Mari berdoa bagi kesejahteraan semua karakter hotsy-totsy 🤲
Selain orangnya cantik, baik, tuturnya sopan banget ditambah lagi sama suaranya yang alus dan enak didengarkan sampai Soraya merasa lagi dinina bobokan. Ia jadi malu mengingat kejadian beberapa jam lalu selesai seminar lalu pindah ke kafe buat sekadar ngobrol santai, saat Soraya nyaris bobok terbuai oleh suara Rara yang tak berhenti bicara sejak meninggalkan gedung seminar.
Di mata Soraya pun Rara kelihatan anggun dan pandai dalam hal memilih busana. Terlihat sekali sosok perempuan ini cocok mengenakan apa pun, entah bermerk atau pakaian yang beli 2 gratis 1 dengan harga 50 ribu di pasaran. Surai hitamnya tergerai menawan sebatas punggung dengan sentuhan wavy tanpa ada cabang yang menonjol, Rara pasti rutin merawat rambutnya itu sebulan sekali ke salon. Mustahil merawatnya tanpa campur tangan salon.
Soraya iri karena rambut Rara hitam berkilau dan mudah diatur. Bemeda sama miliknya yang bawaan dari lahir sudah bergelombang seperti ini, teksturnya kasar, dan susah diatur padahal ia selalu merawatnya. Sebelum keramas Soraya rutin pakai masker rambut, step paling wajib yang enggak ia lewatkan, setelah pakai shampoo dia juga pakai conditioner, tapi hasilnya tetap aja sama begini. Emang dasarnya bawaan dari lahir begini mau gimana lagi? Jadi Soraya tak boleh menolak pemberiaan Sang Pencipta ketimbang dapat karma.
Rara juga tipe perempuan pada umumnya, layaknya Soraya, yang enggak sungkan banyak bicara kalau sudah menyangkut satu topik kesukaannya. Buku. Mereka tertarik dengan dunia literasi, bacaan dan penulis hampir sama sehingga obrolan keduanya pun tetap nyambung walau belum lama ini kenal.
Begitulah para gadis kalau udah ketemu sama satu frekuensi, bisa kalian bayangkan sendiri betapa hebohnya obrolan itu.
Tapi anehnya, hari ini Soraya jadi lebih sering menilai Rara tanpa sadar membandingkan diri mereka. Sesekali dalam hatinya ia berdecak iri, sesekali ia mengumpat marah karena terus mencari perkara hati. Apa gunanya membandingkan diri sama orang lain yang ujung-ujungnya hanyalah menurunkan rasa percaya diri sendiri.
Huft! Aneh. Dasar cari penyakit! Bikin hati dengki dan sakit kepala aja.
Soraya menarik seri di wajah sambil menatap mata semi coklat Rara yang dalam sekejap membuatnya kagum. Bulu mata Rara panjang dan sudah lentik bawaan lahir tanpa harus pakai bantuan bulu mata palsu. Riasan matanya pun cocok dengan warna kulitnya. Tidak terlalu terang maupun gelap, pemberian warnanya pas. Soraya menelan segelondong perbedaan mereka dengan tak nyaman.
Lagi-lagi kepikiran penyakit hati.
“Oiya, aku kemarin baca salah satu tulisan Mbak Rara.” Ia teringat pada suatu kesempatan di waktu senggang, Soraya sempat baca salah satu tulisan Rara yang menurutnya lagi bagus dan layak dapat atensi. Sayang, karya sebagus itu belum banyak menemukan pembacanya. “Sumpah, ya. Edo gantlemen banget! Aku bacanya terus mesem-mesem sendiri sambil bayangin Edo itu beneran ada di dunia nyata gitu. Bahkan kalau boleh jujur nih, Mbak. Edo lebih gentlemen daripada Rangga. Alam sama Ansel aja kalah banding!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotsy-Totsy [✔]
Романтика"Sebenarnya editorku itu Mbak Wen atau Mas Tian si bawel, sih?" Awalnya semua berjalan baik-baik saja, bahkan jadwal terbit bukunya sudah diumumkan. Namun, semua jadi menyebalkan sampai ketika bukunya dipegang proofreader super bawel bernama Sebasti...