13.

521 37 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Gevan sudah dibangunkan oleh ketukkan brutal yang berasal dari pintu kamarnya. Terdengar suara Arva yang terus memanggil dan mengetuk pintunya semakin keras. Gevan menggeram kesal, cowok itu merubah posisinya menjadi menyamping, kemudian ia menyumpal telinganya dengan bantal.

Sungguh abangnya itu sangat freak dan tidak jelas. Selalu senang membuat keributan, dan berakhir ia yang akan diomeli oleh Mamanya.

Oleh sebab itu Gevan begitu membenci Arva. Abangnya itu selalu menjadi kesayangan keluarga sehingga terkadang Gevan merasa diasingkan. Dan cara didik mereka juga berbeda, Arva yang didik dengan kelembutan, mereka sama sekali tidak pernah mengomeli Arva, Arva selalu diberi pengertian dan nasihat secara lembut. Berbeda dengan Gevan yang selalu didik tegas oleh kedua orang tua nya.

Walaupun iri, tapi Gevan mampu menerima, lagi pula kedua orang tua nya juga masih memberi kasih sayang, dan menjalankan tanggung jawab sebagai orang tua.

Tok.. Tok..

Geee.. Geee.. Gegeee..

Tokkk... Tokk...

Arva tetap tidak menyerah untuk membangunkan sang adik dari tidur nyenyak nya. Cowok itu semakin brutal menggedor pintu kamar milik Gevan. Padahal jarum jam masih berada di angka 4.

"BACOT SIALAN!!" teriak Gevan dari dalam kamarnya. Dengan sangat terpaksa cowok itu membuka matanya. Kemudian berjalan dengan hati yang dipenuhi rasa amarah. Gevan membuka pintu kamar nya secara kasar, cowok itu melihat Arva yang berdiri di depannya, kemudian tanpa aba-aba ia menonjok pipi Arva hingga wajah abangnya tertoleh kasar kesamping.

"MAU LO APA SIH?" bentaknya. Wajahnya memerah, emosi yang lama terpendam kini berhasil meledak.

"Cuma iseng aja, lagian lo tidur kayak orang mati, dari magrib ga bangun-bangun" balas Arva santai.

Gevan semakin emosi mendengar nya, tidak tau saja jika dirinya terbangun saat tengah malam dan baru kembali tidur saat pukul 3 pagi.

Gevan menarik kaos oblong milik Arva, matanya yang memerah menatap tajam laki-laki dihadapannya. Kemudian tanpa basa-basi Gevan kembali melayangkan bogemannya ke kedua pipi Arva secara bergantian.

"Sialan" desis Arva. Sepertinya Arva telah membangunkan singa yang sedang tertidur.

Arva mundur perlahan, ia berusaha menangkis tinjuan Gevan. Padahal niatnya hanya iseng tapi kenapa malah berujung bertarung seperti ini.

"Stoooooppp" teriak Bi Surti dari tangga sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

Saat sedang memasak tadi, Bi Surti mendengar suara keributan dari atas. Maka dari itu wanita yang sudah berumur setengah abad itu langsung berlari ke atas. Dan benar saja dua anak majikannya sedang beradu jotos, padahal waktu masih sangat pagi.

Gevan menyudahi aksinya. Cowok itu masih menatap Arva marah, emosinya belum mereda. Coba saja jika Bi Surti tidak datang, maka bisa ia pastikan Arva akan pingsan.

"Ini masih pagi loh den, kok sudah berantem" ujar Bi Surti membantu Arva bangun. Wajah cowok itu sudah dipenuhi luka dan darah.

"Saya cuma iseng bangunin dia, tapi malah dianiyaya" jawab Arva membela diri.

"CUMA ORANG GILA YANG ISENG BANGUNIN ORANG TIDUR APALAGI MASIH PAGI BUTA KAYAK GINI" teriaknya, Gevan mengambil ancang-ancang untuk kembali menghabisi Arva, namum rencananya gagal karena Bi Surti mencegahnya.

"Sudah Den Gege, lihat Bang Arva sudah babak belur seperti ini. Nanti jika Mama dan Papa tau, kamu bisa dihukum".

"Bela aja terus! Oops iya lupa. Kan kesayangan keluarga" jawabnya, kemudian Gevan masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu.

Galka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang