BAB 14, PERPISAHAN (BUKAN) UNTUK SELAMANYA

2 0 0
                                    

                "Mbak Ririii, aku mau jagung bakarnyaaaa, oweeeeeeeeek..." ucap Ganesh manja, ketika Riana masih sibuk dengan panggangan, jagung, dan teman-temannya. Tepi pantai, malam hari. Ini hari terakhirnya di pulau Dewata, bali. Sudah seminggu lebih Riana meninggalkan Jakarta, dan bersenang-senang dengan adik dan tiga orang teman barunya. Mereka memutuskan untuk mengadakan pesta BBQ sederhana di tepi pantai, sebelum Muara kembali menghibur tamu di lounge hotel lagi.

"Jangan owak-owek ae talah, nyoh, ambil jagungnya..." omel Riana. Ganesh nyengir. Ia segera mengambil jagung bakar yang sudah matang itu beberapa buah, dan menikmatinya bersama Wisnu dan Abhi.

"Nggak kerasa ya, besok udah waktunya kita semua pulang," Abhi memecah kesunyian seraya menerima jagung bakar yang dibawa oleh Ganesh.

"Iya e mas, rutinitas lagi, sekolah lagi," Ganesh tertawa. Jagung bakarnya sudah semuanya matang. Dan kini, mereka tengah duduk melingkar, menyaksikan kerlipan bintang yang tampak terang malam ini. Sengaja mereka membeli jagung tidak banyak, karena mereka mau gila-gilaan di lounge malam ini, karena agenda hiburan disana untuk malam ini adalah "free stage", dimana acara itu memperbolehkan para tamu untuk ikut berpartisipasi (biasanya open request session) atau kalau ada yang berani berpartisipasi dengan ikut bernyanyi di atas panggung juga boleh, bebas aja, sesuai dengan tajuk acaranya, "free stage". Dan Muara, tentu sudah menyiapkan ragam kejutan yang menarik untuk tamu-tamu + keempat kawan barunya malam ini.

***
Lounge, lagi. Riana masih merasa malu sendiri kalau ingat pernah ada kejadian konyol di tempat ini, di hari kedua kedatangannya di Bali. Pake acara ambruk dan masuk kolong meja segala, lagi. Bagus nggak ketendang dia, karena dikira kucing.

Sekarang, gadis itu tidak sendirian di lounge, ia bersama Ganesh (sang adik), Wisnu, dan Abhi. Muara sendiri udah sibuk sama panggung dan segala perintilan-perintilannya dibayar, tunai *eh.

"Bagus ya, lounge-nya," komentar Wisnu seraya menikmati orange juice di hadapannya.

"Iya, View-nya langsung ke pantai, lho," timpal Riana. Kemudian mereka berdua saling pandang dan melempar senyum. Mereka sama-sama tahu, bahwasannya, pujian-pujian dan deskripsi yang sedikit tidak penting bagi mereka itu adalah tak ternilai bagi Ganesh dan Abhi, yang tidak seberuntung mereka.

"Bagaimana rasanya melihat itu, Mbak Ri?" tanya Ganesh tiba-tiba. Ia menghadapkan wajahnya kepada Riana, seolah menunjukkan jika pertanyaannya itu adalah benar-benar serius. Riana terhenyak. Ia kembali ke kedalaman perasaan itu. Ini adalah satu-satunya pertanyaan Ganesh yang tidak akan pernah bisa dijawabnya. Menurutnya, Ganesh boleh bertanya apapun, tapi tidak dengan pertanyaan yang ini.

***
Muara naik ke atas panggung. Ia mengedarkan pandang ke sekililing. Syukurlah, teman-teman sekaligus tamu hotel ini telah duduk di tempatnya masing-masing. Dan ia segera memberi salam pembuka, lalu membuka dengan lagu pertama ; "Cerita Cinta", milik Kahitna. Sepanjang lagu, tatapannya tak lepas memandang sosok Riana yang tersenyum lebar dan begitu menikmati penampilannya. Dan pada akhirnya, Muara tahu bahwa gadis itu adalah "Soulmate" sejati, sama seperti dirinya. Moment ini terjadi ketika mereka berjalan-jalan ke daerah Tabanan di hari ketiga Riana berada disini (dan oh ya, mereka tidak hanya berdua kok, jangan khawatir, Wisnu, Ganesh dan Abhi juga ikut). Di dalam mobil yang dikendalikan oleh Muara selaku tour guide dadakan pada hari itu, tersedia mode bluetooth pada perangkat audio. Dan Riana langsung saja meminta koneksi, dan sepanjang jalan itu, lagu-lagu Kahitna menemani perjalanan mereka semua.

"Suka Kahitna juga?" tanya Muara seraya tetap fokus menyetir.

"Buanget... Bucin, mentok, udah gak ada obat deh..." jawab Riana seraya tetap bergoyang ke kanan-kiri kepalanya, mengikuti alunan lagu "Lebih Dari Sekadar Cantik" yang sedang diputar.

MENTARI UNTUK MUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang