BAB 8, KAMU TIDAK BAIK-BAIK SAJA

2 0 0
                                    

"Rianaaaaa... Main yuuuuukkkkk!" teriakan-teriakan serta gedoran di jendela dari manusia-manusia gak ada akhlak mengusik tidur si gadis berzodiak cancer itu. Riana menggeliat, mencampakkan selimutnya dengan gerakan slow motion. Diliriknya jam di atas nakas, dan jreeeeeng! Matanya sempurna terbuka, begitu ia melihat jam telah menunjukkan angka sembilan pagi.

"Wadah kasus iki, aku nge-band e dino iki, malah kawanen!" serunya, lebih kepada dirinya sendiri. Riana segera terbang menuju kamar mandi. Ia lupa merapikan kasur, ia biarkan selimutnya berantakan. Ia lebih fokus kepada penampilannya, karena anak-anak yang ngetok-ngetok jendelanya tadi itu pasti teman-teman band-nya yang pada bar-bar semua ; Satria, Dyo, Rasya, dan Farel.

"Sorry guys, gue lupa kalau hari ini jadwalnya manggung," kata Riana seraya meringis. Ia sudah rapi dengan penampilan kebangsaannya; kemeja denim dan jeans robek. Tomboy abeeezzz.

"Santai aja kali, buru-buru bener. Kita tuh tadi Cuma iseng, berangkatnya masih tiga jam lagi Ririii, jadi gak usah gopo gitu," ucap Satria tenang. Riana merengut, lalu melotot ke arah mereka semua. Duh tatapanmu itu lho Ri, menghunus tajam, setajam mulut netizen *eh.

"TERUS NGAPAIN KALIAN TERIAK-TERIAK DI DEPAN KAMAR GUEEEEE?"

"Ya kalau nggak digituin, nggak bangun-bangun lonya," timpal Rasya.

"Ish, kampret lah kalian semua ini. Ya udah, gue beres-beres kamar dulu, sama masak buat sarapan. Kalian pasti belum pada sarapan, kan?" tanya Riana.

"Nah ini ddia, ada untungnya juga kan kita datang kesini pagi-pagi? Dapet sarapan," kekeh Dyo seraya meletakkan ponselnya di dalam tas. Barang kali, udah bosen dia main game.

"Yo wes, tunggu bentar, kalian ini kalau lagi pada kumat jailnya tuh bener-bener ya," omel Riana. Sementara Riana berlari ke lantai atas (ke kamarnya), teman-teman band-nya Cuma ketawa-tawa aja. Bagi mereka, menjahili Riana adalah suatu keseruan.

***
Setelah acara beres-beres kamar selesai, Riana dan keempat teman band-nya sedang duduk melingkari meja makan di kost Riana. Karena buru-buru dan panik, Riana nggak bisa mikir mau masak apa, maka jadilah mie goreng sederhana dengan topping telur, sosis dan sayuran sebagai menu sarapan mereka. Kos-kosan lagi sepi sekarang, karena baik Milia, Maura, maupun Selena, semua sibuk melepas penat dengan kegiatan faforit mereka. Kan weekend.

"Mbak," Dyo memecah kesunyian.

"Dalem... Kenapa, Yo?" Dyo tidak menjawab. Ia hanya menatap lekat-lekat Riana.

"Kenapa sih? Ada yang salah ya sama gue?" tanya Riana.

"Nggak ada, mbak, mataku yang salah ini. Something kayaknya deh," kata Dyo seraya garuk-garuk kepala. Ini anak maksud dan maunya gimana sih ya? Tadi katanya yang sakit matanya, kok kepalanya yang digaruk? Hadeeeh.

"Kenapa? Sek lihat..." pinta Riana. Kalau udah begini, mulai, pasti nanti sifat bawelnya keluar deh. Riana memang begitu, selalu penuh perhatian.

"Merah matamu dek, sebentar nanti mbak ambilkan obat tetes mata ya," kata Riana seraya segera berjalan, mungkin hendak kembali ke kamarnya.

"Selesaikan dulu makannya mbak, makan kok separoh-separoh gitu. Udah nggak papa, paling kena debu aja tadi di jalan," kata Dyo menenangkan.

"Ish, debu apane? Kalian kan naik mobil tadi..." kata Riana.

"Nggak tau juga ya mbak. Tapi ya udahlah, ini Cuma iritasi ringan kok..." Dyo menenangkan.

"Ya udah, nanti selesai makan, langsung mbak ambilin obat tetes mata ya," kata Riana. Dyo mengangguk.

***
Rose Cafe, lagi. Riana sampe bosen, udah tiga hari berturut-turut, dia kesini terus. Sampek mbleneg dia ngeliatnya Nico lagi, Nico lagi. Untung cakep Nico-nya, jadi masih cukup nyamanlah untuk matanya.

MENTARI UNTUK MUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang