Erlang-Chapter IV 'Menanti Kebahagiaan'

412 37 0
                                    

"Den Erlang?! Aduh, bibi kaget banget loh. Lain kali izin dulu atuh." Bi Inem menghela napas lega nya. Akhirnya ganjalan di hati nya sudah terlepas.

Tadi begitu Nenek mendengar perkataan satpam baru di komplek bahwa Erlang berjalan mencari orang tua nya. Hati nya mencelos dan awalnya ia berusaha tenang untuk mencari Erlang. Bersama mereka berputar sekitar komplek untuk mencari Erlang. Begitu Erlang masih belum ditemukan, Nenek panik langsung menyerang dan ia menghubungi Rendra yang di Jakarta.

Entah salah siapa yang menyebabkan Erlang memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan apa yang terlintas di kepala Erlang saat ia berusaha mencari orang tua nya sendiri, Nenek tidak tau. Apa karena Erlang mendengar ucapannya saat ia menelepon Rendra? Atau karena Erlang yang benar-benar rindu dengan orang tua nya?

Tapi, akhirnya kejadian ini berhasil membuat Rendra dan Tasya memutuskan untuk pergi ke Bandung menemui Erlang untuk pertama kali nya.

"Erlang, di makan dulu aja pizza nya, gak usah nungguin Papa sama Mama. Masih lama." Ucap sang Nenek melihat Erlang yang menunggu dengan semangat di ruang keluarga.

Begitu Erlang mengganti baju nya, ia semakin tidak dapat bersabar menunggu orang tua nya. Dari tadi saja Erlang dengan semangat mondar-mandir keluar masuk begitu mendengar suara mobil, berharap Papa dan Mama nya sudah tiba. Erlang ingin menjadi orang pertama yang menyapa mereka di Bandung.

"Aku mau nunggu Nek! Biar sekalian makannya bareng-bareng." Erlang tersenyum menunjukkan gigi nya.

Sang Nenek tertawa kecil memandang Erlang. "Gak usah ditunggu juga bakal sampe kok."

Erlang tetap bersikeras dengan pilihannya bahkan ia juga mengambil beberapa buku untuk dibaca sembari menunggu orang tua nya. Erlang membuka buku yang paling ia suka yang berjudul Jakarta. Ia sudah berulang kali membaca buku itu bahkan sebenarnya ia sudah hapal dengan isi buku dan halamannya. Tapi, saat ia membaca buku ini, ia merasa lebih dekat dengan orang tua nya. Karena orang tua nya berada di Jakarta. Jadi, bagi Erlang tak peduli berapa ratus kali lagi ia harus membaca ulang buku itu, asalkan ia merasa dekat dengan orang tua nya, ia rela.

Kaki Erlang digerakkan dengan semangat sembari ia membaca. Semakin ia membalik lemaran buku itu semakin cepat pula gerakan di kaki nya.

"Erlang, susu nya di minum dulu." Pintah sang Nenek.

"Iya Nek." Erlang langsung berhenti dan segara melaksanakan perintah sang Nenek. "Nek, Jakarta jauh banget ya Nek? Padahal di peta keliatan nya deket banget loh." Celoteh Erlang dengan pertanyaan penuh rasa penasaran.

"Iya, makanya Erlang harus sabar nunggu nya. Erlang udah gak sabar ya buat ketemu Papa sama Mama?" Tanya sang Nenek dengan penasaran.

"Gak sabar banget Nek, aku gak pernah ketemu sama Papa Mama. Tapi temen aku semua udah ketemu setiap hari sama Papa Mama nya. Apa karena orang tua mereka gak di Jakarta ya?" Jawab Erlang sambil meletakan tangannya di dagu. Erlang berpikir keras. Nenek yang mendengar jawaban Erlang merasa tercubit dengan perkataan polos Erlang.

"Kenapa Papa sama Mama gak mau di Bandung aja Nek? Aku kan di Bandung."

Skakmat. Nenek terdiam, entah jawaban apa lagi yang harus ia berikan agar Erlang mengerti. Ia juga tidak bisa langsung menjelaskan rumitnya permasalahan ini, karena Erlang masih anak yang sangat belia dan tak akan paham akan keadaan ini. Tapi, saat Erlang besar nanti, belum tentu juga Nenek akan menjelaskan hal ini kepada Erlang. Karena takut permasalahan ini malah akan menimbulkan kesalahpahaman antara Erlang dan orang tua nya.

Erlang yang mengerti akan gelagat sang Nenek langsung merasa bersalah dan berusaha mengganti topik percakapan mereka. "Kalo Papa sama Mama di Jakarta, berarti nanti aku juga bisa jalan-jalan ke sana kan Nek?"

Nenek menunjukkan senyum terlebar yang ia punya kepada Erlang. Walau sebenarnya ia belum dapat memastikan hal tersebut, Nenek percaya suatu hari, hati mereka pasti akan terbuka bagi Erlang. "Iya. Makanya Erlang harus rajin berdoa biar Tuhan kasih waktu libur yang panjang buat Papa dan Mama. Jadi Erlang bisa jalan-jalan sampai puas di Jakarta."

"Iya Nek." Erlang kembali melihat gambar-gambar kota Jakarta yang ada di buku. 'Tuhan, aku pingin jalan-jalan sama Papa Mama liat gedung-gedung yang tinggi banget di Jakarta. Aku janji bakal jadi anak baik. Kabulin ya Tuhan, Amin. Amin. Amin.' Rapal Erlang dalam hati secara singkat.

"Erlang kakinya masih sakit gak?" Nenek duduk disebelah Erlang dengan beberapa buah.

Erlang menoleh, "enggak Nek. Tadi udah diobatin sama kak Crystal."

"Kok bisa jatuh? Makanya lain kali hati-hati jalan nya." Nenek menyuapi Erlang buah yang sudah di potong.

"Aku udah masuk TK, Nek. Udah besar. Jadi gapapa. Kalo jatuh, aku bisa berdiri sendiri Nek." Erlang membanggakan dirinya.

"Udah besar berarti jalan nya mesti lebih hati-hati lagi, Erlang. Biar gak jatuh terus. Masa kalo udah besar gapapa kakinya lecet begitu. " Tangan Nenek yang gemas menyubit pipi Erlang, sementara Erlang memegang pipi nya.

"Jangan di cubitin pipi aku nya Nek, nanti habis pipi aku diambil Nenek. Nanti gak ganteng lagi." Erlang memanyunkan bibirnya.

Nenek terkekeh, "gak mungkin Nenek bakal curi pipi cucu Nenek yang paling ganteng."

Tin! Tin!

Dari gerbang terdengar suara klakson mobil. Jantung Erlang berdebar dengan kencang, ia menoleh ke arah Nenek. Nenek tersenyum, "coba Erlang cek." Dengan hangat nenek berkata. Erlang mengelum senyum nya dan langsung mengambil bunga yang ia siapkan. Kaki nya berlari dengan cepat menuju ke depan.

"Jangan lari-lari, Erlang." Nenek tergopoh-gopoh mengikuti Erlang. Tapi, tidak ada yang dapat menghentikan Erlang. Ia tidak pernah melihat ataupun mengenal orang tua nya, tapi kerinduannya saat ini telah memuncak. Ia akan bertemu dengan mereka. Orang yang diam-diam saat berdoa, ia sematkan nama nya.

© NovelynMignonette
05 April 2022

Ini Aku, ErlangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang