9.

589 51 0
                                    

"Tadi lo dicari dua curut" ujar Cherly saat melihat Galka melewati mejanya.

Galka hanya melirik sekilas, lalu kembali melangkahkan kakinya ke tempat duduknya. Cowok itu langsung membuka buku bahasa indonesia nya untuk dipelajari sebelum guru masuk ke dalam kelas.

Cherly masih menatap Galka dari tempat duduknya. Sikap Galka yang sulit ditebak membuatnya bingung. Terkadang cowok itu menyenangkan tapi diwaktu yang bersamaan sikapnya berubah menjadi sangat menyebalkan. Seperti tadi, ia dengan baik hati memberi tau bahwa dua curutnya mencari cowok itu, tapi Galka tidak memberi tanggapan apapun.

"Ihs awas aja lo, gua bantai" gerutunya.

Selang beberapa menit Rean dan Zaffran masuk ke dalam kelas. Bersamaan dengan guru Bahasa Indonesia yang juga masuk ke dalam kelas.

"Siang anak-anak" sapa Bu Cantika.

"Siang Buuuuu" sahut murid kelas 12 IPA 1.

Bu Cantika mulai menjelaskan materi yang sedang dibahas. Ditempat duduknya Galka mencoba untuk fokus pada materi yang disampaikan oleh sang guru. Namun pandangannya semakin lama semakin memburam, kepalanya berdenyut sakit, serta perutnya yang terasa amat mual.

Tanpa sadar cowok itu refleks memijat keningnya yang sakit. Rean selaku teman sebangkunya langsung menoleh. Bola matanya seketika melotot saat melihat tetesan darah jatuh ke buku tulis cowok itu. Rean menepuk lengan temannya, Galka menoleh dengan mata sayunya.

"Lo okay?" bisik Rean sepelan mungkin.

Galka mengangguk lemah. Zaffran yang duduk di belakang pun menyadari ada hal yang tidak beres pada temannya. Cowok itu menoel punggung Rean yang langsung membuat Rean menoleh ke belakang.

"Why?" ucapnya tanpa suara.

Rean tidak menjawab, cowok itu hanya mengisyaratkan lewat gerakkan tangannya yang di usap ke hidung. Untung saja Zaffran paham akan hal itu.

"Galka bisa tolong jawab pertanyaan di depan" pinta Bu Cantika. Galka mengangguk dan mencoba berdiri namun tangannya dicekal oleh Rean, cowok itu menggelengkan kepala nya mengisyaratkan Galka untuk tetap duduk.

"Ayo Galka" panggil gurunya.

Galka mengangguk lalu berjalan ke depan, saat hendak menuliskan jawaban di papan tulis tiba-tiba spidol yang dipegangnya terjatuh dikarenakan tangannya yang lemas, kepalanya seketika memberat, pandangannya semakin memburam, Galka meringis tertahan. Cowok itu mencoba mengambil spidol yang terjatuh di lantai, saat tangannya hendak mengambil spidol tiba-tiba kesadarannya menurun. Galka  pingsan dengan hidungnya yang kembali mengeluarkan darah.

"Eh—Galka" seru penghuni kelas. Bu Cantika juga terkejut melihat kejadian dihadapannya. Guru itu langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Galka.

"Galka" panggil guru itu sambil menempatkan kepala anak muridnya ke atas pahanya.

"Kaa bangun Kaa" ucap Rean menepuk-nepuk pipi Galka dengan raut paniknya.

Suasana kelas yang tadinya tenang kini menjadi panik, Zaffran yang sibuk menghubungi Gevan namun tak kunjung di angkat. Cowok itu berdecak kesal, ini percobaan terakhir bila Gevan tidak menanggapi maka terpaksa ia akan memblock kontak cowok itu.

"Ini kita bawa ke rumah sakit atau PKS aja?" celetuk salah satu murid laki-laki.

"PKS ga ada dokter, gue mau ngambil mobil Galka dulu di parkiran, beberapa orang tolong ambilin brangkar di ruang PKS" pinta Zaffran, cowok itu langsung berlari keluar kelas menuju parkiran.

"Ada yang punya tissue?" tanya Bu Cantika.

"Saya ada Bu" ucap seorang siswi yang langsung memberi sekotak tissue pada Bu Cantika. Guru itu langsung mengambil beberapa lembar tissue dan mengelap darah di hidung Galka dengan gerakkan lembut dan hati-hati.

Galka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang