Di rumah yang sangat mewah bergaya modern terdapat seorang laki-laki yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa panjang berwarna hitam yang terletak di ruang keluarga rumahnya. Matanya terpejam, tubuhnya terasa lemas, hari ini sangat melelahkan, sehabis rapat osis ia harus pergi kursus bahasa asing dan les fisika, setelahnya ia baru bisa pulang ke rumah.
Jam menunjukkan pukul 6 sore, ia belum beranjak dari sofa untuk membersihkan diri untuk melaksanakan sholat magrib, karena adzan akan segera berbunyi.
"Lo ngapain?"
Galka yang tadinya memejamkan mata seketika langsung membuka matanya ketika mendengar suara seseorang yang ia kenali. Galka menoleh, menatap Gevan yang berdiri tepat disampingnya.
Spupunya itu memang bego seperti denis di kartun Adit Sopo Jarwo.
Gevan Angkasa, laki-laki yang kerap disapa Gege itu merupakan spupu dari Galka yang setiap hari nya selalu menemani cowok itu dirumah. Gege itu bermulut pedas, sifatnya jail, usil, selengekan, dan sangat percaya diri.
Baginya orang ganteng itu hanya dirinya sendiri. Sedangkan yang lain hanya kebetulan saja.
"Merem" jawab Galka asal. Seketika Gevan menoyor kepala Galka hingga menoleh kesamping.
"Kalau ditanya tuh jawab yang bener!" tegur Gevan.
"Kurang bener apa gue? Jelas-jelas lo liat gue merem" balas Galka yang berhasil membuat mulut Gevan terdiam. Menghadapi spupunya bukanlah hal yang mudah, harus penuh kesabaran, jika tidak maka ia akan menjadi stress dan berakhir gila dalam usia muda.
Galka itu pendiam, tapi ketika diajak berbicara, kata-kata yang keluar dari mulut nya selalu membuatnya naik pitam. Umurnya lebih muda satu tahun dibanding dirinya tapi Galka sudah satu angkatan dengan dirinya karena sewaktu kecil Galka sangat ingin ikut bersekolah dengan Gevan.
Gevan masih sibuk mengumpati spupu laknatnya. Hingga tiba-tiba suara Galka memecah belah pikiranya.
"Lo, pulang aja, bikin repot!"
Gevan tersentak, sedetik kemudian cowok berdecak dan menatap Galka penuh amarah. Bisa-bisa nya dia mengusir orang tampan dengan cara tidak terhormat seperti itu. Apa kata dunia ketika soerang Gevan Angkasa di usir tanpa melakukan apapun oleh spupu nya sendiri.
"Kurang ajar lo, kalau ga ada gue pasti lo kesepian, terus nangis ngadu ke tante Azka" sentak Gevan berapi-api.
Galka hanya melirik sepupunya sekilas, ia mengambil ponsel disaku celananya untuk memastikan apakah ada pesan dari orang tua nya atau tidak. Galka menaruh kembali ponsel nya ke saku celana setelah melihat tidak ada pesan apapun di ponselnya. Cowok itu bangkit kemudian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Gevan menatap sepupunya dengan sabar. "Ya Allah, tabahkanlah hati hambamu yang tampan ini" ucapnya sambil mengelus dada dengan gerakkan naik turun.
Tubuhnya dihempaskan ke sofa, kelakuan spupunya semakin hari semakin membuat nya menjadi orang gila diusia muda.
***
Setelah membersihkan diri Galka pergi ke Mushola untuk melaksanakan ibadah Sholat Magrib. Saat melewati ruang keluarga langkah nya terhenti, ia menatap spupunya yang sibuk bermain game online. Galka melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, lalu merebut paksa ponsel yang berada di genggaman kedua tangan Gevan.
"Apaan sih Anj—"
"Sholat kalau lo islam!" ucapnya memotong ucapan Gevan. Gevan menatap sepupunya dari atas sampai bawah, terlihat rapih mengenakan baju koko putih dipadukan dengan sarung hitam dan peci warna senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galka
Teen FictionMenceritakan tentang laki-laki yang sulit bersosialisasi karena traumanya. Galka Grysander Arenza, hidupnya sangat abu-abu bagi mereka yang mengenalnya. Hello, jangan lupa follow supaya nyaman dalam membaca hehe, aku ga maksa kok. Oh iya, FYI ceri...