BAB 19, YANG TLAH KAU BUAT SUNGGUHLAH INDAH (AKIBAT SUSAH MOVE ON)

3 0 0
                                    

                Masih di tempat yang sama, Jogja. Riana sendirian, menikmati lalu-lalang dan hiruk-pikuk aktifitas di kawasan pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza. Hari ini, ketiga sahabat plus adiknya pada punya agenda masing-masing sehingga mereka berpencar. Tapi nanti malam, mereka sudah memutuskan untuk bertemu kembali di Malioboro.

Riana menggaruk-garuk kepalanya, tepat di dekat etalase display asesoris yang terbuat dari perak. Sejujurnya, jalan-jalan sendirian seperti ini sama sekali nggak enak, rasanya kayak orang gabut gitu. Yowes lah, daripada dia disini sendiri kayak orang ilang, mending dia nyari coffee shop terdekat terus wifi-an disana, terus balik ke hotel lagi buat istirahat. Dan lagian, dia bukan type perempuan yang hobi menghabiskan uang, tenaga, dan waktunya buat menuh-menuhin lemari dengan sederet barang-barang nggak penting yang belum tentu kepake setahun sekali (baca : shopping).

***
Riana membuang pandang. Ia tidak berani membalas tatapan pemuda yang begitu terluka, entah karena apa. Atau mungkin siapa?

"Bisa tolong lihat gue sebentar?" pertanyaan bernada lirih itu sukses membuat Riana akhirnya menoleh, dan mau tidak mau menatap pemuda itu, tapi tak berani lama-lama, ia tak sanggup melihat guratan luka, letih dan lelah itu sekaligus bercokol disana dalam waktu yang bersamaan.

"Mana Carissa?" tanya Riana basa-basi.

"Maafin gue, Ri, gue nggak bisa nurutin keinginan lo buat jagain dia, dan lo harus tau sesuatu..." ucap pemuda itu. Nah, sekarang, kalian tau kan siapa dia? Dia adalah Nico, seseorang yang hampir bersatu dan berbahagia dengan Riana, tapi sayang, ada pagar penghalang besar yang menghadang mereka.

"Kenapa Nic, ada apa?" tanya Riana.

"Gue nggak bisa jatuh cinta sama Carissa. Rasanya nggak sehebat seperti apa yang gue rasain sama lo, dan Carissa sendiri sekarang sudah jalan sama Andre, temannya di kampus. Gue pusing Ri, gue putus asa sama perasaan gue sendiri..." kata Nico. Riana menatap lelaki di hadapannya dengan ekspresi heran. Perasaan, mereka belum ada sebulan jadian deh, kenapa udah berakhir begini?

"Lo nggak becanda kan, Nic?" tanya Riana.

"Gue serius, Ri... Andai gue boleh meminta, gue pengen kecelakaan lagi, terus amnesia, jadi, gue bisa lupain semua tentang lo, termasuk perasaan ini..." BRAKK! Riana menggebrak meja, membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah mereka, tapi gadis itu tak sempat untuk peduli. Tatapannya nyalang, tajam, menggarang, kepada pemuda yang terlihat sangat kacau di depannya itu.

"Lo jangan aneh-aneh. Iya kalau misalnya (amit-amit), lo kecelakaan lagi terus amnesia, Cuma lupa sama gue. Kalau lo lupa juga sama orang tua lo gimana? Nggak kasian lo sama mereka? Tega lo bikin mereka sedih? Kalau ngomong tuh dipikir dulu dong, Nicolas Shon Putra Fernandes!" seru Riana emosi. Nico terdiam. Ia hanya bisa mengacak kasar rambutnya, frustasi.

"So what should I do, Ri?"

"Just move on... I think you will get another better than me..."

"If I can, I will, Ri. But how?"

"Lo sendiri yang tau caranya..." jawab Riana. Nico tercenung. Ia menatap Riana, lama, lalu berbicara kembali.

"Kalau gitu, gue minta lo kembaliin hati gue yang udah sepenuhnya lo curi, sekarang juga!" serunya. Riana bengong. Apa maksud kalimat ini? Tapi sesaat kemudian, Riana mengerti. Ia meraba lehernya, dan terdapat sebuah kalung dengan bandul liontin hati disana. Tangan gadis itu bergerak pelan membuka pengait kalung, lalu menyerahkannya ke telapak tangan Nico yang sedingin es.

"Kalau itu yang lo maksud... Mungkin itu adalah hati lo yang pernah gue curi, dan gue ingat, lo juga yang memberikan kalung itu sama gue dulu. Makasih ya, udah ngasih gue kesempatan ngejaga kalung itu, atau lebih tepatnya, ngejaga hati lo, meskipun gue gak pernah memilikinya secara utuh..." ucap Riana. Nico memeluk Riana, erat dan lama. Tanpa sadar, dari bibirnya mengalun senandung pelan.

"Yang tlah kau buat, sungguhlah indah. Buat diriku, susah lupa... I love you, Riana..."

(TBC).

MENTARI UNTUK MUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang