.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Flanders terdiam, lalu berdeham. "Jadi apa tujuanmu kemari?"
"Aku yakin kau sudah mengetahui sesuatu dari Jeffrey, Vlad mengutusku untuk menanyakan apa langkahmu selanjutnya. Bagaimanapun juga, pemberontakan ini terjadi melibatkan Utara dan Selatan." Jelas Jennifer panjang lebar.
Flanders terdiam sejenak, seperti menimbang nimbang keputusan. "Tentu saja kita harus menangkap Eudora dan Triton, setelah itu kita harus membakar pondok itu."
Jennifer menggeleng pelan, "Tidak, aku yakin Triton sudah membakar pondok itu. Pria itu sadar semuanya sudah terbongkar." Jawab Jennifer.
Sejenak Flanders terpukau dengan kecerdasan gadis itu yang bisa menebak situasi dengan mudah. Membuatnya semakin tertarik.
"Lalu apa solusimu?"
Flanders menatap Jennifer, "Aku bersedia menjadi pancingan."
"Pancingan bagaimana maksudmu?" Tanya Flanders bingung.
Jennifer menghela nafas kasar, "Aku memiliki taktik." Gadis itu terdiam sejenak lalu membalikkan tubuhnya menatap pahatan indah diwajah Jeffrey sebelum akhirnya kembali menoleh ke arah Flanders.
Jennifer tersenyum, ia senang karena berhasil membuat Flanders menunggu dengan raut wajah kebingungan.
Dikeluarkannya sesuatu dari saku, sebuah botol kecil berwarna merah darah, hal itu tentu saja membuat Jeffrey terkejut. "Bagaimana bisa kau mendapatkannya?" Tanya Jeffrey.
Jennifer masih menunjukkan senyum, senyum licik namun penuh percaya diri. "Ini Hapex, gabungan darahmu dan Vlad. Triton dan Eudora menggunakannya dalam racikan ramuan agar bisa menjangkit vampire liar."
Rahang Flanders mengeras, bisa bisanya ia tak mengetahui mengenai pemberontakan Eudora yang sudah sejauh ini.
"Aku berhasil mendapatkannya. Dan rencanaku adalah, memancing mereka menggunakan ini." Jennifer meletakkan kembali Hapex ke sakunya.
"Tapi itu berbahaya untukmu Jen." Jeffrey bangkit dari posisi berlututnya, pria itu menatap Jennifer seolah tak ingin gadis itu melakukan rencana nekatnya.
"Rencanaku sudah matang, kecil kemungkinan untuk gagal." Jennifer menatap Jeffrey yakin.
"Tapi kemungkinan itu tidak pernah nol persen." Bantah Jeffrey. Entahlah, rasanya ia perlu melindungi Jennifer, ada rasa yang membuatnya tak ingin melihat Jennifer terluka.
"Itu sebabnya aku datang kemari, mengusulkan ideku pada kalian." Jennifer kembali mendekat pada Flanders.
"Lanjutkan." Titah Flanders.
Jennifer tersenyum lalu melirik Jeffrey yang menatapnya khawatir, hal itu jelas saja membuatnya bingung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Jennifer?"
Gadis dengan rambut panjang tergerai itu menaikan sebelah alisnya, melihat Hallaey yang kini menatapnya.
"Kau sakit?" Tanya Halley khawatir.
Tangan Halley terulur dan hinggap di atas kening gadis itu. Jennifer yang tak suka dengan perilaku Halley pun menepis tangan pria itu.
"Aku selalu baik baik saja." Jawab Jennifer lalu kembali meletakkan kepalanya di meja dan terpejam.
Orang mungkin mengira gadis itu tertidur, padahal vampire tidak pernah tidur. Jennifer hanya diam, saat ini kepalanya dipenuhi oleh skenario mengenai hal buruk yang akan menimpanya jika rencananya gagal.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood ✔
Vampire❝Two vampires who end up falling in love.❞ [Baku-Completed] ⚠️ {Fantasi, misteri, romance} Kisah Jennifer Raven, vampire yang harus menjalankan misinya untuk mencari keturunan Barnave Vlad yang hilang, mengharuskannya untuk menyamar menjadi salah s...