nouă

632 166 33
                                    

Sudah sehari sejak pembakaran vampire liar, Jennifer dan Jeffrey hari ini kembali bersekolah. Secara kebetulan keduanya saling bertemu di gerbang sekolah. Tidak, bukan kebetulan melainkan Jeffrey yang merencanakannya.

Jennifer melengos sebal melihat betapa gigihnya Flanders mengganggu tugasnya. Padahal Vlad sendiri sudah menyindir Flanders berkali-kali, mungkin klan satu itu sudah mirip seperti ibu-ibu tetangga yang suka mencampuri urusan orang lain.

"Bisa kau berhenti mengikutiku?" Tanya Jennifer sebal.

Jeffrey hanya menaikkan kedua bahunya, "Kelas kita sama kalau kau lupa." Jawab Jeffrey sekenanya.

Jennifer mempercepat langkahnya, seandainya ia tidak berada di lingkungan manusia, sudah pasti Jennifer melesat menjauh.

Jeffrey tersenyum gemas, melihat Jennifer tak berdaya sangat menggelikan. Biasanya gadis itu punya seribu cara untuk menjauh darinya.

Kedatangan keduanya ke dalam kelas membuat pandangan semua orang teralihkan. Terutama Halley yang menatap tidak suka ke arah Jeffrey, rasanya dadanya bergemuruh tak suka.

Jeffrey merasakan itu, aura gelap milik Halley. Entah kenapa ide konyol muncul dibenaknya. Jeffrey menarik rambut Jennifer pelan, membuat gadis itu menoleh ke arahnya marah, padahal ia baru menaruh tasnya di kursi.

Posisi keduanya yang sangat dekat membuat mereka berdua terlihat menempel, ditambah Jennifer yang mendongak ke arah Jeffrey yang lebih tinggi darinya.

Jeffrey menunjukkan jemarinya seakan akan ada sesuatu diantara kedua jarinya. "Aku berbaik hati membantumu, jangan berdesis seperti itu dong."

Jennifer menatap tajam Jeffrey, lalu kembali acuh dan duduk. Jeffrey menatap Halley mengejek, seolah memenangkan lotre.

Halley membuang mukanya, tangannya mengepal. Setelah sama sama tidak masuk sekolah, berangkat bersamaan, dan sekarang apalagi? Apakah dirinya terlalu lamban?

Jeffrey meletakkan tasnya dibangku deretan belakang, matanya terpaku pada Jennifer dengan pipi chubbynya dari arah belakang. Jika dilihat dari arah sini, Jennifer tidak terlihat garang seperti biasanya.

Halley bangkit dari duduknya, merapihkan kemeja putih seragam sekolahnya dan berjalan ke arah kursi Jennifer.

Lagi lagi hal itu menarik atensi seisi kelas karena dua pria tampan bernama Jeffrey dan Halley terlihat mendekati Jennifer. Mereka curiga Jennifer memiliki ilmu sihir yang dapat memikat hati pria tampan.

Halley berdeham pelan, membuat Jennifer mendongak ke arahnya. Kedua alisnya naik seolah bertanya 'Ada apa?'

Lalu pria itu menyodorkan sesuatu, seperti kartu undangan dengan template simple berwarna hitam dan bertuliskan emas.

"Hari ini aku berulang tahun, aku harap kau datang." Ujar Halley dengan senyum manisnya.

Jennifer menatap kartu undangan itu, sebenarnya ia sangat malas datang ke acara seperti ini, membuang-buang waktunya saja.

Namun melihat tatapan memohon dari Halley membuat Jennifer tak tega, mau tak mau gadis itu mengangguk pelan.

Senyum Halley semakin lebar, hatinya sangat girang saat ini. Hampir saja ia melompat bahagia jika dirinya tak sadar situasi dan tempat.

"Kau tidak mengundangku?" Sebuah suara berat nan parau terdengar. Jeffrey berdiri ditengah, antara Halley dan Jennifer.

"Ya?" Tanya Halley bingung.

"Kau tak mengundangku?" Jeffrey mengulang kalimatnya lagi.

Keadaan kelas semakin riuh, seperti menonton drama korea rasanya. Mereka bertanya-tanya seperti apa rasanya menjadi Jennifer?

The Blood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang