersyukur banget jodoh aku itu kamu."

Ceysa tersenyum. "Aku juga. Ini akan aku kenang dan syukuri selamanya. Mungkin kalau bukan sama kamu, aku nggak akan ngelewatin momen unik kayak gini pas menikah." Lalu tertawa geli kembali.

Vale menarik wajah Ceysa dan tanpa memikirkan sekitar, dia mencium bibir istrinya itu.

"Permisi Bapak, Ibu, tolong kenakan sabuk pengamannya kembali," ujar seorang pramugari yang tiba-tiba muncul.

Vale dan Ceysa refleks melepaskan ciuman, dan mengikuti arahan dari pramugari cantik itu. Keduanya tidak bisa berhenti tersenyum, lagi-lagi ada saja hal memalukan yang mereka lakukan.

"I love you," bisik Vale dengan tatapan lurus ke depan.

"I love you too," balas Ceysa.

Begitu sampai di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, keduanya dijemput sopir yang telah disiapkan oleh resort. Hari sudah malam saat mereka tiba di penginapan, namun sambutannya sungguh mengesankan. Mereka sampai tercengang melihat dekorasi kamar yang dibuat sangat romantis.

"Selamat beristirahat Bapak dan Ibu," ucap seorang petugas resort yang tadi mengantar keduanya.

"Ini total banget mereka bikinnya," ujar Vale saat melihat seisi ruangan yang dipenuhi bunga dan lilin.

Ceysa sendiri sudah biasa melihat hal yang seperti ini, karena terkadang dia juga menyiapkannya untuk klien saat ada yang request minta dibuatkan suasana romantis di kamar pengantin. Namun tidak menyangka akan merasakannya juga.

Di atas kasur berukuran besar itu, ada hiasan berbentuk hati dari kelopak mawar merah. Terdapat dua angsa di atasnya, terlihat sangat mesra.

Selain itu, ada sebuah bathub yang berhadapan dengan ranjang. Di atas genangan airnya, terhampar kelopak mawar merah dengan bentuk hati di bagian tengahnya dengan warna yang berbeda. Lilin-lilin kecil mengelilingi bathub itu, aromanya terasa sangat menenangkan.

Sweet Temptation (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang