Malam harinya, Galka belum juga sadarkan diri dari pingsannya. Gevan masih senantiasa menemani spupunya, cowok itu duduk di kursi meja belajar Galka sambil bermain game di ponselnya. Pikirannya berkelana hingga tidak bisa fokus pada game yang sedang dimainkan olehnya. Sesekali Gevan menengok menatap wajah pucat Galka. Hatinya seketika teriris saat mengingat pernyataan dokter Fariz tadi sore.
Flashback on
"Gimana keadaan spupu saya dok?" Tanya Gevan setelah melihat dokter Fariz merapihkan alat-alat periksanya.
Dokter Fariz menghampiri Gevan dan menepuk bahu cowok itu, dengan isyarat seperti memberi kekuatan. Gevan semakin dibuat penasaran akan hal itu. Ia hanya ingin tau apa yang terjadi pada sepupunya dan ia harap itu hal yang tidak buruk.
"Galka hanya banyak pikiran, jadi itu sebab nya dia tiba-tiba drop"
Mendengar pernyataan dokter Fariz, perasaan panik Gevan berubah menjadi kelegaan.
"Tapi ada yang mau saya katakan sama kamu Ge" ucap dokter Fariz secara tiba-tiba.
Gevan yang tadinya merasakan perasaan lega, kini berubah penasaran. "Apa dok?".
"Sepertinya Kanker Galka sudah semakin parah Gev. Saya sarankan untuk segera kemoterapi sebelum lebih parah lagi" kata dokter Fariz pelan.
Gevan shock mendengar pernyataan itu, rasanya seperti sesak sekaligus perih. Tidak terasa air mata nya menetes, rasanya ia ingin marah pada Tuhan karena memberi cobaan yang sangat berat pada sepupunya.
"Kamu tenang saja, saya sudah menyampaikan ini ke orang tua nya, tetap support dia ya Gevan" pesan dokter Fariz, yang langsung diangguki Gevan.
Flashback off
Gevan masih senantiasa menatap wajah Galka, seperti ada yang menyuruhnya untuk tidak mengabaikan sepupunya dengan hal-hal yang tidak berguna. Gevan mematikan ponselnya lalu melemparkan ponsel itu dengan asal ke atas meja. Setelahnya ia menjalankan kursi belajar Galka yang beroda ke arah ranjang cowok itu.
"Bangun goblok, bisaan banget kalau gue mau ngamuk pasti collapse" ujar Gevan menoel pipi tirus Galka.
Drrtt... Drrrt..
Suara getaran ponsel yang berasal dari atas meja membuat Gevan mengalihkan atensinya dari wajah Galka. Gevan mengambil ponsel itu dan melihat nama Cherly tetera dilayar, cowok itu segera menarik tombol hijau berlogo telpon dan menempelkan ponsel Galka ke telinga.
"Hallo Galka, gue mau tanya matematika boleh?" tanya seorang gadis disebrang sana.
"Ga, Galka udah tidur" ketus Gevan yang langsung mematikan telponnya secara sepihak.
***
Di seberang sana seorang gadis cantik sedang menggerutu kesal. Karena respons dari orang yang mengangkat panggilan nya pada nomor Galka, jawaban orang itu sangat ketus dan menyebalkan, berbeda dengan Galka yang jika ditanya lewat telepon hanya akan menjawab hm, ya, ok, oh. Tapi itu membuatnya bahagia, salah tingkah dan meleyot, pasalnya deep voice Galka itu kadang membuat tubuhnya merinding sekaligus meleleh secara bersamaan."Dia siapa sih, ketus banget" ujarnya sambil memutar-mutar gelang karet warna hitam yang dibelikan oleh Galka pada saat ia menemani cowok itu mencari buku untuk referensi ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung pada awal Desember.
Cherly mengubah posisinya menjadi tengkurap, gadis itu membuka aplikasi instagram di ponselnya. Ia iseng mencari nama Galka di bagian pencarian. Karena selama ini ia belum mengetahui sosmed-sosmed yang digunakan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galka
Teen FictionMenceritakan tentang laki-laki yang sulit bersosialisasi karena traumanya. Galka Grysander Arenza, hidupnya sangat abu-abu bagi mereka yang mengenalnya. Hello, jangan lupa follow supaya nyaman dalam membaca hehe, aku ga maksa kok. Oh iya, FYI ceri...