Paisprezece

557 137 19
                                        

Jennifer memberontak dengan keras hingga tautan lengan antara dirinya dan Justin terlepas. Gadis itu nampak menawan meskipun rambut panjangnya berantakan akibat pergulatan kecil yang terjadi.

Tatapan itu selalu tajam, membuat Justin merasa sedikit terintimidasi. Namun justru semakin kuat rasa penasaran Justin terhadap Jennifer.

"Sudah kubilang, aku kemari untuk memberikan sebuah penawaran padamu. Tidak akan ada pihak yang dikecewakan disini." Bola mata Jennifer memerah saat diterpa cahaya bulan yang masuk lewat celah jendela.

Justin menatap Jennifer seolah tertarik, wajah angkuh itu mendongak menatap Jennifer remeh dengan senyuman sengak yang menyebalkan.

"Lanjutkan."

Jennifer menghela nafas lega, "Kau boleh mengambil seperdelapan tanah yang vampire kuasai, jika kau menyetujuinya maka tidak boleh ada perang antara vampire dan lycan." Gadis itu menatap Justin seolah meyankinkan pria itu.

Justin menyeringai, tubuhnya perlahan maju membuat Jennifer merasa was was, kakinya sudah dalam posisi siap berlari seandainya situasi tidak menguntungkan untuknya.

"Kalau aku menolak?" Tanya Pria itu santai.

Tatapan pria itu tidak lepas dari Jennifer, tatapan menjijikan bagi gadis itu. Jika saja ia tidak dihadapkan pada situasi genting antara vampire dan lycan, sudah pasti Justin kini tersungkur dan terpental sejauh 10 meter akibat merasakan pukulan mentah dari Jennifer.

"Aku lebih tertarik untuk menjadikanmu milikku." Jemari itu bergerak hendak menyentuh wajah indah milik Jennifer.

"Jennifer milikku."

Baru saja Jennifer ingin mengangkat suara. Jeffrey sudah berdiri diambang pintu dengan emosi yang menggebu. Rambut berantakan pria itu menutup sebagian wajahnya yang sedikit menunduk.

"Ah? Cinta segitiga? Aku tak pernah tertarik dengan itu." Justin menatap Jennifer dengan senyuman diwajahnya, kali ini bukan seringaian tapi tetap saja terlihat menyebalkan bagi Jennifer.

"Tapi sepertinya aku berubah pikiran. Cinta segitiga akan menyenangkan kalau Jennifer sebagai taruhannya." Justin menatap Jeffrey. Jemari Jeffrey mencengkram erat kusen pintu kanan dan kirinya, menyalurkan emosinya.

Dengan kecepatan super yang dimilikinya, sekejap tubuhnya menabrak Justin hingga keduanya menabrak lemari dan cermin di ruangan itu, membuat ruangan menjadi hancur berantakan.

Keduanya saling beradu, mengerahkan kekuatan untuk saling melumpuhkan. Nahasnya tidak lama setelah itu ruangan mulai dikepung oleh manusia serigala dengan jumlah lumayan banyak.

Jeffrey melihat situasi semakin kacau, mau tak mau ia harus mengalahkan semua lycan diruangan itu. Justin tersenyum puas meskipun wajahnya terluka.

Jennifer pun mau tak mau melawan segerombolan lycan itu, meskipun agak kewalahan namun ia berhasil mengalahkan setengahnya.

Melihat Justin mulai lemah, Jeffrey beranjak membantu Jennifer untuk menghajar sisa lycan itu. Keduanya cukup mahir meskipun kalah jumlah.

Jennifer dapat mendengar dari jarak jauh, suara riuh dari arah bawah. Dengan cepat ditariknya Jeffrey lalu keduanya melompat menabrak jendela kaca untuk menyelamatkan diri.

Setelah keduanya sampai dihalaman bawah, Jennifer menahan erat lengan Jeffrey. Pria itu masih terbawa emosi dan hampir saja kembali kedalam untuk menghabisi Justin.

"Kita akan kalah, mereka akan terus berdatangan dengan jumlah banyak. Kita harus kembali dan membuat strategi perang." Ujar Jennifer.

Jeffrey menatap Jennifer lalu mengangguk, dengan segera ia menarik Jennifer untuk berlari dengan kecepatan maksimalnya, bahkan keduanya bisa memanjat bukit dengan mudah meskipun salju yang turun sejak kemarin menutupi rerumputan.

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang