Zece

571 152 6
                                    

Baru selangkah Jennifer melangkah dari gerbang tinggi itu, suara teriakan mengerikan terdengar dari dalam. Sontak para penjaga yang awalnya berjaga di gerbang berlarian kedalam.

"Halley." Jennifer bergumam sesaat sebelum ikut berlari ke dalam disusul oleh Jeffrey.

Benar saja, begitu sampai di tempat Halley, dapat Jennifer lihat pria itu terduduk sembari memegang kepalanya, dikerumuni oleh orang orang yang penasaran sekaligus khawatir.

"Bawa Halley ke kamarnya!" Teriak seorang wanita paruh baya yang nampak panik, bisa Jennifer tebak ia adalah Ibu Halley.

Para penjaga tadi membopong Halley dengan sekuat tenaga menuju ke dalam, sementara Ibu Halley masih nampak panik menyusul anaknya.

Jennifer merasa aneh dengan Halley, pria itu terus memegangi kepalanya seakan akan kepalanya hampir pecah. Bahkan jeritan itu begitu menggelegar, berbeda dengan suara Halley pada biasanya.

"Kau tunggu disini." Jennifer memberi intruksi pada Jeffrey, dia tau pria itu akan mengikutinya jika ia masuk ke dalam.

Jeffrey mengangguk pasrah menatap kepergian Jennifer yang menghilang dibalik pintu, ia menatap keriuhan disana akibat kejadian tadi.

Banyak yang menduga duga hal buruk, banyak juga yang mendoakan keselamatan Halley.

Jennifer kini sampai di lantai dua, menatap ke arah kamar Halley yang masih terbuka. "Nyonya, biarkan saya mengecek Halley." Jennifer berinisiatif untuk masuk.

"Kamu dokter?" Tanyanya kemudian. Jennifer hanya mampu tersenyum untuk meyakinkan Ibu Halley bahwa anaknya akan baik baik saja ditangannya.

Ibu Halley hanya mampu mengangguk, ia menyuruh para penjaga tadi untuk keluar dan meninggalkan Halley yang masih mengerang kesakitan di dalam kamar.

"Aku percayakan anakku padamu." Ibu Halley menatap Jennifer penuh harap sebelum meninggalkan keduanya di dalam kamar dan menutup pintu.

Jennifer menatap Halley, gadis itu dapat merasakan aura yang berbeda. Perlahan Jennifer mendekat pada Halley yang masih memegangi kepalanya.

"Halley?" Jennifer memanggil Halley, ia yakin Halley bukan sakit biasa, ada sesuatu yang terasa salah.

Pria itu tak merespon justru semakin meringis kesakitan. Jennifer berjongkok di hadapan Halley, ia memegang kedua lengan Halley di kepalanya.

"Halley? Ini aku." Ujar Jennifer lembut.

Halley perlahan membuka matanya, ia menatap Jennifer sejenak sebelum kembali mengerang kesakitan. Hal tersebut jelas saja membuat Jennifer semakin bingung.

"Halley tatap aku." Ucapan Jennifer seolah olah perintah mutlak yang membuat pria itu menatap mata Jennifer, dilihatnya keterkejutan di wajah Jennifer.

Gadis itu masih diam, menatap mata Halley yang memerah. Kulit Halley memucat diiringi dengan bibir pria itu yang memerah dan munculnya beberapa guratan kemerahan di wajahnya.

"Halley... Kau Edward?" Tanya Jennifer terbata-bata.

Gadis itu masih menatap lurus ke mata Halley. Perlahan pandangannya berubah, berjalan mundur dari tahun ke tahun.

Hingga tiba disatu waktu, dimana terlihat Triton yang membawa seorang bayi di tahun 1722, meletakkannya di pintu rumah lalu mengetuknya.

Pintu rumah itu terbuka, menghadirkan sepasang suami istri yang terbangun ditengah malam, menatap bingung ke arah Triton. Lalu pria itu dengan mudah memanipulasi ingatan keduanya, sehingga sepasang suami istri itu menerima Halley seolah Halley adalah anaknya sendiri.

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang