11.

557 47 3
                                    

Malam telah berganti Pagi. Namun langit masih berwarna hitam dikarenakan saat ini masih jam tidurnya para makhluk hidup. Tepat di pukul 2 pagi Galka terbangun dari tidurnya.

Cowok itu membuka cup oksigen yang membuatnya tidak nyaman. Setelah itu matanya menatap jendela kamar yang tertutupi gorden, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Bahkan author pun tidak bisa menebak hal itu sampai-sampai bibir cowok itu tiba-tiba bergetar karena kedinginan.

Galka menaikkan selimutnya hingga sebatas leher, ia meraba meja disebelahnya mencari remot AC. Tubuhnya menggigil kedinginan, padahal suhu AC sudah berada diatas 20°C tapi masih membuat tubuh lemah itu menggigil seperti berada di kutub selatan hingga menembus tulang-tulang yang membuatnya ngilu.

"Ck, mana sih" decaknya kesal. Cowok itu akhirnya bangun dan mengambil remot AC yang sejak tadi ia cari. Setelah itu ia mematikan pendingin ruangan dan mulai mencoba untuk tidur kembali.

Hingga sepuluh menit berlalu, Galka sudah kembali terlelap dalam tidurnya. Kini berganti Gevan yang terbangun dengan keringat yang bercucuran. Cowok itu menggeram marah karena suasana ruangan menjadi panas.

"Ini mati lampu apa gimana sih? Gerah amat gue" ujarnya sambil mengucek matanya.

"Kaga mati lampu, apa AC nya rusak ya? Atau ada setan yang rebahan disana?" ujarnya melantur.

Setelah lima menit melantur akhirnya nyawa Gevan terkumpul. Cowok itu melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada setan yang berniat menggoda nya. Kemudian matanya menatap lubang AC yang tertutup rapat.

"Tuhkan bener, pasti ada Poci yang rebahan disitu, ampe rapet gitu" ucapnya seraya menggosok-gosokkan lengannya yang merinding.

Gevan berdiri dari tidur nya, cowok itu berjalan menuju brangkar Galka dan menggoyangkan tubuh kurus itu, matanya terus menatap pendingin ruangan hingga ia meraskan bulu kuduk nya berdiri.

"Ka, bangun bego ada poci"

"Galka, anjing bangun, AC nya ditidurin Poci"

Galka yang terusik karena kaget pun membuka matanya. Ia melihat Gevan yang terus menggoyangkan tubuhnya dengan mata yang tertuju pada AC ruangan.

"Apaan sih Ge?" jawabnya dengan suara serak.

"Ada Poci begoooooo" adunya.

"Mana?"

"Itu, dia nidurin AC, jadi AC nya mati"

Pletakk..

"ANJING, SAKIT SIALAN!" jerit cowok itu saat Galka menyentil dahi paripurnanya.

"Gue yang matiin AC nya, soalnya gue kedinginan" jawab Galka.

"Ah Anjing, gue kira ditidurin Poci, tapi asli gue ga bohong, sebagai anak indomi gue ngeliat ada yang rebahan disitu" jelas Gevan.

"Halu lo"

"Iya sih" cengirnya tanpa dosa.

Galka menatap spupunya datar, tangannya memijat pelipisnya yang pening karena tidurnya kebangun dengan keadaan terkejut.

"Sakit ya? Mau gue panggilin dokter?"

Galka menggeleng, ia hanya butuh tidur untuk menghilangkan rasa peningnya. Tapi matanya sudah tidak bisa dipejamkan lagi karena ia sudah tidak mengantuk. Gevan duduk dikursi, melihat sepupunya yang masih memijat keningnya. Rasa bersalah masih ada dibenaknya. Semalam Galka baru saja collapse, sudah dipastikan cowok itu harus lebih banyak istirahat.

"Gue minta maaf udah ganggu istirahat lo" ucapnya.

Galka menoleh, cowok itu terkekeh mendengar ucapan Gevan yang terdengar seperti anak kecil yang habis di omeli Ibunya.

Galka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang