Jennifer tak henti hentinya memberontak, tangan dan kakinya yang diikat oleh rantai membuatnya teramat sulit untuk melepaskan diri. Entah sudah keberapa kalinya Jennifer mengeluarkan kata kata umpatan yang ia tujukan kepada pria dihadapannya.
Sudah hampir 1 jam Justin duduk di hadapan Jennifer, memandangi gadis itu seperti tidak ada hari esok. Umpatan umpatan yang Jennifer lempar padanya hanya membuatnya tersenyum puas.
"Sudah lelah?" Justin bertanya setelah Jennifer terdiam.
Jennifer hanya memandang tajam ke arahnya, membuatnya justru merasa tertarik karena tidak ada rasa takut di dalam mata Jennifer.
"Aku tak menyangka, vampire yang membunuh Emelie adalah dirimu. Kau... Cantik." Justin berjalan memutari Jennifer sembari tersenyum licik.
Tidak. Jennifer amat sangat membenci senyum itu. Jennifer semakin was was saat dirasanya Justin berdiri tepat di belakangnya, mendekat ke arahnya lalu mengangkat rambutnya.
Jennifer memberontak, tubuhnya bahkan mati rasa karena terlalu keras berusaha melepaskan diri, sehingga tenaganya hanya tersisa sedikit.
"Jennifer... Kau tahu betapa menderitanya aku setelah kau membunuh Emelie?" Justin berbisik pelan, suara yang mirip seperti bisikkan iblis.
Kali ini Jennifer hanya bungkam, posisinya sangat tidak menguntungkan untuknya, Justin bisa membunuhnya dalam hitungan detik.
"Sekarang kau menghampiriku tanpa perlu ku jemput, aku ingin tahu keberanianmu sejauh apa." Justin bergerak berpindah ke depan Jennifer.
Jennifer berusaha memundurkan tubuhnya saat Justin mengikis jarak antara keduanya. Kini wajah mereka hanya terpaut beberapa senti saja, rambut acak acakan yang menutupi wajah Jennifer disingkap dengan lembut oleh Justin.
Sekarang keduanya dapat saling melihat wajah satu sama lain dengan jelas. Justin menaikkan sebelah bibirnya, ia suka melihat ekspresi benci milik Jennifer.
"Kau tahu? Aku memiliki dendam yang cukup besar kepada gadis bernama Jennifer."
Hidung keduanya saling bersentuhan, Jennifer tak bisa menghindar lagi saat kepalanya ditahan oleh Justin. Tatapan membunuh itu hanya satu satunya hal yang bisa Jennifer lakukan untuk mengancam Justin.
Pria itu tak terlihat takut sama sekali, gelagatnya bahkan sangat sombong dimata Jennifer. Terlalu memuakkan untuk dilihat.
"Tapi setelah melihatmu, sepertinya kau cocok untuk kujadikan permaisuriku di—"
Justin memejamkan matanya saat Jennifer meludahi wajahnya. Gadis itu teramat marah hingga tak lagi memikirkan soal keselamatannya.
Pria itu mengelap wajahnya dengan ekspresi datar, tapi tanpa diduga Justin justru menjilat jemarinya tanpa merasa jijik. Sialnya senyum mengejek justru ditunjukkan oleh nya.
Sedetik kemudian Justin meraup rambut Jennifer dan menariknya hingga kepala Jennifer ikut tersentak kebelakang, gadis itu memejamkan matanya saat nyeri di kulit kepalanya terasa.
"Kau yang datang menyerahkan diri, maka tak ada jalan keluar untukmu dan terima saja nasib barumu disini." Justin melepaskan cengkramannya pada rambut Jennifer.
Gadis itu tak tinggal diam, ditubrukkan kepalanya sehingga beradu dengan kepala Justin, pria itu terdorong mundur sembari mengaduh kesakitan.
"Aku benci bau anjing." Desis Jennifer penuh kebencian.
Justin menggeram, sepertinya akan sulit menaklukan Jennifer. Gadis itu memiliki pertahanan kuat dan keras kepala, "Aku suka kegigihanmu, tapi harus ku apakan pria vampire itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood ✔
Vampire❝Two vampires who end up falling in love.❞ [Baku-Completed] ⚠️ {Fantasi, misteri, romance} Kisah Jennifer Raven, vampire yang harus menjalankan misinya untuk mencari keturunan Barnave Vlad yang hilang, mengharuskannya untuk menyamar menjadi salah s...