Chapter 8

1.8K 246 30
                                    

"Jika bukan karna Irene, mungkin Jennie tak akan bersama kita sekarang."

.

.

.

Satu kata yang mampu menggambarkan perasaannya saat ini, penyesalan. Bertahun-tahun ia hidup dengan ginjal milik seseorang yang sempat begitu ia benci. Tidakkah ia merasa bodoh dengan segala sikap buruknya?

Sepuluh tahun, dan ia baru mengetahui seseorang yang sudah menyelamatkan hidupnya. Nyatanya selama ini mereka berada dalam jarak yang cukup dekat. Namun sayang, ia tak menyadarinya. Bukan sebuah ungkapan terima kasih atas pengorbanan yang pernah di lakukan, melainkan ucapan kasar bahkan penolakan keras.

Lalu sekarang, pantaskan dirinya mengatakan bahwa ia menyesal?

Park Jennie, gadis yang tak tau balas budi. Mungkin kalimat itu yang cocok untuk putri kedua Park Seojoon. Setelah apa yang Irene lakukan padanya sepuluh tahun lalu, ia justru membalasnya dengan perlakuan yang begitu buruk.

Berharap waktu dapat kembali berputar, ia ingin meminta maaf, ia ingin memperbaiki segala sikapnya pada keluarga Irene. Seandainya ia tau lebih awal. Seandainya sang Ayah mengatakan fakta mengejutkan itu sejak dulu.

Dan seandainya ia tak berlaku egois! Menerima keputusan sang Ayah yang ternyata itu juga permintaan terakhir Ibunya. Jennie benar-benar merasa jahat sekarang.

"Kemana aku harus mencari kalian." gumam Jennie frustasi.

Genap satu minggu gadis berpipi mandu itu menyusuri seluruh sudut kota Seoul guna mencari Ibu serta ketiga saudari tirinya.

Setelah Seojoon menceritakan yang sebenarnya pada Jennie, gadis berpipi mandu itu seolah linglung. Gambaran semua perlakuan buruknya selama empat tahun pada keluarga Irene terus berputar dikepalanya. Bagaimana ia berucap kasar, bahkan berkali-kali menyuruh mereka pergi.

Lalu sekarang, keinginan jahatnya itu benar-benar terwujud. Mereka pergi dengan meninggalkan penyesalan yang begitu besar di hati Jennie.

Kedua tangannya meremas stir kemudi. Ia menggigit bibir bawahnya saat lagi-lagi lelehan bulir bening mengalir tanpa persetujuannya. Tak terhitung seberapa banyak air matanya yang tumpah. Rasanya tak cukup untuk mengungkapkan betapa ia sangat menyesal.

"Dasar merepotkan, urus adik anehmu itu."

Bagaimana mungkin bibirnya begitu lihai melontarkan kalimat menyakitkan itu. Jika di ingat, satu pun perlakuan buruknya tak pernah mereka balas. Terlebih Minyoung, meski berkali-kali ia menyakiti hati wanita itu, Minyoung justru membalasnya dengan segala perhatian juga kasih sayang.

Jennie menghentikan mobilnya, ia taruh kepalanya di atas kemudi. Isak tangis terdengar dari bibirnya. Pantaskan ia menunjukkan wajahnya di hadapan Minyoung nanti? Lalu apa mereka mau memaafkannya?

Segala usaha sudah keluarga Park lakukan, mengutus banyak orang guna mencari keberadaan Minyoung dan ketiga anak Minyoung. Entah kemana perginya istri dan ketiga anak tiri Seojoon itu. Hingga detik ini keluarga Park belum juga menemukan mereka.

"Mengapa tak meminta bantuan polisi Appa, atau gunakan media untuk mencari mereka."

Jisoo tampak sedang menghampiri sang Ayah di ruang kerjanya. Gadis itu tentu geram karna orang-orang suruhan Ayahnya tak kunjung menemukan Ibu dan saudari tirinya.

"Appa tak bisa melakukannya Nak. Kau tau identitas Ibu dan ketiga saudarimu tak pernah di ketahui publik. Hanya keluarga besar kita yang mengetahuinya." jelas Seojoon. Keputusasaan tampak terlihat di wajah pria itu.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang