Tok Tok
"Masuk!"
Jisoo yang baru saja bersiap akan tidur tampak terkejut dengan sang Ayah yang mendatangi kamarnya.
Seojoon tersenyum seraya menatap putrinya yang beberapa hari ini tak ia jumpai.
"A-appa kapan kembali?" tanya Jisoo. Setahunya Seojoon masih berada di Busan untuk beberapa hari.
"Baru saja. Appa pulang lebih cepat karna merindukan kalian." ucap Seojoon. Tangan pria itu tampak terulur, mengusap lembut puncak kepala Jisoo. Tanpa Seojoon sadari, apa yang ia lakukan sempat membuat Jisoo tertegun.
Ini kali pertama Seojoon melakukannya pada Jisoo setelah sekian lama.
"Kau belum tidur?"
"Baru akan."
Tatapan Seojoon beralih pada figura foto di nakas sebelah tempat tidur Jisoo. Pria itu tampak melangkah lalu meraih foto itu. Ia tersenyum seraya mengusapnya lembut. Tanpa terasa sudah empat tahun wanita yang begitu ia cintai pergi meninggalkannya.
Jisoo hanya diam menatap sang Ayah. Gadis itu bisa melihat kesedihan di wajah Seojoon saat pria itu menatap foto Yeji. Jisoo tau jika sang Ayah pasti juga merindukan sosok dalam foto itu.
"Ibumu pasti sudah bahagia di atas sana."
Seojoon kembali meletakkan foto Yeji, ia beralih menatap pada Jisoo yang kini juga tengah menatapnya.
"Jisoo-ya."
Tatapan pria itu berubah sendu.
"Kau adalah satu-satunya orang yang bisa Appa andalkan di keluarga ini. Mianhae jika keputusan Appa empat tahun lalu menyakitimu."
Seojoon menjeda ucapannya. Berusaha menahan sesuatu yang mendesak ingin keluar dari pelupuk matanya.
"Ingin mendengarkan sebuah cerita?"
Jisoo mengernyit, ia tak menjawab ucapan Ayahnya. Memilih menunggu apa yang akan Ayahnya ceritakan.
"Keluarga kita pernah berhutang nyawa dengan keluarga Irene."
Jisoo terkejut, ia tak mengerti dengan apa yang Ayahnya ucapkan.
Berhutang nyawa?"M-maksud Appa?"
Busan, 10 Desember 2010.
Seorang pria tampak bersandar lemas di kursi tunggu. Pernyataan dari Dokter baru saja menghancurkan perasaannya. Di dalam ruangan mengerikan itu, salah satu putrinya tengah berjuang melawan maut. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya jika putrinya akan mengalami hal seperti ini.
Putri keduanya membutuhkan donor ginjal.
Seojoon sudah berusaha mencari donor ginjal untuk Jennie. Namun hingga detik ini ia belum mendapatkannya.
"Ahjussi."
Seojoon mendongak, ia bisa melihat seorang gadis dengan balutan seragam sekolah berdiri di hadapannya.
"Anda kah yang memasang iklan ini?" tanya gadis itu seraya menunjukkan selembar kertas ditangannya. Memperlihatkan sebuah iklan yang memang Seojoon buat guna mencari pendonor untuk Jennie.
Di sana Seojoon menjanjikan sejumlah uang yang tak sedikit bagi siapapun yang bersedia mendonorkan ginjalnya.
"Bolehkah jika aku menjadi pendonornya?"
Ucapan gadis remaja itu membuat Seojoon terkejut.
"Nak, kau serius mengatakannya?"
Gadis itu menggangguk cepat. Namun Seojoon justru menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
FanfictionSatu atap dengan saudari yang berbeda. Mereka hidup berdampingan, namun tidak dengan hati mereka yang saling menolak. Jisoo - Jennie - Rosè - Lisa - Irene - Yewon - Yeri # 1- kimjisoo 15-05-2022 # 1- parkchaeyoung 08-06-2022 # 1- umji 17-06-2022 # 1...