CLBK - 9

21.9K 1.5K 34
                                    

Cerita ini nano-nano bestie...
Ada komedinya, ada sedihnya ada uwunya ada adegan panas menggelora juga...
Namun tetap pasti happy ending.
Author paling benci sama cerita sad ending, bikin emosi jiwa. Haha

 Haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Ma, minum dulu," Yuda sudah kembali dengan dua botol air mineral.

"Makasih Sayang," Shafira segera menerimanya.

"Kamu udah hubungi Oma?" Tanya Pradipta seraya mengambil satu botol air mineral untuknya.

"Udah. Oma langsung pesan tiket pesawat," jawab sang anak. Dengan sikapnya yang terlihat gelisah karena ada hal yang ditutupinya selama ini.

"Kamu kenapa?" Tanya Pradipta yang merasa aneh dengan gerak-gerik sang anak.

Yuda memainkan jari-jemarinya lantaran bingung harus jujur dari mana tentang rahasia sang kakak. "Ma-Pa, sebenernya Mbak Yuki..."

"Kenapa Yuki?!" Sela Pradipta dan Shafira bersamaan.

Yuda mulai berkeringat dingin, gelisah dan takut dengan respon dari orang tuanya.

"Yuda!" Sentak Pradipta tak tahan.

"Ehmm.... Mbak. Mbak tuh udah lama di-bully. Sejak masa orientasi siswa, Mbak udah jadi sasaran kakak kelasnya. Pertama karena Mbak cantik dan jadi primadona kakak senior. Terus makin ke sini mereka pada tahu kalo Mbak anak broken home. Terus pas Mama dateng ke sekolah, mereka pada curiga karena wajah Mama yang terlalu muda untuk menjadi orang tua di usia kami. Sampai ada orang tua murid yang kenal Mama dan gosip pun menyebar kalo Mbak lahir karena... kesalahan Papa."

Yuda menunduk takut, berat sekali jika dia mengungkit-ungkit masalah itu. "Tapi kita gak nyesel kok Ma-Pa. Hiks... kita gak pernah marah kalo lahir dari ... hiks... kita gak peduli orang hina kita anak haram. Aku tahu Papa dan Mama orang yang baik."

Anak itu sudah tak kuat lagi menahan bebannya selama ini.

Shafira langsung memeluk anaknya, menangis haru dan meminta maaf. Karena kesalahan di masa lalu kedua anaknya ini menjadi korban. Begitu pun Pradipta, dia ikut memeluk sang anak, mengecup puncak kepalanya penuh sayang. Keduanya amat terharu, terenyuh, sedih tapi sekaligus bangga dengan sikap si kembar yang begitu bijak dan legowo dalam menerima kesalahan mereka di masa lampau.

"Jadi, sejak itu Mbak sering dijorokin, dipermalukan di hadapan teman-temannya. Dimaki-makilah, disorakinlah, dihinalah. Sampe bekal makanan yang Mama buatin itu selalu dirampas sama mereka. Karena kalo gak, Mbak bakal dipukulin, hiks..." Yuda menangis lagi mengingat cerita kakaknya. Tak peduli dirinya dianggap cengeng.

Deg

Shafira begitu syok mendengar pengakuan sang putra. Bagai dihantam batu kala mengetahui penyebab sang putri mengalami kondisi tersebut. Begitu sakit dan menyesakkan dada. Putri satu-satunya mengalami penderitaan selama di sekolah hingga memendamnya sendiri.

Cinta Lama Belum KelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang