Unu

2.3K 330 37
                                    

Caracal, Rumania.

Gadis dengan tatapan dingin itu berjalan dengan santai, membelah lapangan dengan pandangan lurus menuju kelasnya. Sudah seminggu gadis itu menjadi murid disini, murid murid lain masih belum terbiasa dengan sikap yang ditunjukkan gadis itu.

   Berjalan masuk tanpa merasa tergubris, gadis berambut panjang itu duduk dikursinya, meletakkan tas dan mengeluarkan buku bersampul hitam.

   "Jennifer?" Sebuah tangan hinggap di pundaknya, gadis yang selalu duduk disampingnya itu menatap gadis yang ia panggil Jennifer.

   Jennifer menatap tak suka, melihat itu gadis berambut pirang bernama Erine itu menurunkan tangan nya. "Apa kau tak kedinginan? Sekarang musim hujan, tapi kau tak memakai jaket." Tanya Erine.

   Gadis itu menunggu reaksi Jennifer, tapi nihil. Setelah 3 menit menunggu, akhirnya Jennifer menatapnya. "Aku sudah terbiasa." Lalu pandangannya kembali beralih pada buku hitam yang selalu ia bawa.

   Erine meringis kecewa, sebanyak apapun usahanya mengajak Jennifer berbicara, tak ada kemajuan yang berarti. Mau tak mau dirinya hanya terdiam, jam pertama akan ada kuis kimia.

   Jennifer tidak menyadari, dibelakangnya ada Halley yang sedari tadi memandangi. Pria itu tertarik pada Jennifer, gadis yang terlihat cuek serta berwajah seperti es batu itu berbeda dari yang lain.

   Gadis lain selalu memuji ketampanan nya, membuatnya muak karena mereka selalu memuji dan mengelilinginnya, seperti semut mengerubungi gula.

   "Halley!"

   Pria itu terkejut, mendapati sahabatnya David yang memukul pundaknya. "Memandanginya lagi huh?" Goda David.

   David tahu, Halley selalu memperhatikan gadis es itu sejak seminggu yang lalu. "Jujur saja, aku tak akan mengejek mu." Ujar David lagi.

   Hal itu membuat Halley menghindari "si bawel." Julukan Halley untuk David.

   "Sssttt... Apa kau tak merasa heran? Kulit gadis itu sangat pucat, seperti dirimu. Bibirnya juga, semerah darah. Jangan jangan ia meminum darah?" Bisik David lagi.

   Halley menepuk pipi David pelan, "Jangan gila, bukannya justru dia terlihat cantik?" Tanya Halley.

   David tersenyum, "Aku menangkapmu basah, kau menyukai gadis es itu kan? Jennifer?" David menurun naikkan alisnya.

Hhh menyebalkan

   "Diam David."

   "Oh ayolah, aku bisa membantumu mendekatinya. Butuh bantuanku?" Tawar David.

   Namun tatapan sinis yang ia terima dari Halley. "Tidak, terimakasih."

   Jennifer mencoretkan sesuatu di kertasnya, bukan catatan pelajaran, melainkan catatan observasi yang ia lakukan di sekolah itu.

   Pluk!

   Sebuah gumpalan kertas mendarat di hadapan Jennifer. Arahnya dari belakang, dengan cepat gadis itu menengok ke belakang dan mendapati pria yang menatapnya gugup, seperti tertangkap basah.

   Dengan gerakan tubuh, pria itu berkata tidak. Namun karena tak ingin memperpanjangnya, Jennifer melempar kertas tadi ke depan dan tepat sasaran. Masuk ke dalam tong sampah.

   Halley terdiam, padahal gadis itu melemparnya tanpa melihat tapi bisa tepat sasaran. Halley tercekat saat melihat tatapan dingin Jennifer sebelum gadis itu berbalik.

   Jantung nya berdegup kencang, gadis itu benar benar berbeda.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang