4.

686 69 0
                                    

Garis lengkung di bibir manis Gevan seketika memudar ketika orang yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu pergi berlalu begitu saja bersama mobilnya dengan laju yang lumayan kencang. Rean dan Zaffran menatap Gevan kasihan, mereka berdua langsung berpamitan pada cowok itu, lalu mengegas motornya meninggalkan Gevan seroang diri.

Tatapan Gevan berubah penuh kekesalan, rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat, dan bibirnya tak berhenti menyumpah serapahi spupu nya. Gevan marah, Gevan kesal, saat sampai rumah ia berniat untuk menghajar Galka habis-habisan.

"Sialan, sepupu biadap!" umpatnya, kakinya menendang kaleng minuman hingga mengenai kepala botak Pak Dion selaku satpam SMA Eternal.

Gevan menutup mulutnya terkejut, saat melihat Pak Dion mengamuk mencari siapa pelaku pelemparan kaleng secara tidak hormat.

"SIAPA YANG NENDANG KALENG INI!" teriaknya marah, wajah Pak Dion memerah.

Gevan segera menaiki motornya lalu menyalakan mesin motor itu dan menginjak gas hingga sepeda motor itu berlari kencang dengan deru knalpot yang menguar. Setelah dirasa aman, Gevan mengurangi kecepatan motornya, cowok itu mengendarai motor dengan santai dijalan raya seraya menikmati semilir angin sore yang lumayan menyegarkan, hingga ia melupakan rasa kesalnya saat di sekolah tadi.

***
Suara deru mesin motor berhenti dan terparkir rapi di halaman rumah mewah bertingkat empat ini. Setelah memastikan kendaraannya terparkir dengan aman, Gevan mengedarkan pandangannya disekitar halaman rumah, ia mengernyitkan dahinya bingung, di halaman hanya ada satu motor yang terparkir disana, dan itu motor dirinya sendiri. Dimana kendaraan sepupunya? Apa Galka belum sampai rumah?.

Gevan dibuat bingung, cowok itu melangkahkan kakinya menuju garasi dan menggeret pintunya dengan kuat. Didalam sana hanya terdapat dua mobil dan satu motor saja, tidak ada mobil yang Galka saat di sekolah tadi. Malas berfikir, Gevan menutup kembali pagar garasi itu, lalu pergi ke pos satpam untuk bertanya apakah Galka sudah pulang atau belum. Hatinya sedikit risau, pasalnya semalam spupunya sedang tidak baik-baik saja. Ia takut jika terjadi apa-apa dijalan.

"Pak, Galka udah pulang belum?" tanya Gevan pada Pak Anton selaku satpam yang mejaga rumah Galka selama 24 jam penuh.

"Belum den" jawab Pak Anton.

Gevan menghela nafasnya kasar, ia semakin khawatir, kemana sepupunya pergi, padahal jarak tempuh sekolah juga tidak terlalu jauh dari rumah.

"Kemana sih" ucapnya gusar.

Pak Anton pun dibuat bingung, biasanya Gevan dan Galka pulang bersama, kalaupun Galka ada tugas diluar pasti anak majikknnya itu pulang dulu ke rumah.

"Biasanya bareng sama den Gevan" ucap Pak Anton hati-hati. Ia takut Gevan akan meledak, karena jika sudah menyangkut tentang Galka maka emosinya sangat sulit terkendali.

"Tadi saya tunggu di sekolah tap—"

Drummm..

Tiba-tiba suara deru mobil berhasil memotong ucapan Gevan. Tepat disamping motor Gevan, Galka memarkirkan mobilnya, cowok itu keluar dari mobil dengan gaya cool andalannya, dengan tangan yang menyugar rambutnya ke belakang serta tas ransel yang berada di pundak kirinya. Galka tak menghiraukan keberadaan Gevan, cowok itu langsung masuk ke dalam rumah megahnya begitu saja.

"Assalamualaikum, Galka pulang" salam Galka.

Gevan dengan amarah yang menggebu-gebu pun langsung menyusul Galka masuk ke dalam rumah, bahkan cowok itu membuka pintu utama dengan kasar membuat para pelayan yang sedang beres-beres terjengit kaget. Gevan menaikki tangga dengan setengah berlari, cowok itu menyusul Galka yang sudah lebih dulu sampai di kamar.

Sesampainya dikamar, Galka langsung melempar asal tasnya ke atas sofa yang berada didalam kamar. Ia segera melepas sepatunya dan meletakkannya ke rak sepatu yang sudah tersedia disana. Setelahnya Galka, membuka kancing seragam pramukanya dan melempar seragam itu ke keranjang cucian, hingga menyisakan kaos hitam polos. Sesudahnya ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Gevan berdiri tepat didepan kamar Galka dengan nafas ngos-ngosan. Satu kata yang sedang ia rasakan adalah lelah. Gevan lelah, Gevan ingin air minum, Gevan butuh pendingin. Dengan tubuh lemasnya Gevan membuka pintu kamar Galka, dan ternyata pintu itu terkunci.

Dengan kesabaran yang ia punya, Gevan memencet beberapa angka pada engsel pintu yang sudah dipasangi smartlock itu agar bisa terbuka. Kini rasa kesalnya semakin bertambah, saat beberapa kali Gevan mencoba memasukkan sandi yang ia tau dan sandi itu terus-menerus salah. Ia yakin Galka sudah mengganti sandinya.

"ANJING, BUKA!" teriak Gevan sambil menggedor-gedor pintu.

"Kalau ga lo buka, bakal gue dobrak!" ancam cowok itu. Sungguh, Gevan sedang dalam puncak emosi ditambah lelahnya naik tangga, lelahnya saat dihukum di sekolah dan sekarang Galka benar-benar memancing emosinya.

Di dalam kamar, Galka baru saja keluar dari kamar mandi, wajahnya nampak segar, ia mengusap-usap rambut nya yang basah menggunakan handuk berukuran kecil. Cowok itu berdiri didepan cermin melihat pantulan wajah dirinya yang begitu tampan, ia menyentuh bibirnya yang pucat kemudian tersenyum. Rasanya ia sangat bersyukur karena Tuhan masih memberinya hidup hingga saat ini, walaupun terkadang penyakitnya sering membuat tubuhnya menggila karena kesakitan.

Galka masih asyik menatap wajahnya yang tampan dari cermin. Hingga suara gedoran pintu terdengar, cowok itu berjalan menuju pintu kamarnya. Saat ingin membuka pintu, tiba-tiba ada cairan yang menetes dari lubang hidungnya. Tangan yang tadinya memegang gagang pintu kini refleks tergerak mengusap area lubang hidung nya. Di jari telunjuk dan tengahnya terdapat cairan berwarna merah. Setelah mengetahui bahwa dirinya mimisan ia segera berlari mengambil tissue yang berada di meja belajar nya.

"Bunda, Galka capek begini terus" ucapnya. Kini kepalanya terasa amat berat dan seketika tubuhnya terasa lemas.

Galka harus segera membuka pintu, karena ia takut jika nanti ia pingsan tidak ada yang menolong nya. Dengan tubuh lemasnya Galka menyeret kakinya ke arah pintu, tangannya berusaha menggapai gagang pintu, setelahnya pintu berhasil terbuka, bersamaan tubuhnya yang ambruk di atas lantai yang dingin.

Gevan yang tadinya hendak turun ke bawah seketika ia urungkan saat mendengar suara pintu terbuka. Cowok itu berjalan dengan amarah yang masih menguar dihatinya. Saat tiba di depan pintu Gevan langsung masuk, dan betapa terkejut nya ia, ketika melihat Galka terbaring mengenaskan dengan mata yang sudah terpejam erat, Gevan melihat tissue berserakan dilantai yang sudah ada banyak bercak darah.

Gevan menjongkokkan dirinya sambil berusaha menyadarkan Galka. "Galka, lo masih denger gue?" ucap Gevan panik, cowok itu menempatkan kepala Galka ke atas pahanya. Tangannya merogoh saku celana untuk mengambil ponsel, setelahnya ia segera menghubungi Dokter Fariz untuk segera datang ke rumah.

Setelah mengabari dokter Fariz, Gevan memapah Galka seorang diri, dan membaringkan tubuh spupunya ke atas kasur. Cowok itu mengambil selembar tissue untuk mengelap sisa-sisa darah yang berada di hidung Galka.

"Sabar ya, dokter Fariz sebentar lagi. datang" ujar Geva sambil menggenggam tangan Galka yang terasa dingin.

TBC!!

A N Y E O N G

MARHABAN YA RAMADHAN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

AKU MAU TANYA BOLEH? GIMANA SI TANGGAPAN KALIAN SAMA CERITA KU?

OH IYA.
TERIMA KASIH BANYAK YA, BUAT READERS KU, YANG UDAH MAU MAMPIR, LALU BACA DAN VOTE+COMMENT CERITA FREAK YANG AKU TULIS HEHE.

SEMOGA KALIAN TETAP SUKA DAN ENJOY SETIAP PART YANG AKU TULIS.

Seperti biasa, aku mau minta partisipasi dari kalian buat VOTE dan COMMENT cerita ini yaw.

TYSM All 😋

See u
Di part selanjutnya...

Galka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang