Erlang-Chapter V 'Fatamorgana Keluarga'

383 38 0
                                    

Erlang melihat mobil berwarna hitam di halaman rumah nya. Entah apa yang terjadi dengan tubuh nya. Tapi, Erlang tidak sanggup untuk berjalan mendekat ke mobil yang berisi orang tua nya. Kaki nya tertancap di depan pintu.

Wajah memerah seorang pria yang mirip dengan nya berjalan mendekat ke Erlang. Erlang mengulurkan bunga berwarna ungu ke pria itu.

"LAIN KALI JANGAN RIBETIN NENEK! KAMU UDAH BESAR." Bentak pria itu di hadapan Erlang sembari memegang kedua lengan Erlang.

Erlang yang terkejut terdiam di hadapan pria itu. Rasa senangnya yang meluap telah menghilang. Mata Erlang membulat dengan sempurna, tapi mulut nya tak berkutik. Bunga ungu yang ia ulurkan terjatuh di lantai begitu pria itu dengan cepat memegang kedua lengan nya.

"Rendra! Kamu apa-apaan sih?! Lepasin Erlang." Nenek yang baru berjalan keluar meneriaki Rendra dan langsung mengalihkan perhatiannya ke Erlang. "Erlang gapapa kan? Maafin Papa ya, mungkin kaget pas tadi dapat kabar kamu pergi." Ujar sang Nenek menenangkan Erlang.

Erlang masih diam tak berkutik, tapi ia langsung bersembunyi di belakang badan Nenek.

"Ma! Mama terlalu manjain dia, makanya dia jadi nya begini!" Protes Rendra. Ia mengacak rambut nya dengan frustasi dan berjalan masuk.

"Ma." Seorang wanita dengan gaya fashionable nya menyapa Nenek dan tersenyum sungkan.

"Tasya. Gimana sehat?" Balas Nenek, kemudian ia mendorong pelan pundak Erlang. "Erlang, ayo sapa mama kamu dulu."

Erlang dengan malu-malu mengintip wanita cantik di hadapannya. Memberanikan diri, Erlang berjalan mendekati sang Mama dan mengulurkan bunga berwarna putih. "Mama, aku Erlang." Wajah nya bersemu merah saat ia mengucapkan hal itu, kemudian ia langsung berlari bersembunyi di belakang Nenek begitu sang Mama menerima bunga nya.

'Halus banget tangan Mama.' Pikir Erlang begitu tangannya tak sengaja menyentuh tangan Mama nya.

"Ayo masuk dulu Tasya. Pasti capek dari Jakarta ke Bandung." Jamu Nenek dengan ramah. Tasya berjalan masuk dengan anggun di belakang Nenek, sementara Erlang sesekali mencuri tatap ke Mama nya. Wajah cantik Mama nya sangatlah kontras dengan gaya anggun nya, semua orang yang melihat Mama nya pasti akan setuju dengan Erlang.

Begitu mereka masuk, pria yang tadi membentak Erlang sedang duduk di atas sofa sembari menutup mata nya.

"Rendra laper gak? Kita makan bareng-bareng aja yuk. Erlang dari tadi nungguin loh." Erlang ingin membuka bibirnya untuk memprotes perkataan Nenek nya, ia tidak ingin mereka tau bahwa ia sengaja menunggu nya.

Pria itu membuka mata nya mendengar ucapan Mama nya. "Duluan aja Ma, aku ngantuk." Mendengar penolakan dari pria yang sempat ia tunggu-tunggu membuat perasaan kecewa menghantamnya. Sejak pria itu sampai, Erlang terus menelan pahitnya sikap Papa nya. Erlang tidak menduga hal itu sama sekali.

Ia menatap dengan penuh harap ke arah Mama nya dengan sembunyi-sembunyi. Tapi, Mama nya sudah sibuk dengan ponselnya. Dengan kecewa Erlang berjalan ke arah meja makan dan memakan pizza nya. Erlang tak ingin berharap lagi. Nenek yang melihat hanya menghela napasnya kasar, lalu duduk di sebelah Rendra.

"Erlang makan dulu ya, nanti Nenek nyusul sebentar."

Perkataan Nenek tidak menenangkan Erlang sama sekali. Malah Erlang semakin berusaha dengan keras untuk menahan tangisan nya sembari memakan pizza nya. Erlang menatap Nenek nya yang duduk dan berbicara dengan Papa nya dari meja makan, sementara Mama nya sedang menerima telepon.

Hari ini memakan satu potong pizza saja rasanya sudah mengenyangkan bagi Erlang. Sebelah tangan Erlang mengepal erat di pangkuan nya, Erlang tidak ingin menangis di hadapan semua orang. Erlang menelan makanan nya dengan cepat, ia ingin pergi ke kamar nya secepat mungkin.

Mata Erlang semakin memerah, air matanya terasa seperti akan tumpah. Erlang langsung mencuci tangan nya dan mengambil buku yang ia baca tadi.

"Erlang udah selesai?" Nenek terbingung dengan sikap Erlang. Biasanya ia akan sangat semangat dan makan banyak potong pizza. Erlang menganggukan kepala nya dan berjalan dengan pandangan ke bawah.

Tuk!

Erlang menabrak sesuatu, tapi Erlang tidak memedulikan hal itu lagi. Ia hanya ingin mengambil buku nya dan pergi. Tangan yang sangat lembut menahan tangan nya. Erlang mendongakkan kepala nya, mata Erlang bertabrakan dengan mata Mama nya. Erlang langsung mengalihkan pandangannya dan melepaskan genggaman perempuan itu. Kemudian ia berlari ke kamar nya. Tapi, mata memerah Erlang terlihat dengan jelas oleh wanita itu.

"Rendra, coba kamu ke kamar Erlang dulu. Ngobrol sama Erlang, dia semangat banget mau ketemu kalian. Tolong Rendra." Mohon Nenek. Nenek menggenggam tangan Rendra dengan erat dan menatap manik matanya. Tidak ada ruang untuk membantah perkataan Nenek.

"Dimana Ma?" Dengan berat hati Rendra melangkahkan kaki nya ke kamar Erlang.

"Di sebelah kanan dari tangga."

Mata memerah dari Erlang masih membekas di kepala Tasya. Ia ingin memghiraukan pemikirannya, tapi tingkah dari Erlang telah berhasil menarik perhatiannya. Ia menatap bunga di genggaman tangannya.

"Erlang ganteng ya, Sya? Warna mata dan bentuk bibirnya mirip sama kamu. Walaupun muka nya mirip Rendra, tapi ketara banget warna matanya sama bibirnya turun dari kamu." Ucap Nenek, Tasya hanya dapat terdiam. Ia tak tau apa yang harus ia katakan. Padahal saat berhadapan dengan klien, biasanya akan ada banyak pilihan jawaban yang dapat Tasya lontarkan.

"Kasih ke Erlang, Sya." Nenek memberikan yogurt kemasan ke Tasya.

"Erlang juga suka yogurt plain? Dia mau? Ini asem kan Ma." Tasya terbingung, tapi Tasya juga sangat menyukai yogurt yang original. Nenek menganggukan kepala nya dengan senyum. "Suka banget. Ke atas Sya, nyusul Rendra. Di yang kanan ya, deket kamar Rendra juga."

Tasya yang masih bingung berjalan dengan pelan ke atas. Memang waktu tak terasa berjalan dengan cepat, ia hanya ingat melihat Erlang terakhir kali ketika ia di bawa dari Bandung. Itu pun hanya sekilas, karena ia tak mengurusi dan memberikan perhatiannya ke bayi itu. Tak terasa, ketika ia melihat wajah anak itu, ia kini sudah dapat berjalan dan berbicara. Anak itu telah tumbuh banyak sejak hari ia di lahirkan.

© NovelynMignonette
08 April 2022

Ini Aku, ErlangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang