Cinci

859 230 26
                                    


.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gadis dengan rambut panjang itu berjalan tenang, helaian rambutnya yang tak tertutupi hoodie jubah itu tertiup angin.

   Wajahnya datar, memandang lurus ke arah gerbang dimana hanya tersisa jarak 20 meter antara dirinya dan gerbang. Namun terdengar hembusan angin yang bergerak secepat kilat, hal itu tentu saja tak luput dari perhatian Jennifer.

   Jennifer berbalik arah, ditatapnya tajam pria paruh baya yang tersenyum tipis melihat ke arahnya. "Kau menyadariku rupanya."

   Jennifer memasang wajah angkuh, ditatapnya lamat lamat wajah pria itu. "Tidak sepantasnya kau kembali kesini Triton." Senyum miring terpatri di wajah Jennifer.

   Pria itu melangkah maju perlahan, namun hal itu tidak membuat Jennifer mundur sekalipun. "Ku akui kau pintar Jennifer, kau bisa menemukan markas ku. Tapi kau terlalu bodoh karena bersembunyi di atap." Triton tersenyum meremehkan.

   Kini giliran Jennifer yang melangkah maju, tanpa rasa takut gadis itu menatap lantang ke arah Triton dan berbisik di samping telinganya. "Bagus kalau kau tahu, itu artinya dirimu tak perlu repot repot menyembunyikan monster buatanmu itu. Aku akan membocorkannya segera pada Vlad."

   "Kau... Aku tak menyangka kau akan se berani ini." Desis Triton.

   Jennifer tersenyum puas, "Kau takut." Lalu dengan langkah cepat Jennifer berlari masuk ke dalam gerbang. Triton tak bisa mengejarnya, kini justru dirinya lah yang harus kabur secepat mungkin, karena gadis sialan itu akan membocorkan semuanya.

   "Brengsek!" Umpat Triton lalu pria itu berlari menjauhi castle.

   Jennifer melihat itu dari ambang gerbang yang di penuhi oleh vampire penjaga, ia tersenyum penuh kemenangan lalu mengeluarkan sebuah botol berisi cairan berwarna merah darah bernama Hapex itu.

   Tadi saat ia berbisik pada Triton, tangannya merogoh saku Triton dan dengan mudah mengambil botol Hapex berukuran kecil lalu dengan cepat dipindahkannya ke saku miliknya.

   Pintu besar setinggi hampir 3 meter itu terbuka, disana Jennifer berjalan dengan aura kuat khas miliknya. Tentu saja kedatangan gadis itu membuat senyum di wajah Vlad berseri.

   "Kau sudah menngetahui sesuatu?" Tanya Vlad saat gadis kepercayaan nya sudah berdiri di hadapannya.

   Gadis itu mengeluarkan Hapex dari kantongnya, mengundang kernyitan di dahi Vlad. "Ini Hapex, Triton dan Eduora yang membuatnya. Untuk menjangkit para monster."

   Vlad mengambil botol kecil itu lalu memperhatikannya. "Sial, pasti mereka mencampurkan darahku dan darah Flanders."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Eudora! Kita harus memindahkan mereka secepat mungkin!" Suara Triton menggema memenuhi ruangan itu.

   "Rupanya dua elang kepercayaan Vlad dan Flanders sudah sampai ke pondok ini." Gumam Eudora sembari menyesap darah fermentasi yang memabukkan.

   "Kenapa kau sangat santai Eudora?!" Bentak Triton frustasi.

   "Para monster itu sudah ku sembunyikan, kita hanya perlu menghanguskan pondok ini." Jawab Eudora masih terkesan santai.

   "Aku yakin setelah ini kita menjadi buronan, rencana awal kita gagal. Akan sulit untuk mengadu domba Vlad dan Flanders. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan." Desis Triton.

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang