Patru

984 226 19
                                        

Keadaan sekolah pagi ini seperti biasa, murid dengan jaket atau sweater mereka yang berjalan dengan kesibukan masing-masing sama seperti sekolah pada biasanya, hanya saja cuaca hari ini sedikit berangin dan dingin.

   Jennifer terdiam menatap ke arah jendela kelas, sejak tadi ia berkeliling mencari petunjuk. Meskipun murid disini tak banyak, tapi tugas ini tetap berat baginya.

   Suara ketukan meja mengejutkannya, nampak Halley yang tersenyum sembari menawarinya makanan. Jennifer menggeleng menolak.

   "Aku tak pernah melihatmu makan." Halley membuka pembicaraan.

   "Aku tak suka makanan disini." Elak Jennifer.

   Mendengar itu mata Halley berbinar, "Kalau begitu kau sama denganku, Ibuku selalu membekaliku sandwich karena aku tidak tahan dengan bawang, mereka menggunakan terlalu banyak bawang putih." Sahut Halley sembari memasang wajah tak suka.

   Jennifer tertarik, tak suka bawang ia bilang? Lalu selama ini Halley makan apa? Hampir semua masakan menggunakan bawang.

   Gadis itu membalikkan tubuhnya ke arah Halley, jelas saja hal tersebut membuat Halley salah tingkah. "Kau... tak suka bawang? Kenapa?" Tanya Jennifer.

   "Entahlah, bawang membuatku merasa panas, Ibuku saja heran dan menganggap aku alergi bawang."

   Jennifer menatap Halley, gejalanya persis seperti vampire. Gadis itu terus menatap ke dalam mata Halley, berusaha masuk ke dalam pikiran pria itu.

   Lalu semua bayangan memori terputar secara acak, dimana ada seorang bayi yang di gendong oleh wanita, lalu Halley yang berjalan memasuki sekolahan, dan bayi kecil yang terlihat seperti dibawa lari oleh seseorang. Siapakah dia?

   Semua itu berputar dengan cepat, membuat Jennifer merasa pening akibat susunan memori yang acak. Hingga kontak mata itupun terputus.

   Jennifer memegang keningnya dengan kencang, rasanya seperti vertigo yang membuatnya mengambang dan berputar bersama bumi.

   "Kau tak apa-apa? Kau sakit?" Halley memegang pundak Jennifer secara refleks.

   Jennifer merasakan dengungan keras di telinganya hal itu semakin membuatnya meringis kesakitan. Halley panik dan sontak membawa Jennifer ke pelukannya.

   "Ayo kita ke UKS." Hampir saja Halley mengangkat tubuh Jennifer, gadis itu dengan sigap mendorongnya.

   "Tidak perlu, aku hanya butuh waktu sendiri." Jennifer memijat pelipisnya pelan, Halley hanya mengangguk setuju lalu berjalan meninggalkan kelas.

   "Apa itu tadi?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jeffrey menatap papan tulis dengan malas, ia bosan dengan kelas seni budaya. Lalu matanya beralih pada punggung Jennifer.

   Gadis itu nampak tak nyaman, sesekali melirik ke arah Halley di belakangnya. Jeffrey sontak melihat ke arah Halley, pria itu dengan terang terangan memandangi punggung Jennifer.

   Jeffrey menulis sesuatu di bukunya, menyobek kertas lalu menggumpalnya sebelum melempar ke arah Halley dan mengenai punggung pria itu.

   Mengernyit heran, Halley mengambil kertas itu dan melirik Jeffrey bingung. Sementara Jeffrey menaikkan alisnya seolah memberi kode agar Halley membuka kertas itu.

   Halley memutar tubuhnya dan membuka kertas itu.

   Bangga menjadi pria cabul?

   Halley meremas kertas itu kesal lalu menatap Jeffrey tajam. Keduanya saling menatap tajam.

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang