Langit malam terasa begitu dingin, hingga menembus kulit putih milik Galka. Gemuruh langit terdengar bersahut-sahutan, sepertinya hujan akan turun membasahi bumi. Galka berdiri disamping mobil menunggu Gevan yang sedang membayarkan makanan mereka di kasir. Cowok itu menggosok-gosokkan telapak tangannya lalu membalurkannya ke kedua lengannya yang tidak tertutup sehelai benang apapun. Bibirnya pun mulai bergetar karena kedinginan.
Jengah, Galka berdecak kesal. Sesekali kepalanya menengok ke dalam dan berakhir mendesah kesal. Gevan tak kunjung keluar padahal ia sudah menunggu cowok itu selama 15 menit lamanya. Tadi sebelum keluar ia sempat melihat kasir sedang tidak ramai, tapi mengapa sepupunya lama sekali.
Galka mulai bosan, cowok itu memilih menyusul Gevan dan segera menariknya pulang.
Di dalam restaurant Gevan sedang asyik mengobrol dengan pegawai kasir yang ternyata teman kelasnya sewaktu SMP. Dia bekerja setiap pulang sekolah untuk membantu biaya sekolahnya. Cowok itu tertawa ketika mengingat masa SMP nya, setelah di ingat-ingat ternyata dulu ia seperti jamet yang sok keren.
"Hahaa, anjir bengek gue" ujarnya terpingkal-pingkal.
"Ekhem!" deheman dengan nada dingin membuat tawa cowok itu seketika berhenti. Ia menoleh ke belakang, dan betapa terkejut nya melihat tubuh tinggi di depannya yang ternyata spupunya sendiri.
Gevan melihat tubuh itu dari bawah ke atas, tepat di wajahnya yang terpahat sempurna, Gevan langsung menepuk dahinya.
"Anjir, gue lupa bro" ucapnya menyengir.
Galka menatap datar laki-laki didepannya, ia tidak tau harus melakukan apa, yang pasti niat membunuhnya semakin tinggi. Gevan masing setia menyengir sambil menggaruk tengkuknya.
"Hai, sorry ya lama, tadi dia gue ajak ngobrol dulu sebentar" ujar pegawai kasir bernama Ayunna. Galka menoleh menatap kasir perempuan itu, lalu mengangguk tanda tidak apa-apa.
Kembali lagi pada Gevan yang kali ini sudah tidak menyengir, namun wajahnya berubah menjadi panik. Cowok itu menyentuh wajah datar Galka yang terasa amat panas, bibirnya berubah menjadi pucat dan tatapannya menjadi sayu.
"Gue pusing" ucapnya lemah.
Gevan mengangguk, cowok itu langsung menyeret Galka keluar restoran tanpa berpamitan pada temannya, nyawa sepupunya lebih penting, soal berpamitan bisa via whatsapp atau media sosial lainnya.
"Masuk, buru!" titah Gevan setelah membukakan pintu mobil. Galka pun menurut, cowok itu menyenderkan punggungnya ke jok mobil miliknya.
Gevan menyusul dan duduk di kursi kemudi. Cowok itu sibuk mengobrak-abrik dasboard mencari obat milik Galka.
"Mana sih anjing!" ujarnya frustasi.
Galka yang melihat itu tersenyum tipis, tangannya terulur menyingkirkan tangan sepupunya, lalu mencari obatnya sendiri, dalam dua menit obat itu sudah berada di tangannya.
"Minum Ge" pintanya pada Gevan. Gevan tentu langsung memberinya pada Galka.
"Sorry ya, gue lupa" ucapnya lesu.
"Nope, gue nya aja yang lemah, maaf kalau gue merepotkan" kata Galka sambil menarik tuas hingga sandaran jok mobilnya ke belakang, setelahnya cowok itu merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata agar pusing nya menghilang.
"Apaan sih lo, gue kan ganteng jadi setia dan bersedia merawat lo dengan baik" balas Gevan kesal mendengar ucapan Galka.
Beberapa menit kemudian Gevan mulai menjalankan mobilnya setelah mendengar dengkuran halus yang berasal dari laki-laki disampingnya.
"Bunda kapan pulang?"
Gevan menoleh, menatap Galka yang masih tertidur, sepertinya sepupunya ngelindur. Gevan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, lalu merekam Galka yang masih ngelindur, dan mengirimkannya kepada Azka, Mama Galka.
"Sebentar lagi tante Azka pulang, lo sabar aja ya, dia kerja juga buat kebutuhan lo, dan biaya pengobatan lo yang gak murah" jawab Gevan pelan sambil menginjak pedal gas mobil milik Galka. Setelah Gevan mengucapkan kata-kata itu Galka langsung berhenti merancau. Mungkin Galka mendengar ucapan nya di alam tidur cowok itu.
***
Sesampainya di rumah, Galka langsung ngacir ke kamar meninggalkan Gevan yang terus bertanya kenapa Galka bisa kambuh seperti itu. Cowok itu terus mengikuti langkah Galka, dari turun mobil, di lift, hingga saat ini di depan pintu kamar Galka yang sudah tertutup rapat.
"Kalau lo ga ngomong, gue aduin nyokap lo mampus" ancam Gevan membuka pintu kamar yang memang jarang dikunci oleh sang pemilik.
Didalam kamarnya Galka tengah berbaring, menatap kosong langit-langit kamarnya. Gevan menghampiri sepupu nya dan mendudukkan dirinya ke tepi kasur milik Galka.
"Masa lo ngambek karena gue kelamaan di dalam, kayak cewek tau ga" tukas Gevan.
Galka melirik tajam spupunya, lalu mengubah posisinya membelakangi cowok laknat itu.
Gevan yang merasa dikacangi langsung menarik bahu Galka hingga cowok itu berada di posisi semula.
"Apasih Ge" ucap Galka jengah.
"Lo yang apa goblok, daritadi ditanya diem aja, dikira orang ganteng kayak gue ini terima di gituin hah?" seloroh Gevan.
Galka merotasikan bola matanya malas. Ia kembali membelakangi Gevan namun gerakkannya kalah cepat dengan tangan Gevan yang menahan tubuhnya.
"Ngomong bangsat!" bentak Gevan yang kesabarannya sudah menipis.
Galka yang dibentak pun tak menanggapi, cowok itu memberi ponselnya pada Gevan yang langsung Gevan ambil, disana ia melihat pesan dari Azka Ibunda Galka, dia mengatakan tidak bisa pulang bulan ini karena jadwal yang sangat padat.
Gevan menatap spupunya sedih, ia tau Galka sangat merindukan Bundanya, sudah satu tahub Azka tidak pulang. Bahkan saat Galka menginjak usia ke 17, Azka dan Arenza tidak bisa pulang karena jadwal mereka yang padat. Padahal, Galka tidak mempermasalahkan hal itu, Galka hanya ingin ketika sakit orang tua nya selalu ada disampingnya.
"Lo punya gue Ka, Tante Azka sama Om Renza juga kerja buat lo kan? Tenang, ada gue yang setia dan bersedia menemani dan merawat lo sampe maut memisahkan kita" Kata Gevan menepuk bahu Galka pelan.
Galka pun mengangguk, cowok itu meminta Gevan untuk keluar kamar karena dirinya ingin tidur, agar besok tidak kesiangan lagi.
TBC!!
ANYEONG!!!!
TYSM ❤
BUAT YANG UDAH MAMPIR KE CERITA FREAK INI HEHEHE.JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAW KAWAND - KAWAND KU.
See u in the next chapter 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Galka
Подростковая литератураMenceritakan tentang laki-laki yang sulit bersosialisasi karena traumanya. Galka Grysander Arenza, hidupnya sangat abu-abu bagi mereka yang mengenalnya. Hello, jangan lupa follow supaya nyaman dalam membaca hehe, aku ga maksa kok. Oh iya, FYI ceri...