Erlang - Chapter XXVI 'Sudut Pandang'

155 9 1
                                    

Tawa kecil selalu menghiasi ruang rawat inap Isabella selama Erlang berkunjung, entah akibat Erlang yang mengganggu Isabella atau Isabella yang mengganggu Erlang. Walau Erlang lebih sering mengalah dengan Isabella.

Nenek sudah kembali ke Bandung dan Isabella dengan senantiasa menemani Erlang, Papa dan Mama nya bahkan tidak menyadari keseharian Erlang yang tidak berada di rumah. Mereka berdua baru saja kembali dari perjalanan bisnis dan sekarang sudah kembali sibuk dengan kesehariannya masing-masing. Tapi, dalam satu sisi Erlang bersyukur. Karna mereka tidak akan sadar dengan apa pun.

Erlang selalu berada di sisi Isabella, layaknya keluarga Isabella. Ia juga dengan senantiasa menemani Isabella yang sedang terapi dan seperti sekarang, memaksa Isabella meminum obat.

Satu bulan... Dua bulan... Dan entah sejak kapan, Erlang pun tidak sadar, sudah berapa lama Isabella berjuang semenjak Erlang menemaninya. Erlang seperti dapat merasakan apa yang Isabella rasakan. Tapi, Erlang dengan senantiasa menemani Isabella, rambut panjang Isabella kini pun mulai menghilang, tapi ia dapat tetap merasakan semangat Isabella untuk sembuh.

"Lang, main game-nya bareng yuk." Isabella mendekatkan wajahnya ke Erlang yang sedang sibuk membuat catatan. Erlang mengangkat tangannya,"sebentar La, ini masih belum selesai." Isabella mengerucutkan bibirnya, "masih banyak? Susah gak?"

"Dikit lagi, " Erlang dengan cepat menuliskan materi pelajaran yang ada di bukunya. Tulisannya terlihat berantakan, tapi ia tidak peduli. "SELESAI!" Seru Erlang dengan kencang. "Oke, ayo main." Ucapnya ke arah Isabella. Isabella dengan semangat menyodorkan controller gamenya ke Erlang, mereka berdua bermain game balapan. "Yang kalah pokoknya harus-" Ucapan Isabella langsung terpotong begitu ia melihat sosok wanita yang masuk ke dalam ruangan ini.

Erlang dengan cepat menoleh. Untuk pertama kalinya, Erlang melihat wajah dari orang yang ia kenal dari cerita Isabella dan foto yang di tunjukkannya. "Isabella." Panggil wanita itu, sedangkan Isabella membatu di tempatnya, controller di tangannya terjatuh.

"Bu-n-Bun-da?" Ucap Isabella terbata-bata, ia masih tidak percaya. Wanita di hadapannya berjalan dengan perlahan mendekati Isabella, sementara Isabella langsung menggenggam tangan Erlang dengan kuat membuat Erlang bertahan di tempatnya. Sudah tiga tahun sejak sang Bunda meninggalkannya, hanya kabar sekilas yang ia dapatkan dari pesan singkat sang Bunda. Tidak pernah ada telepon atau pun hal yang lain.

Tak lama, ada sosok seorang pria yang ikut masuk ke dalam ruangan ini. "Hi? Isabella?" Ucap pria asing itu. Bunda Isabella terlihat tidak nyaman melihat dirinya yang berada di ruangan ini, Erlang dapat merasakan pandangan dari sang Bunda. Kali ini, Erlang merasa bahwa ia harus membiarkan mereka semua berbicara. Erlang dengan perlahan melepaskan pegangan Isabella, menenangkan Isabella dengan ucapannya, "Gua tungguin di luar, panggil aja kalo ada apa-apa. Oke?" Isabella mengangguk dengan tidak rela.

Erlang terduduk di kursi luar kamar rawat Isabella begitu ia keluar, tangannya sibuk memainkan ponselnya. Tak lama pria asing itu keluar dari ruangan Isabella dan duduk di sebelah Erlang.

"Temannya Isabella ya? Erlang?" Ucap pria itu. Erlang menoleh dan menggangguk singkat, "kalo Om?" Tanya Erlang yang penasaran.

"Om akan menikahi Bunda Isabella," Pria itu menjeda perkataannya sejenak menatapi Erlang. "Bisa di bilang, Om bakal jadi Ayah Isabella sebentar lagi."

Erlang menatap cincin yang berada di tangan lelaki itu, ia kira Bunda Isabella telah menikah sejak satu tahun yang lalu, ia tau seberapa hancurnya Isabella begitu ia mendengar kabar itu. "Kenapa baru ke Indonesia sekarang Om?" Tanya Erlang, banyak hal yang ingin Erlang tanyakan.

Pria itu memandang kosong dinding di hadapannya, "ada beberapa hal yang susah di jelaskan bagi Om. Tapi, mulai saat ini kami berencana untuk berada di sisi Isabella sampai dia stabil dan kembali ke New York." Ucap lelaki itu. Mata Erlang membelak, "Lala bakal pindah?" Tanya nya.

"Kami sudah berencana untuk membawa Isabella dan Om janji bakal jadi Ayah untuk Isabella." Ucap pria itu dengan tegas. Erlang menghela napas nya dengan berat, namun terasa lega. Pada akhirnya Isabella mungkin dapat merasakan keluarga begitu mendengar pernyataan pria itu.

Prank!

"PERGI!" Erlang mendengar jeritan Isabella. Suara pecahan kaca membuat pria itu langsung berdiri masuk ke dalam kamar itu di sertai Erlang yang berlari ke arah Isabella. Wanita di hadapan Isabella terlihat syok, sementara Isabella terlihat berantakan. Suster yang berada di sekitar dengan cepat membujuk kedua orang itu untuk pergi dari ruangan Isabella.

Sebelum benar-benar pergi, wanita itu menoleh dengan nanar, "kami kembali nanti Isabel." Di sebelahnya, pria itu mendampingi Bunda Isabella.

Hari itu Erlang merangkul Isabella disertai isakan gadis itu, "kenapa baru sekarang? Kenapa harus buang dan seenaknya membawa gua, Lang?" Pertanyaan itu dirapalkan berulang kali oleh Isabella. Tapi, Erlang juga tidak mengetahui alasannya.

...Orang dewasa dengan keegoisan mereka.

© NovelynMignonette
03 April 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ini Aku, ErlangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang