BAB 7, RIANA DAN PARA REMAJA

1 0 0
                                    

                Pagi hari ini cerah, namun tak secerah suasana hati pemilik wajah cantik yang baru saja bangun dari lelapnya. Disibaknya tirai jendela, supaya sinar mentari bisa masuk menghangatkan kamarnya. Mentari, itu nama belakang si cantik itu. Nama yang mungkin saja memiliki harapan bahwa hidupnya akan selalu secerah sinar mentari, kendati sesekali ia tertutupi awan mendung. Tapi apa yang terjadi? Nyatanya nama hanya tinggal nama. Nyatanya, hidupnya tidak pernah secerah dan se-bermakna itu, jangankan untuk orang lain, orang-orang di sekitarnya. Dirinya sendiripun masih sulit memaknai hidupnya ini. Ironis.

Riana keluar dari kamar. Matahari belum begitu tinggi tampaknya. Ia melirik jam yang tertempel manis di dinding ; dan ternyata benar, masih pukul 07:15 pagi. Riana memasuki area dapur kos-kosannya. Ia sejenak melihat-lihat kulkas, kiranya apa yang bisa dimasak pada pagi hari ini. Ah, ya, dia ingat. Semalam setelah pulang dari cafe (dan memergoki pacarnya yang berselingkuh), Riana sempat mampir ke supermarket untuk membeli stok bahan makanan. Sepertinya memasak pasta di akhir pekan terdengar cukup menyenangkan. Yes! Riana bersorak girang. Kali ini, ia akan memasak pasta dalam porsi yang besar, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk teman-temannya, yang tiga itu terutama.

***
"Selamat pagi Mbak Ri," sapa Selena yang baru muncul dengan tampang bangun tidurnya.

"Pagi, Sel..." balas Riana seraya tersenyum.

"Gimana suasana hati mbak pagi ini?" tanya Selena seraya memperhatikan aksi Riana yang begitu cekatan mengiris daging asap untuk topping pasta.

"Kalau ditanya gimana sih, yang jelas masih ancur ya, siapa juga yang nyangka bakal diselingkuhin?" Riana meringis.

"Ya ampun mbak! Bang Rey selingkuh?" Selena membulatkan matanya, terkejut.

"Iya, Sel. Nanti aku cerita sambil kita mukbang pasta. Sekarang, kamu bangunin Mimi sama Maura, biar nggak kesiangan. Hari sabtu ini, mereka tetep kerja soalnya," ucap Riana seraya tetap melanjutkan aktifitas memasaknya.

"Siap, Mbak. Aku bangunin Mbak Milia sama Mbak Maura dulu ya!" kata Selena seraya berlari riang menuju lantai atas, ke deretan kamar-kamar. Riana mengangguk dan tersenyum. Sebagai anak terakhir di dalam keluarga, melihat sikap riang, polos dan ceria dari Selena, dia jadi berasa punya adik, dan dia seneng banget, karena Selena sendiri menganggapnya juga sebagai kakak. Dan Selena juga memang sedekat itu dengan dirinya.

"Mbaaaaakkk!" jerit Selena seraya langsung turun dua sekaligus dari anak tangga terakhir.

"Eh kutu goreng... Kamu itu, Sel, ngagetin aja... Ini pasta masih belum mateng lho, nanti kalau dia shock terus berubah jadi mie goreng gimana?" omel Riana.

"Yeeee, si mbak... Ya kali dia shock terus bisa berubah, emang dia manusia?" Selena ketawa.

"Se-shock-shock-nya manusia, dia juga nggak akan berubah wujud gitu reaksinya..." komentar Riana.

"Dibahaaaaaas, bukan dilanjut masaknya, hadeeeh..." Selena meringis.

"Pagi-pagiiii..." sapa Milia yang sudah turun dan memakai seragam kerja. Seperti yang pernah diceritakan, kalau weekend, Milia itu bekkerja di daycare, atau tempat penitipan anak.

"Pagi, Mil," sapa Riana seraya menuangkan pasta hasil masakannya ke piring-piring.

"Ya ampun, Mac N cheese doooong!" seru Milia antusias.

"Suka, Mil?" tanya Riana.

"Bukan gue, tapi Zara, kalau tuh anak datang lagi ke daycare, pasti setiap break lunch minta diorderin ginian," jelas Milia.

MENTARI UNTUK MUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang