Chapter 44

1.3K 183 7
                                    

Dengan sigap Jisoo menahan tubuh Minyoung yang akan luruh. Kabar tentang Yewon yang ikut hilang berhasil membuat keluarga Park semakin terpukul.

Seojoon terus memerintah seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan kedua putrinya yang hilang. Hingga pagi datang, tak ada satu pun dari orang-orang suruhannya berhasil menemukan Jennie dan Yewon.

Di tengah kecemasan juga kekhawatiran yang melanda keluarga terpandang itu, hanya satu gadis yang tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Park Yerim, gadis polos yang hanya bisa diam menatap kedua orang tua juga kakak-kakaknya.

Sudah dua hari sejak Jennie dan Yewon hilang, selama itu pula Yeri merasa kesepian. Ia tak mengerti, semua anggota keluarganya tampak begitu murung. Bahkan ia sempat melihat Ibu dan kakak-kakaknya menangis.

Ia ingin bertanya, namun tak memiliki keberanian.

Yeri melangkah menuju ruang tengah, ia lalu duduk di atas karpet, tepat dimana ia sering menghabiskan waktu bermain lego. Biasanya salah satu kakaknya akan datang menemani, namun sejak kemarin ia hanya sendiri.

"Rindu Yewon Unnie." gumam Yeri saat mengingat jika sejak kemarin ia tak melihat Yewon.

Tak hanya Yewon, Yeri juga tak melihat Jennie selama 2 hari ini.

Suara langkah kaki seseorang berhasil menarik perhatian Yeri. Gadis itu segera menoleh, ia bisa melihat sosok Rosè yang tampaknya baru pulang.

Dengan cepat Yeri segera beranjak lalu berlari menghampiri Rosè.

"Rosè Unnie!" panggil Yeri.

"Yerim tunggu sejak tadi, temani Yerim bermain." ucapnya kembali dengan senyum lebar.

"Unnie tidak bisa, lain kali saja."

Jawaban yang tentu membuat hati Yeri tercubit. Sebelumnya Rosè tak pernah menolak saat Yeri meminta sesuatu padanya.

"Tapi Unnie, Yerim tidak mau bermain sendirian."

Rosè yang tadinya akan melangkah menuju anak tangga, seketika berbalik untuk kembali menatap wajah Yeri.

"Apa tidak bisa bermain sendiri? Kau sudah besar."

Entah sadar atau tidak, kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir Rosè, gadis yang terkenal lembut juga penyayang.

Wajah polos Yeri hanya mampu menatap wajah cantik sang kakak. Mencerna apa yang baru saja kakaknya ucapkan. Perlahan Yeri menunduk, menyadari jika apa yang Rosè ucapkan adalah benar.

Dirinya sudah besar, tapi mengapa ia selalu merepotkan kakak-kakaknya.

"Rosè!"

Jisoo datang dan langsung melayangkan tatapan tajam pada Rosè.

"Kau sadar apa yang kau katakan?"

Jisoo tentu tak percaya, adiknya yang penyayang mampu mengucapkan kalimat kasar itu pada Yeri.

"Mengapa kau jadi sekasar ini? Yeri hanya memintamu untuk menemaninya."

"Unnie, aku sedang tak bisa menemaninya bermain. Bagaimana mungkin dia hanya memikirkan untuk bermain di saat Jennie Unnie dan Yewon belum di temukan."

"Yak!"

Jisoo berusaha keras meredam amarahnya. Ia sungguh marah mendengar penuturan Rosè. Tidak seharusnya Rosè mengucapkan kalimat itu di hadapan Yeri.

"Kau lupa atau bagaimana? Yeri tidak tau apapun Rosè! Dan seharusnya kau tak mengatakan hal itu padanya!"

Gadis blonde itu sontak langsung menoleh pada Yeri. Ia lupa, ia tak ingat jika Yeri tak tau mengenai hilangnya Jennie dan Yewon.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang