Erlang-Chapter XVI ' Melawan Sesak'

373 24 0
                                    

𝙱𝚞𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚎𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊𝚊𝚗
𝙷𝚊𝚝𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚛𝚒𝚗𝚍𝚞
𝓗𝓪𝓽𝓲 𝓲𝓷𝓲 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾

Tangan Erlang meraih remot TV dan menyalakan secara acak acara yang ada. Seperti biasa Erlang membuka TV untuk meredam kesepiannya.

Diiringi volume acara talk show yang sangat kencang, Erlang memegang pipi nya. 'Aku gak salah.' Erlang kembali menutup mata nya dan menghembuskan napasnya dengan kencang. Erlang meringkuk di atas sofa dengan harapan hampa di hati nya terisi.

'Kenapa bukan aku? Kenapa aku gak bisa jadi obat buat Mama?' Erlang bertanya kepada foto Mama nya yang berada di dinding. 'Kenapa ini bukan rumah? Apa tempat ini gak ada arti?' Erlang menatap wajah Papa nya yang berdiri tegak tanpa ekspresi di foto itu.

Erlang memegang bekas tamparan Papa nya, "segampang itu?" Tawa lirih keluar dari mulut nya. Lagi-lagi hati nya hancur.

"Apaan sih? Sekarang mendingan tidur, besok sekolah." Ucap Erlang pada dirinya sendiri untuk mengalihkan pikirannya.

--------

"Ah, gila! Telat gua!" Erlang langsung ngacir ke kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 06.28 dan bel masuk sekolah tepat jam 7.

"Mampus, mampus." Ucapnya berulang-ulang sembari menyiapkan diri nya, tak akan ada sarapan hari ini. Erlang berlari mengangkat tas nya kearah motor nya.

"Segala ujan. Ck. Terobos ajalah, telat gua!" Decak Erlang menatap langit sembari memakai helm nya.

Erlang mengendarai motor nya secepat yang ia bisa di bawa hujan yang semakin deras. Tin! Tin! Erlang menekan klakson nya untuk menyalip kendaraan di depan nya.

"Elah, plis biarin orang-orang pada telat juga hari ini." Ucap Erlang dengan nada memohon sembari menatap lampu merah yang belum berganti warna. Tanpa ia sadari pengemudi mobil yang berada di sebelah nya menatap diri nya yang basah dibawah hujan dengan lekat.

Kuning! Hijau! Erlang langsung menancapkan gas nya. Tiin! Klakson panjang menemani Erlang yang melajukan motor nya dan dari spion terlihat mobil di sebelah nya masih belum bergerak. "Harus potong jalan nih." Dan Erlang membelokkan setirnya ke arah jalan kecil.

Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 07.05, dalam hati Erlang merapalkan keajaiban. "Titip ya, Mang!" Erlang mematikan motor nya dan tersenyum kecil ke arah Mang Ujang yang sedang merapihkan motor-motor yang terparkir dengan jas hujan.

"Aduh, basah kuyup itu Dek badannya." Ucap Mang Ujang yang menggelengkan kepalanya melihat Erlang yang berlari.

"Telat aku Mang!" Erlang bergegas lari masuk ke Gerbang sebelum benar-benar tertutup.

"Erlang... Erlang... Baju nya itu loh, basah semua. Kamu ke sekolah ya yang rapih. Mana ini waktu udah telat, cepet masuk ke kelas sana!" Ceramah bu Eca sambil berdecak dan mengusirnya.

Erlang hanya menyengir, "makasih Bu!" Napas lega nya dapat ia hembuskan, "untung Bu Eca yang jaga." Kaki nya berjalan santai ke kelas nya.

"Buset dingin juga, mana basah ini baju." Erlang mengacak rambutnya untuk mengeringkannya dengan cepat. Ceklek. Suasana ricuh kelas langsung terdiam begitu Erlang masuk.

"Gua kira guru Lang, ngagetin aja." Arvin mengusap dada nya. Erlang mendengus mendengar ucapan Arvin.

"Pagi-pagi seger ya kan di kasih mandi gratis sama alam." Ledek Arvin sambil menaik turun kan alisnya. Erlang mengeluarkan jaketnya sembari menghiraukan ucapan Arvin.

"Dah gua capek, jangan gangguin gua dulu." Erlang melipat tangannya diatas meja.

"Sensi amat." Arvin membalikan wajahnya ke arah Rara. "Ra, pinjem pensil dong. Yang banyak."

"Mau di bikin apaan?" Tanya Rara tapi ia tetap meminjamkan pensilnya.

Erlang menulikan telinganya dan menutup mata nya, kini Erlang merasa kedinginan. Mungkin Erlang seharusnya tidak menerobos hujan tanpa mengenakan jas hujan. 'Anjir, kenapa gini amat.' Umpat Erlang dalam hati.

"Pak Yanto gak masuk, jamkos sekarang. Ngerangkum aja palingan." Varo mengumumkan tugas yang mereka punya dari depan kelas.

"Pasti males masuk tuh, rangkuman gak di kumpul juga. Ujan-ujan gini kan? Mending tidur di rumah." Arvin menyusun pensil-pensil Rara yang ia pinjam menjadi menara.

Erlang memijit keningnya dan berdecak. "Jangan berisik." Tangannya bergerak menutup kedua telinganya.

"Gapapa kan kamu Lang?" Rara menatap Erlang yang menutup mata nya sembari memjijat kepalanya.

"Gapapa." Erlang memejamkan kepalanya bersandar diatas. 'Jangan sakit sekarang plis, nanti aja pas gua udah balik.' Rapal Erlang.

--------

"Lang, lu yakin mau ngebasket? Balik sini, gua anterin." Arvin menatap cemas wajah Erlang yang pucat. Sementara Erlang sibuk mendribble asal bola basket di tangannya. Arvin menghembuskan napasnya, "sama gua woi, jangan sendiri aja."

Arvin menatap wajah Erlang, "udah legaan? Balik gih muka lu pucat. Mau gua anterin gak?" Arvin tak ingin bertanya lebih jauh, ia mengerti bahwa suasana hati Erlang sedang memburuk setelah membaca pesan di ponselnya.

"Thanks. Gua balik sendiri aja."

"Gua ngikutin lu dah. Eits, jangan nolak. Muka lu bener-bener pucat soalnya." Ucap Arvin begitu melihat Erlang yang langsung menoleh dan terlihat ingin memprotes.

"Gua gak balik Vin, ke tempat bokap."

Arvin mengangkat kedua jempolnya. Sekarang ia paham kacaunya perasaan Erlang, tapi ia tak ingin bertanya lebih jauh karena ia sadar Erlang sedang tidak baik-baik saja. "Gas cabut." Perjalanan mereka tidak di iringi percakapan apa pun, tapi Arvin dapat melihat ekspresi Erlang di balik helm nya.

© NovelynMignonette
8 November 2022

Ini Aku, ErlangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang